WIYATI

WIYATI

Episode Satu

Start : 26 Agustus 2021

Finish : -

WIYATI.

...Episode 1 : Ada Apa Dengan Elshanum?...

Pengumuman:

Bagi siswa-siswi harap berkumpul di lapangan pada jam istirahat. Tidak terkecuali. Semua akan di absen sesuai kelas, dan bagi yang tidak berkumpul akan di kenakan denda oleh pihak sekolah.

Di manding-manding sekolah terpampang pengumuman yang harus dilaksanakan. Bahkan guru pun telah mengumumkan di speaker sekolah yang berada di masing-masing kelas.

"Apaan sih?! Gue bener-bener nggak ngerti! Ngapain juga ngumpul di lapangan? Mana pas istirahat, kan panas anjir!" keluh Silvi.

Seorang perempuan bersuarai hitam sebahu---Cassia menyahut, "Gue yakin, sih. Ini pasti pekara anaknya Pak Jaiz yang habis di anu sama orang."

"Elshanum? Dia kenapa?"

"Perkiraan gue sih di perkosa," jawab Cassia

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang menggema dari sudut kelas. Evita gadis dengan surai cokelat pekat panjang itu tertawa. "Menurut gue enggak. Bisa aja dia kecapekan, terus ya gitu, belum sempet bangun udah ditemuin sama Bu Arista, kan ke-gep jadinya."

"Itu mah alasan dia doang sok-sok habis diperkosa," lanjut Evita.

"Lo kan kemarin absen. Jadi nggak usah berasumsi buruk tentang keadaan Shanum kalau lo nggak lihat dia dengan mata kepala lo sendiri," sahut Cassia.

Ketua kelas. Aji terlihat geleng-geleng dan menyahut, "Nggak-nggak. Gue setuju sama, Cassia. Coba lo pikir Vit, Shanum itu anaknya Pak Jaiz, Adiknya Bima sama Kak Sambara, gue yakin dia nggak mungkin mau di ajak begituan apalagi di sekolah. Harga diri, Vit. Lagi pula keluarga Citaprasada itu religius. Walau si Shanumnya belum hijab, tetep aja gue yakin dia nggak mungkin gitu."

Evita lagi-lagi tertawa seolah tak percaya dengan segala logika yang ucap oleh Aji. "Ketua kelas, open your eyes! Bima aja nakal apalagi adiknya. Kakak adik nggak jauh beda, Sayang!"

"Nakalnya Bima apaan aja sih, Vit?" sahut Cassia dengan memandang Evita lekat-lekat, kemudian ia menumpu dagunya pada tangan. "Tawuran sama gonta-ganti cewek doang kan?"

"Lagian juga nggak ada bukti si Bimasena itu nge-hamilin anak orang," lanjut Cassia, lagi. Kemudian Cassia menengok kebelakang menatap Natasha. "Sha! Lo mantannya Bima kan?"

Natasha tampak bingung saat tiba-tiba saja Cassia memangilnya. Padahal sekarang ia sedang sibuk mengecat kuku. "Iya. Kenapa emang?"

"Lo pernah ngegugurin anaknya Bima nggak?" tanya Cassia sekenanya.

Spontan netra Natasha melebar. Kutek yang tadinya ter-cat rapi lurus, seketika mengores ke samping dan menjadi jelek. "Lo gila?! Lo pikir selama gue pacaran sama Bima ngelakuin hal aneh-aneh? Nggak, anjir! Otak gue masih utuh, Cas! Dan gue masih waras! Pacaran ya pacaran! Pendidikan tetep nomor satu bagi hidup gue. Nggak ada yang namanya tiba-tiba gue hamil anak orang!"

"Tuh! Lo dengerin Vit, ucapan langsung dari mantannya Bima," sahut Aji dengan senyum jahilnya mendengar Natasha mengomel.

"Gaes, Bu Arista mau masuk kelas! Sha simpen kutek lo cepat, catoknya Silvi juga masukin," perintah Bagas---laki-laki sawo matang dengan tinggi 163 cm yang selalu bertugas melihat keadaan luar.

Seperdetik Bagas memberi informasi. Aristawidya. Guru seni dengan pakaian gamis hitam hingga kerudung senada, serta outer abu-abu memasuki kelas XII A.

"Selamat pagi anak-anak."

Arista melihat satu persatu muridnya. Mulai dari ujung kiri ke kanan, dari depan ke belakang. Tidak ada yang aneh-aneh normal, dan masalah cat meng-cat rambut di normalkan di sekolah ini.

"Seperti yang kalian tahu. Ada musibah yang menimpa teman kalian, Elshanum. Dan pihak sekolah serta polisi, benar-benar membutuhkan bantuan kalian untuk mengetahui siapa pelakunya. Jadi Ibu minta tolong ... untuk berkumpul di lapangan saat jam istirahat," jelas Arista.

Tiba-tiba Cassia mengangkat tangan. "Permisi, Bu. Mau mengajukan pertanyaan."

Arista mengangguk. "Silakan."

"Kenapa harus semua murid? Kenapa nggak siswa-siswi yang berada di sekolah itu tepat beberapa menit sebelum kejadian?"

Arista menatap Cassia. Ia yang semula duduk kini berdiri. "Kejadiannya pukul 15.15 WIB dan itu tepat lima belas menit semua murid meninggalkan kelas, bukan meninggalkan sekolah."

"Tapi Bu, gimana kalau nyatanya si pelaku pergi sebelum jam sekolah berakhir?" Seorang siswi kuncir kuda menyahut.

Arista terlihat menimbang-nimbang. Apa yang dikatakan oleh Mega ada benarnya. Bisa saja si pelaku pergi sebelum jam sekolah berakhir. "Itu diluar kendali, Mega. Semua cctv sekolah akan segera polisi periksa. Dan bantuan kalian sangat dibutuhkan."

"Terus yang kemarin absen nggak masuk. Tetep di interogasi, Bu?" Evita menyahut.

Arista mengangguk. "Iya."

Evita yang semula bersandar kini duduk dengan tegak. "Ngapain juga, Bu? Kan nggak adil banget, bagi saya dan anak-anak lain yang nggak masuk kemarin. Pakai di curigai segala."

Arista menunduk sejenak kemudian berjalan ke bangku belakang di mana Evita duduk. "Letak tidak adilnya di mana?"

"Udah jelas, Bu. Kami yang nggak masuk berarti nggak ikut terlibat. Terus ngapain di interogasi segala?"

Tangan Arista terangkat membenarkan anak rambut yang menutupi telinga Evita. "Menurut Ibu itu adil, Evita. Dan akan menjadi tidak adil apabila kamu dan anak lain yang tidak masuk pada hari itu tidak mau menjalani interogasi."

Cassia yang semula menyimak saja dengan manggut-manggut, tiba-tiba berucap, "Saya setuju sama, Ibu. Semua orang yang terlibat di sekolah ini patut untuk di curigai, dan wajar di interogasi."

"Toh, kalau kita nggak terlibat ngapain takut?" lanjut Cassia dengan menatap Evita.

Arista mengalihkan tatapannya kepada Cassia yang duduk di bangku pojok depan. "Ibu harap kalian semua mengerti. Cukup jalani saja interograsinya."

Evita menatap kesal Cassia, terkadang-kadang ia ingin sekali mencakar sepupunya itu. Namun lagi-lagi ia mencoba menyadarkan diri bahwa martabat diri lebih penting dari segalanya. Evita tidak mau masalah-masalah di sekolah mengakibatkan hal-hal buruk dalam keluarganya. Apalagi sampai ada adegan cakar mencakar dan tarik menarik rambut. Sangat tidak bermoral.

"Mengenai pertunjukan teater yang akan dilakukan dua bulan lagi Ibu memutuskan untuk di undur, sampai kasus ini selesai.  Dan Ibu minta maaf untuk anak-anak yang telah terpilih dan sudah berlatih keras. Semoga masalah ini cepat usai dan kita bisa melanjutkan teater sesegera mungkin," ucap Arista.

Tiba-tiba saja speaker kelas berbunyi dan semua murid spontan terdiam. "Panggilan kepada Ibu Aristawidya, mohon segera ke kantor yayasan."

Arista membisu, dengan dipanggilnya ia kekantor pasti untuk membahas masalah mengenai Elshanum. Seorang guru pria pengganti, Djoko memasuki kelas. "Bu Arista, saya akan menggantikan anda untuk mengajar atas perintah Pak Hermawan."

Arista menatap Djoko sejenak, kemudian mengangguk lantas berbalik mengambil barang-barangnya di atas meja. Dan menatap siswa-siswi sejenak. "Anak-anak untuk sementara waktu Pak Jo akan mengajar menggantikan Ibu. Semangat belajar. Ibu permisi."

Arista berjalan menuju kantor yayasan sesegera mungkin. Dan saat ia melewati ruang seni, tempat di mana segala karya anak-anak di pajang dan sekaligus tempat di mana Elshanum terkapar tak sadarkan diri. Spontan saja jantungnya berdetak kencang, sungguh ia masih mengingat jelas keadaan Elshanum saat itu.

Setelah berjalan satu menit lebih. Tertulis; ruang pimpinan yayasan, di depan pintu abu-abu. Sebelum mengetuk pintu Arista mengambil napas sejenak dan membuangnya. Ia siap dan mengetuk pintu perlahan.

"Masuk."

Terdengar suara lirih dari dalam, Arista membuka kenop pintu perlahan dan masuk. Lantas netranya langsung bertatapan dengan Hermawan Upasama, selaku kepala yayasan.

"Silakan duduk Bu Arista," ucap Hermawan.

Arista duduk di sofa abu-abu pekat bagian kiri pojok. Ia baru sadar bahwa ada dua orang pria di depannya yang satu adalah alumni sekolah, Bimasena Citaprasada. Dan yang satu lagi, Arista tidak mengenalnya.

"Ini, Pak Sambara. Kakak tertua Bima dan Shanum, beliau kemari mewakil Pak Jaiz ingin berbicara langsung dengan anda Bu Arista," ucap Hermawan.

Sambara Citaprasada?

Pria bernama Sambara itu menatap Arista dengan intens. "Jadi anda yang menemukan adik saya pertama kali?"

Terpopuler

Comments

Laksmi Amik

Laksmi Amik

biar tau alurnya di suruh baca ini ya aku mmpir

2024-01-11

1

‼️n

‼️n

Kayaknya bagus ni .....

2023-06-25

1

Kiarra

Kiarra

bagus ceritanya....semangat terus author...

2022-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!