MY PSIKOPAT BOYFRIEND
Brak!
Ragel mendobrak pintu ruang guru hingga engsel dari pintu itu patah. Cowok itu menatap nyalang kearah guru dengan gaya sok muda itu. Semakin Ragel emosi saat melihat guru itu malah mengulas senyum kearahnya.
Senyum bodoh.
"Ragel, kenapa malam-malam kamu kesini? Mau ketemu sama saya?" tanya guru tersebut.
Ragel membalas senyum bodoh itu. Berjalan perlahan mendekati guru tersebut. Lalu, tanpa aba-aba, Ragel meninju pipi kiri guru tersebut sekuat tenaga.
Hingga guru tersebut terpental jauh, menabrak meja guru.
Guru tersebut meringis memegangi pipi kirinya yang ngilu. Berusaha untuk berdiri.
"Apa-apaan kamu Ragel--"
"Elo yang apa-apaan!" sentak Ragel semakin emosi. "Lo mau ngancurin reputasi sekolah ini, hah?! Mau bikin sekolah ini hancur karena ulah bajingan lo!!" bentak Ragel. Cowok itu berjalan mendekati guru tersebut.
"Ragel! Apa yang kamu bilang, hah?! Saya nggak pernah punya niat buat ngancurin reputasi sekolah! Jangan mentang-mentang kamu anak pak Tama--"
"Halah, ngeles aja lo bangsat!" bentak Ragel semakin emosi. "Mau sampe kapan lo ngeles kek bunglon gitu,hah? Mau gue tunjukin hal keji apa yang lo lakuin, hah?!"
Guru tersebut semakin ketakutan saat Ragel mengeluarkan benda pipih persegi itu dari sakunya. Cowok itu mencari video yang di dapat dari temannya itu. Lalu melemparkannya kepada guru tersebut.
"Lo punya hati nggak sih, bangsat?! Punya nggak?!" bentak Ragel. "Seharusnya semua orang tau, kalau lo itu guru mesum yang pikirannya Travelling kemana-mana!"
Guru itu membulatkan matanya saat melihat video yang ada di ponsel Ragel. Di video itu, terlihat seorang guru yang memaksa siswinya untuk membuka seragam sekolah siswi tersebut. Mencoba untuk mencium bibir siswi tersebut. Walau berkali-kali siswi itu menggeleng, tetap saja, guru tersebut masih berusaha untuk mendapatkan bibir dari siswi nya.
"Itu bukan saya! Kamu bercanda Ragel!" bantah guru tersebut. Berusaha untuk membela dirinya.
"Apakah bapak melihat saya sedang bercanda?" tanya Ragel santai. Dia berjalan mendekati guru tersebut. Dengan seulas senyum yang mengerikan.
"Ragel! Saya nggak pernah melakukan hal se-keji itu!" bantah guru tersebut berusaha untuk memercayai anak dari kepala sekolah tersebut.
"Serius?" Ragel menaikkan sebelah alisnya. Semakin memajukan langkahnya. "Terus kenapa kemarin orang tua murid datang ke ruangan papa saya dan meminta klarifikasi atas meninggalnya anak mereka?" tanya Ragel.
"I ... itu, mana saya tau Ragel. Mungkin saja anak mereka depresi karena putus--"
"JELAS-JELAS ELO YANG MELECEHKAN ANAK MEREKA, BANGSAT! ANAK MEREKA FRUSTRASI KARENA DIA ITU SEDANG MENGANDUNG ANAK DARI PERBUATAN ELO!!! SADAR NGGAK LO!!! SADAR MAKANYA!!!" bentak Ragel menunjuk-nunjuk guru tersebut. Napas nya naik turun. Tangan Ragel terkepal kuat.
Kalau bukan karena orangtua murid itu ingin melaporkan tindakan pelecehan guru tersebut ke kantor polisi dan mengancam akan memenjarakan papa nya ke dalam penjara. Karena tidak becus menertibkan sekolah.
Ragel nggak akan mau mengotori mulut dan tangannya ini.
"Dia saja yang menggoda saya--"
"HEH, BANGSAT!! LO SADAR NGGAK SIH?! MURID SEPERTI MEREKA EMANG MAU MENGGODA ELO YANG TUA BANGKA? LO SADAR HARUS NYA! SADAR BANGSAT! LO PUNYA BINI! LO BISA NGELAKUIN I**TU' KE BINI LO! JANGAN NGELAMPIASIN KE MURID LO, BAJINGAN!!!" bentak Ragel habis-habisan.
Cowok itu mengeluarkan pisau cutter dari saku nya. Semakin berjalan mendekati guru bajingan itu.
"Ragel! Mau kamu apain saya?!" Guru tersebut semakin memundurkan langkahnya. Menatap Ragel ketakutan. Mata hitam kelam itu semakin mengerikan jika dilihat dari dekat. Apalagi senyum mengerikannya.
"Menurut bapak, saya akan melakukan apa dengan pisau ini ke bapak?" tanya Ragel santai, mengangkat pisau cutter tersebut tepat di depan wajah guru tersebut. Cowok itu semakin mendekat kearah guru tersebut.
"Ragel, kamu bisa di penjara kalau kamu membunuh saya! Sadar Ragel!"
"ELO YANG HARUSNYA SADAR ASU! LO UDAH MERUSAK REPUTASI PAPA GUE. LO UDAH BIKIN NAMA SEKOLAH TERCORENG KARENA ULAH BAJINGAN LO ITU!!" bentak Ragel semakin menjadi-jadi. Cowok itu semakin melebarkan langkahnya.
Hingga guru itu terpojokkan dan tak bisa kabur kemana-mana.
Ragel mengangkat pisau itu tepat di depan wajah guru tersebut. Sangat dekat. Bahkan ujung pisau itu hanya berjarak satu senti dari mata guru tersebut.
"Kayaknya cocok deh kalau gue congkel mata lo dulu. Supaya lo nggak ngeliat yang aneh-aneh," ucap Ragel tersenyim miring.
"Atau mungkin gue potong bibir lo dulu? Supaya lo nggak main asal nyosor nyium orang," lanjut Ragel mengarahkan pisau cutter tersebut ke mulut guru itu.
"Tapi gue jadi nggak puas. Gimana kalau gue congkel mata lo, terus gue potong mulut lo?" tanya Ragel memain-mainkan pisau itu naik turun, dari mata, ke mulut.
Guru tersebut menggeleng kuat. Berusaha untuk melepaskan diri dari tatapan mata kelam Ragel.
"Saya mohon, jangan ngelakuin itu. Oke, saya akan minta maaf dan akan mempertanggungjawabkan perbuatan saya. Tolong jangan berbuat sejauh ini Ragel. Kalau kamu mencoba untuk membunuh saya, kamu juga akan dilaporkan ke polisi ..."
"Apakah gue peduli?" Ragel meletakkan ujung mata pisau itu tepat diantara kedua alis guru tersebut. "Oh, ten-tu ti-dak!" Mata pisau itu menyusuri hidung guru tersebut hingga ke ujung hidung itu.
Ragel kembali mengulas senyum mengerikan saat melihat darah yang mulai keluar dari jejak dimana dia sengaja menggores luka di hidung guru itu.
Guru itu membulatkan mata saat melihat darah segar mengalir di permukaan kulitnya.
Ragel gila! Benar-benar gila!
"Satu tetes darah. Waktu nya dimulai!" ucap Ragel mengambil darah di pisau tersebut lalu men-cap nya di bawah mata guru tersebut.
Ragel mengangkat tinggi-tinggi pisau tersebut. Bersiap untuk menancapkan nya tepat di mata kiri guru tersebut.
"RAGEL!"
Ragel menoleh. Melihat sang papa yang berdiri tak jauh darinya berdiri.
"Jangan melakukannya, lagi!" ucap Pak Tama tegas.
Seketika itu pula, pisau yang ada di genggaman Ragel jatuh. Cowok itu mundur beberapa langkah. Tubuhnya rasanya mati rasa. Masa lalu yang mengerikan itu ... berputar lagi di pikirannya.
Pak Tama berjalan mendekati anak semata wayangnya itu. Menahan tubuh Ragel yang hampir tumbang.
"Kan papa udah bilang. Jangan melakukannya, lagi. Papa nggak mau kamu kenapa-napa," ucap Pak Tama.
Ragel menoleh. Berusaha untuk bisa berdiri tegap. Cowok itu mengulas senyum tipis. "Papa menangani nya terlalu lama. Tangan Ragel jadi gatal-gatal pengen ngancurin--"
Pak Tama menggeleng. Tak membiarkan Ragel menyelesaikan kata-katanya. "Jangan ucapkan itu lagi, paham?"
Ragel berkedip sekali. "Okeee, papa boleh D.O Ragel dari sekolah. Jangan istimewa kan anakmu ini," ucap Ragel menepuk pelan bahu Pak Tama.
"Papa hanya men-skors kamu 3 hari. Papa tau kamu melakukan ini demi menjaga reputasi sekolah dan Papa. Jadi Papa nggak akan men-D.O orang seperti kamu yang jelas-jelas berusaha untuk menyelamatkan nama baik sekolah," ujar Pak Tama.
"Walau cara kamu terlalu gegabah. Tapi itu tetap di apresiasi," lanjut Pak Tama menepuk bahu Ragel dua kali. Tersenyum tipis ke arah anak semata wayangnya itu.
Cara Ragel emang salah. Cowok itu terlalu mengikuti emosi nya daripada kata hati nya. Cowok itu selalu gegabah. Cowok itu tidak pernah berpikir panjang.
Walau Ragel memiliki otak yang cerdas.
"Papaku tersayang ..." Ragel membalas senyum tipis Pak Tama. "Terlalu memanjakan anaknya ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
pensi
semangat ka
2022-03-16
2
Bunga Kering
salam kenal Thor...saling dukung yuks🤗
2022-03-16
0
Ilfra Ilivasa
udah kerasa ragel seseram apa hehe
2022-03-16
1