Badgirl Insyaf
“Ini tempat apa, Mel?” Alif menoleh ke kanan-kiri, memperhatikan sebuah tempat yang begitu asing baginya, tak banyak cahaya di tempat itu, tetapi bisa terdengar jelas ingar-bingar musik dari dalam sana. Di bagian parkir, banyak berjajar mobil-mobil dengan merek terkenal.
Alif merasa tak nyaman berada di tempat yang baru beberapa detik lalu dia pijak. Di hadapannya berdiri dengan megah sebuah gedung berlantai dua, dengan baliho seorang DJ yang sedang memainkan musik, dan satu lagi seorang gadis dengan pose seksi terpampang di salah satu bagian dinding. Di depan pintu masuk tempat itu juga ada dua orang penjaga, yang entah apa guna mereka di sana, karena hampir semua orang bebas keluar-masuk ke tempat itu.
“Aduh, lo katro banget, sih, Lif? Ini tuh namanya klub malam. Tempat nongkrong yang asyik,” jawab Amel, sepupu Alif, sambil menarik tangan lelaki itu masuk.
Bukannya menuruti kemauan Amel, Alif justru menahan dirinya untuk melangkah dan membuat sepupu perempuannya hampir saja terjatuh. Alif begitu terkesiap mendengar ucapan Amel tentang klub malam. Walaupun, selama hidupnya, baru kali ini dirinya menginjakkan kaki di klub malam, tetapi bukan berarti dia tak pernah mendengar apa itu klub malam.
Dilihatnya ke sekeliling tempat itu, banyak gadis yang keluar-masuk hanya dengan mengenakan baju seksi dan terlihat seperti kekurangan bahan, dengan tanpa lengan, dan bagian bawahnya berada di atas lutut.
“Astaghfirullah ... ampuni aku, Tuhan.” Alif mengangkat kedua telapak tangan, lalu meletakkannya di wajah untuk menutupi matanya agar tak melihat keindahan yang bukan miliknya.
Amel berdecih kesal melihat tingkah Alif. “Lif, ayo ... gue udah ditunggu temen-temen gue di dalem.”
“Mel, lebih baik sekarang kita pulang. Ini tempat nggak bener. Apa kata orang tuamu nanti, kalau mereka tahu kita ke sini?” ajak Alif sembari menarik lengan Amel untuk pulang. Akan tetapi gadis itu enggan ikut dengannya.
Amel memutar bola matanya, kemudian menepuk dahi. Dia tak pernah membayangkan jika akan memiliki sepupu seperti Alif, yang baginya kini sungguh menyebalkan.
“Justru karena gue nggak mau bonyok marah, makanya gue ajak lo ke sini, supaya mereka percaya kalau gue akan baik-baik aja di sini,” ucap Amel sambil menunjukkan senyum yang dipaksakan.
“Udah, ayo buruan masuk!” lanjut Amel sambil kembali menarik lengan sepupunya itu.
Perdebatan kembali terjadi antara dua sepupu itu, tetapi akhirnya Alif mengalah setelah mereka bersepakat bahwa Amel akan langsung pulang setelah menemui teman-temannya di dalam sana.
Alif berjalan perlahan di belakang Amel. Sambil menunduk dan meletakkan telapak tangannya di samping wajah, takut jika kesucian matanya akan kembali ternoda.
“Mbak Amel, tumben pakai jaket?” sapa salah seorang penjaga.
Amel terhenti sejenak, membalas sapaan itu seraya memperhatikan pakaiannya yang masih terbalut jaket. Sedangkan Alif, dengan sigap bersikap seolah seperti seorang pengawal.
Amel kemudian melepas reseleting jaketnya dan menampakkan pakaiannya yang terbuka di bagian bahu. Setelah itu, dengan meliukkan tubuh, perlahan gadis itu melepas jaket itu dan membuat Alif membelalakkan mata.
“Astaghfirullah ... Amel! Pakai lagi jaketmu,” bentak Alif seraya berusaha memakaikan kembali jaket itu pada sepupunya.
Amel yang mulai kehabisan kesabarannya, mulai melawan perlakuan Alif. Gadis itu mulai membentak Alif agar tak lagi mencampuri urusannya. Akan tetapi, dia kembali terdiam dan lagi-lagi harus menuruti perkataan Alif, karena sang sepupu berhasil mengancam akan memberitahukan hal itu pada orang tuanya. Sungguh, perdebatan keduanya berhasil membuat kedua penjaga itu tersenyum, hingga gadis yang baru saja lulus dari bangku SMA itu pun merasa malu.
Sumpah, ya ... gue nyesel udah bawa Alif ke sini. Awas aja lo, Lif. Pasti gue bales, batin Amel sambil melirik tajam ke arah Alif yang sejak kejadian di luar, terus saja memegangi bahunya yang terbalut jaket.
Mereka berdua masuk ke diskotik, di mana kedua teman Amel sudah menunggunya. Suasana tak nyaman makin menyelimuti hati Alif, suara musik yang menggelegar di seluruh penjuru ruangan yang cukup besar, dan lebih gelap dibanding di luar, karena hanya mengandalkan lampu sorot yang berputar.
Di sana, lelaki itu tak dapat melihat dan mendengar dengan jelas. Bahkan, untuk berbicara dengan Amel pun, dirinya harus berteriak. Bau alkohol yang menyengat juga begitu mengganggu penciuman Alif hingga dirinya merasa pusing. Akan tetapi, dia tak bisa pergi, tanggung jawab menjaga Amel masih harus dia lakukan.
“Mel, beneran nggak lama, ya. Aku pusing,” teriak Alif yang direspons dengan wajah jutek oleh Amel.
“Itu temen-temen gue. Kita ke sana dulu. Kalau urusan gue udah kelar, baru kita pulang,” sahut Amel dengan ketus.
Amel berjalan sambil melambaikan tangan ke arah gadis lain yang duduk di bar yang berada di salah satu sudut diskotik. Dan, gadis itu juga melakukan hal yang sama pada Amel.
“Ekhm ... dia siapa, Mel? Sweet banget, sampai pegangin jaket lo gitu. Pacar baru, ya?” ledek Gisel sambil tetap menggoyangkan tubuhnya, mengikuti irama musik.
“Ya kali, gue pacaran sama sepupu sendiri,” dengkus Amel yang kemudian duduk di kursi sebelah Gisel dan memesan sebuah soft drink untuk dirinya.
“Jadi, itu sepupu lo? Masih single, nggak? Kenalin, dong!” pinta Gisel sambil melirik, lalu mengedipkan sebelah mata pada Alif.
“Astaghfirullah ....” Dengan segera Alif memalingkan wajahnya dari Gisel, dan itu tentu membuat Gisel tertawa gemas melihatnya.
“Hai, gue Gisel. Nama lo siapa?” Gisel mengulurkan tangannya, mengajak Alif berkenalan, tetapi dengan cepat Amel menepis tangan sang sahabat.
“Aku Alif,” sahutnya sembari menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya.
“Percuma lo ajak kenalan. Dia alergi sama cewek,” ketus Amel.
“Sepupu lo lucu banget, Mel,” ujar Gisel sambil tertawa.
Sedangkan, yang diajak bicara merasa jengah dan malas dengan keberadaan Alif yang terlalu protektif padanya.
“Jihan mana?” tanya Amel yang kini juga mulai ikut menggerakkan tubuhnya.
Gisel menunjuk seorang gadis yang berada di samping DJ yang sedang memainkan musik di atas panggung. Penampilannya sangat kacau, rambut dan baju pun berantakan akibat gerakan tubuhnya yang juga tak beraturan, mengikuti irama musik.
“Terus nanti dia beneran nggak pulang?” tanya Amel.
Gisel berhenti menggerakkan tubuhnya, lalu menoleh pada Amel sambil meneguk minuman berjenis vodka yang sudah dia pesan sebelumnya.
“Kayanya gitu. Tadi dia bawa koper, dan kopernya sudah ada di mobil gue sekarang. Dia diusir sama bokapnya, dan semua fasilitas ditarik.”
“What? Separah itu? Gue nggak kebayang punya bokap kaya bokapnya Jihan. Kayanya, udah dari dulu gue bakal kabur kalau jadi dia,” ucap Amel sambil menyambit segelas soft drink yang dipesannya tadi.
Gisel tersenyum sinis. “Alif nggak pesen minum juga? Aku pesenin, ya? Mau apa? Cocktail? Vodka? Wine? Atau ....”
“Air putih aja,” jawab Alif dengan segera.
Gisel tertegun seketika mendengar jawaban itu. Sedetik kemudian tertawa terbahak, hingga aroma alkohol dari mulutnya begitu menyengat indra penciuman Alif, dan membuat lelaki itu merasa sedikit mual.
Astaga ... bau apa ini? Baunya nggak enak banget. Rasanya aku ingin muntah, batin Alif.
Alif sudah benar-benar merasa pusing berada di tempat itu. Namun, dia tetap harus menjaga kesadarannya untuk menjaga Amel. Dia terus saja menundukkan kepala, meletakkannya di atas lipatan tangan yang dia buat di atas meja bar.
“Eh, Jihan, Jihan ... lo nggak pa-pa, kan?” teriak Amel sambil memapah tubuh seorang gadis lain.
Teriakan tersebut tentu saja mengagetkan Alif dan membuatnya terperanjat dari tempat dia duduk. Lelaki yang mengenakan kemeja kotak berwarna biru dengan lengan terlipat itu hendak menolong gadis yang tak lain adalah Jihan.
“Lo siapa? Berani nyentuh pacar gue,” ucap sinis seorang laki-laki lain sambil mengangkat kerah baju Alif, hingga membuat Alif yang awalnya hendak merunduk, kini kembali berdiri tegak, dan menatap lelaki itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ifa
aku mampir kak
jan lupa mampir di novel aku juga☺️
2021-12-26
0
adhie poetra
seenggaknya Alif gak minta teh manis..
2021-10-04
2
kelinci Mungil
gak susu aja? 😄
2021-10-04
2