Survival Card Game
Zaman semakin modern, kebutuhan manusia semakin tinggi dan meningkat. Semua aktivitas yang dulu, hanya bisa di lakukan offline. Sekarang bisa dilakukan dengan online.
Kebutuhan manusia semakin mahal dan meningkat, mereka memerlukan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhannya. Sekarang berada di tahun 2035, di mana semua pabrik memproduksi barang dengan menggunakan robot. Itu adalah alasan banyak masyarakat yang pengangguran, mereka memerlukan biaya untuk hidup. Tapi, bagaimana caranya mereka bisa mendapatkan uang dan mencukupi kebutuhan mereka?
Judi, adalah permainan yang dimainkan hanya menggunakan kartu untuk bisa mendapatkan sejumlah uang. Masyarakat awalnya terpaksa melakukan hal itu, tetapi mereka terjerumus dan kecanduan. Dengan berjudi, mereka terbiasa memegang uang yang banyak dan menghamburkannya. Sehingga, untuk menambah modal berjudi mereka merampok, membegal, hingga membunuh.
Dari kejadian tersebut, kriminalitas di masyarakat sangatlah tinggi, pisau adalah senjata yang sering mereka bawa. Entah itu anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Mereka harus berjudi dan melakukan kriminal untuk menyambung hidup.
Kota Gimmeblood, kota yang terkenal dengan sebutan kota 'judi', mayoritas penduduknya bermain judi. Suasana kota yang ramai, setiap sudutnya dipenuhi oleh orang-orang yang berjudi. Perkelahian antar tetangga sering terdengar setiap harinya, bertengkar entah itu masalah sepele, hingga masalah besar. Kota ini hampir tidak ada pedagang. Setiap pedagang yang berjualan lewat, para penjudi tersebut akan mencuri dan memukuli mereka tanpa ada rasa kemanusiaan. Di sini, author ingin menceritakan satu pemuda, yang tidak sengaja terjerumus ke dunia perjudian.
Jonathan, pria berusia 19 tahun. Pintar, tapi polos. Cukup tampan, perawakan pendek yang membuat ia dipandang lemah oleh orang-orang. Dia memiliki keluarga yang harus ia biayai, nenek dan adik nya. Ia bekerja sebagai karyawan pabrik produksi makanan. Suatu hari, Ia berhenti bekerja digantikan oleh tenaga robot, tidak hanya ia saja, tetapi semua karyawan diberhentikan. Kemudian ia mencoba berjualan makanan keliling, tetapi, nasibnya begitu sial, ia sering dipalak dan dipukuli oleh para penjudi. Ia juga mencoba meminta pekerjaan kepada kerabat Nya. Pak Kevin, seorang pengusaha properti kaca. Tetapi Pak Kevin tidak bisa memberikan pekerjaan untuk Jonathan, dengan alasan karyawan penuh dan pemasukkan produksi menurun.
Pagi seperti biasa, suara bising perselisihan antar tetangga menjadi alarm alami di Kawasan itu. Jonathan bingung dan mulai putus asa. Meratapi nasib di atas kasur miliknya.
"Aku harus bagaimana? Semua sudah ku coba, tetapi hasilnya bernasib buruk. Aku juga tidak bisa seperti ini terus menerus, nenek dan adikku, mereka adalah alasan aku tetap bertahan dan berusaha."
Kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar, Jonathan membuka pintu tersebut dan bertemu dengan temannya, David.
"Gua dengar, Lo perlu duit, ya? Kenapa Lo ga ikut Gua main judi dengan yang lain?"
"Aku tidak mau, berjudi haram, aku tidak mau menghidupi nenek dan adikku menggunakan uang hasil judi."
"Tapi, Lo perlu kan? Coba aja sekali, kalau Lo menang, uang nya bisa buat modal usaha sendiri. Setelah itu Lo bisa dapetin uang tanpa berjudi lagi, hanya lakuin sekali seumur hidup."
Jonathan dengan perasaan bimbang langsung mengiyakan ajakan David, Mereka berdua langsung pergi ke tempat perjudian berlangsung. Disana Ia melihat banyak orang-orang yang sedang mempertaruhkan uang dengan memainkan kartu, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyak orang yang berjudi sambil meminum minuman keras.
"Aku tidak jadi ikut, Vid," ucap Jonathan sambil membalikkan badannya dari tempat tersebut.
"Hahahahaha, gapapa. Mereka ga akan gigit Lo, kok! Lagian Lo cowo masa ga berani sih. Tenang aja, ada Gua Lo aman," ucap David menenangkan.
"Woi, David! Anak siapa nih Lo bawa kesini? Keliatan polos banget. Eh anak muda, nama Lo, siapa?" ucap seorang penjudi di sana, Om Gerrard.
Jonathan hanya terdiam, mengabaikan pertanyaan Om Gerrard sambil memalingkan wajahnya. Gemetar dengan rasa trauma yang masih membekas akibat dipalak dan dipukuli oleh para penjudi.
"Oh, nama dia Jonathan, om. Dia pengen ikutan main bareng kita," ucap David sambil menuangkan air minuman keras ke gelas dan meminumnya.
"HAHAHAHAHA, serius? Masa, anak polos begini, main judi. Ga salah?" ejek Om Gerrard.
Jonathan pun langsung menjawab pertanyaan Om Gerrard dengan rasa kesal.
"Aku, terpaksa melakukan ini. Aku harap, Aku bisa memenangkan permainan haram ini! Dengan tujuan, uangnya untuk modal usaha," lanjut Jonathan kesal.
"Hahaha, santai aja, anak muda. Yasudah, kita mulai," ucap Om Gerrard sambil mengumpulkan pemain lain.
Jonathan, bingung melihat penjudi lain memainkan kartu, dan mencoba memahaminya. Dibantu oleh David, Jonathan bisa memenangkan permainan tersebut.
Putaran demi putaran dimenangkan oleh Jonathan, menyusun kartunya dengan baik berkat ajaran David. Permainan judi itu dimainkan dengan permainan CAPSA.
"Benarkah kalau memenangkan permainan, mendapatkan uang sebanyak ini?" tanya Jonathan seakan tak percaya.
"hahahaha, banyak kan? Lo main kartu doang bisa dapat uang sebanyak itu, daripada kerja sana sini cuman menyiksa batin doang," ucap David setengah mabuk.
Jonathan mulai merasa menikmati permainan tersebut, dan terus memainkan permainan tersebut tanpa henti sampai ia mendapatkan uang lebih banyak. Menurutnya, ia akan lebih mudah mendapatkan uang dengan berjudi, tanpa harus berkerja. Sungguh malang, Jonathan mulai kecanduan.
Hari mulai gelap, Jonathan yang sibuk berjudi, kemudian teringat dengan Nenek dan Adiknya. Ia pun segera pulang ke rumah nya dan membelikan makanan untuk mereka.
Sampai di depan rumah, mengucapkan salam dan tidak ada yang menjawabnya. Kondisi rumah sangat hening, ia kebingungan, mengapa tidak ada suara apapun di rumahnya. Biasanya, disaat jam seperti ini nenek dan adiknya selalu mengaji, tetapi kali ini tidak.
Ia mulai khawatir, mengecek seisi rumah dan tidak menemukan siapa-siapa. Ia mulai mencari ke rumah tetangga sekitar. Tetapi, hasilnya nihil, tidak seorang pun yang melihat nenek dan adiknya. Jonathan pulang ke rumah untuk mandi, berharap nenek dan adiknya pulang dengan sendirinya.
Jam mulai menunjukkan pukul 9, Nenek dan Adiknya tidak kunjung pulang. Khawatir serta cemas mulai menumbuhi pikiran Jonathan. Jonathan kembali mencari nenek dan adiknya. Keluar dari komplek tersebut, ia terkejut melihat nenek dan adiknya berada di pinggir jalan sambil menjual jajanan jagung.
"Nek, Nenek sedang apa disini? Aku daritadi mencari kalian. Ini sudah malam, ayo pulang," ajak Jonathan.
Tanpa basa basi, mereka pulang ke rumah.
"Nenek, kenapa berjualan. Aku sudah bilang sama Nenek, biar aku saja yang mencari uang. Aku sanggup, kok," jelas Jonathan.
Nenek Jonathan mengabaikan pertanyaan Jonathan. Ia menyibukkan diri dengan menyusun dagangan jagungnya. Jonathan mulai merasa tidak nyaman, ia merasa neneknya marah kepadanya.
"Nih, aku belikan nasi bungkus, kalian makan ya. Dik, ajak Nenek makan, kakak mau ke kamar."
Jonathan maju selangkah menjauh dari Neneknya, kemudian..
"Nenek tidak mau makan makanan itu, sampai kamu menjelaskan, apa yang kamu lakukan sama David. Disudut komplek sana," ucap Nenek menatap sinis.
Jonathan kebingungan, bagaimana ia harus menjelaskan tanpa menimbulkan kemarahan, ia melakukan semua itu hanya untuk nenek dan adiknya.
Di saat itu juga, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Siapa yang mengetuk pintu disaat seperti ini? Jonathan membuka pintu dan melihat David, dengan kondisi mabuk berat yang ingin mengembalikan uang Jonathan yang dipinjamnya tadi siang.
...----------------...
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
auliasiamatir
ok lanjutt
2021-12-08
0
Tukang_Halu
aku mampir dek Ali...
semangat terus
2021-10-18
1
lysaa
Bagus banget cerintanya, dari sudut pandang kedepan yg lebih maju, aku suka tentg jaman 2035 kek suatu gimana gitu yh bilangnya, tentng karyawan yg dganti oleh robot, ceritanya suka
2021-10-17
1