02. Rapuh

..."Hal yang nggak pernah gue bayangkan akan terjadi dalam hidup gue adalah ... ketika seseorang yang begitu gue sayangi pergi untuk selamanya dalam hidup gue."...

...~Ragel Shaquille Adhitama~...

Ragel memakai jaket denim nya. Melipat kedua lengan jaket itu diatas pergelangan tangan. Cowok itu mengambil kunci motornya. Melangkahkan kaki menuju pintu rumah, tak lupa cowok itu menguncinya. Lalu pergi, bersama dengan motor gede kesayangannya.

***

"Eh, Den Ragel. Gimana kabar nya Den?" tanya mang Ujang.

Ragel tersenyum tipis, mengangguk kecil pada pria paruh baya yang pernah bekerja di rumahnya itu. "Kabar baik Mang. Mamang sendiri apa kabar? Baik kan? Keluarga kabar baik juga kan?" tanya Ragel balik.

"Baik Den. Duh, mamang udah lama nggak ketemu sama Aden teh. Mening kasep pisan eu!" puji Mang Ujang. Membuat Ragel terkekeh kecil.

"Mamang juga nggak kalah ganteng," puji Ragel balik.

"Duh, si kasep kalau di puji. Malah muji balik. Mamang udah berumur Den," ucap mang Ujang malu-malu.

"Iya, walaupun udah berumur. Mamang tetap ganteng kayak Ragel," ucap Ragel masih terkekeh kecil. Mang Ujang ikut terkekeh kecil.

Anak dari mantan majikannya itu. Benar-benar bisa mencairkan suasana. Sudah lama sekali mang Ujang tidak bertemu dengan Ragel. Anak laki-laki yang selalu ceria dan cerewet itu, sekarang sudah tumbuh besar.

Rasanya dulu Ragel masih setinggi bahunya. Sekarang, malah dirinya yang setinggi bahu Ragel.

"Aden mau ke makam nyonya yah?" tanya mang Ujang.

Ragel mengangguk. "Iya mang. Kalau gitu, Ragel pamit dulu," ucap Ragel. Cowok itu berjalan memasuki gerbang TPU.

Mang Ujang memandang punggung lebar dan tegap Ragel hingga menjauh. Sudah lama dia tidak bekerja di rumah anak laki-laki itu.

Sekarang, mang Ujang harus kembali ke pekerjaan lama nya sebelum bekerja di rumah anak laki-laki.

Menjadi penjaga TPU pondok indah.

***

Ada satu permintaan yang Ragel harap itu bisa terkabul. Hanya satu,walau dia tau itu sangat mustahil.

Dia ingin Mama nya tetap hidup. Berada disisi Papa dan dirinya. Melengkapi keluarga mereka yang telah hilang karena tanpa kehadiran sang Mama.

Mungkin kalian memandang keluarga Ragel akan baik-baik saja. Setelah Mama nya pergi meninggalkan dirinya dan papa nya.

Kalian salah besar. Ragel justru semakin merasa kehilangan. Berasa ada yang kurang di dalam dirinya.

"Hai Ma! Semoga Mama baik-baik aja disana yah," sapa Ragel mengusap nisan keramik tersebut sendu.

"Ragel kangen," lanjut Ragel lirih. Pipi putih cowok itu basah karena setetes air mata.

"Udah 5 tahun yah Ma. Ragel masih nggak percaya, Mama secepat itu ninggalin Ragel sama Papa." Ragel mengusap wajahnya yang basah karena air mata. Ragel menipiskan bibir. Berusaha untuk tetap tegar. "Mama kangen nggak sama Ragel dan Papa? Pasti kangen kan?"

Cowok dengan jaket denim itu mencabut rumput yang mulai tumbuh di sekitar makam Mama nya. Lalu menaburkan bunga.

"Mama tau nggak? Udah 5 tahun Mama ninggalin Ragel sama Papa. Dan 5 tahun itu juga, Ragel tumbuh tanpa kasih sayang Mama. Ragel kangen. Kangen sama masakan Mama. Kangen sama senyum Mama. Kangen ngeliat Mama jahilin Papa. Sampai Papa ngambek. Kangen dengar tawa Mama. Kangen sama cerita-cerita absurd Mama. Kangen ..." Air mata itu, terus jatuh membasahi pipi cowok dengan garis wajah tegas itu.

Ragel menunduk. Menggenggam erat tanah makam sang Mama. Tanpa peduli tangannya kotor. "Kenapa Mama harus ninggalin Ragel? Kenapa Mama ngingkarin janji? Mama bilang, Mama bakalan selalu ada untuk Ragel. Mama akan selalu ada di hidup Ragel. Mama sama Papa nggak bakalan ninggalin Ragel sendiri."

Tangan Ragel menggali tanah makam Mama nya. Air mata cowok itu semakin deras jatuh, hingga makam Mama nya basah.

"Kenapa ... kenapa mimpi itu harus muncul terus Ma? Kenapa Ragel nggak bisa tidur dengan tenang? Ragel takut. Ragel takut Mah. Ragel harus apa? Supaya mimpi itu nggak datang lagi saat Ragel tidur?"

Ragel semakin menggali tanah makam tersebut. Napas cowok itu memburu. Mata nya memerah, suara isak tangis terus keluar dari bibirnya.

"Mama kenapa harus pergi. Mama harus kembali Mah. Balik Mah! Balik! Temenin Ragel! Ragel nggak bisa tidur Mah. Ragel takut, benar-benar takut. Rasanya Ragel pengen mati aja. Ragel boleh mati kan? Kalau Ragel mati, Mama bakalan ada disamping Ragel kan? Jawab Ma! Jawab semua pertanyaan Ragel!" racau Ragel. Bibir cowok itu bergetar, tangannya tremor ketika mengingat mimpi buruk yang dia harap hanya sekedar mimpi.

Tapi sekali lagi, itu bukan mimpi buruk. Mimpi itu benar-benar nyata. Hadir dalam kehidupan Ragel berumur 12 tahun.

"Ragel harus apa? Rasanya dunia menghukum Ragel. Ragel nggak bersalah, Ragel bahkan nggak tau apa yang terjadi. Kenapa harus Ragel? Kenapa harus Ragel yang dihukum? Kenapa!" lirih Ragel, cowok itu kembali menggali tanah makam sang Mama.

"Ragel mau Mama kembali. Ragel mau Mama selalu ada disamping Ragel. Ragel nggak mau sendiri. Ragel nggak mau! Hiks, hiks, hiks,Mama harus kembali! Mama harus kembali Mah! Temenin Ragel disini! Temenin Ragel!"

Ragel berusaha untuk menggali makam sang Mama dengan tangannya.

"Ya ampun, Ragel!" pekik Pak Tama.

Pria paruh baya itu menghampiri Ragel. Mengambil tangan anak semata wayangnya yang kotor, lalu membersihkannya.

"Ragel jangan begini Gel! Istighfar Gel! Istighfar!" Pak Tama menarik Ragel ke dalam pelukannya. Menenangkan anak semata wayangnya itu.

Tadi, saat Pak Tama akan kembali pulang untuk mengambil sesuatu yang tinggal. Tiba-tiba Mang Ujang menelpon, dan memberitahukan dirinya kalau Ragel sedang di makam istrinya.

"Udah Papa bilang. Kalau kamu mau ke makam Mama. Kasih tau Papa. Jangan pergi sendiri tanpa Papa. Papa khawatir Gel. Papa nggak mau kamu berbuat seperti tadi."

"Ragel harus gimana Pah? Ragel takut, Ragel takut Pah," racau Ragel dalam pelukan sang Papa.

"Ragel! Ada Papa disamping kamu selalu. Jangan berpikir kalau kamu sendirian di dunia ini. Ada Papa!"

Ragel menggeleng kuat. "Ragel mau Mama! Ragel mau Mama kembali Pah!" Cowok itu mengangkat wajahnya, menatap sang Papa dengan mata memerah dan bibir bergetar.

"Gel! Sadar Gel! Sadar!" Pak Tama menangkup wajah anak laki-lakinya itu. "Mama udah tenang disana Gel. Mama udah tenang. Kalau kamu sedih, maka Mama akan sedih disana. Kamu udah janji sama Papa untuk nggak nangis lagi. Kamu lupa sama janji kamu, hm?"

Ragel itu ... terlihat selalu memberi senyuman cerahnya pada semua orang. Terlihat baik-baik saja. Padahal dalam dirinya, Ragel adalah orang yang benar-benar ... sangat rapuh.

***

Olivia menatap sendu dari jauh ke arah anak laki-laki yang meracau di dalam pelukan Papa nya. Gadis itu tidak begitu mendengar jelas racauan anak laki-laki tersebut.

Tapi Olivia tau, gimana hancurnya cowok itu ketika ditinggal orang yang paling dia sayangi untuk selamanya.

Olivia menoleh, menatap batu nisan putih tersebut. Gadis itu mengusap pelan batu nisan tersebut. Menipiskan bibirnya. Ingin rasanya menangis.

Tapi sepertinya percuma.

Sekuat apapun Olivia menangis. Sekuat apapun Olivia meyakinkan diri kalau Abang nya masih ada. Itu hanya akan percuma. Karena pada kenyataannya, Gilang-- Abang laki-laki Olivia.

Tidak akan kembali ke sisinya.

"Abang tau? Setiap kali Oliv datang ke makam. Anak laki-laki itu selalu saja menangis sekuat-kuatnya di depan makam ibunya." Olivia memulai cerita. Gadis itu menghapus jejak air mata di pipinya. "Oliv pengen menghampiri anak laki-laki itu. Dan bilang, kalau menangis bisa mengembalikan orang yang kita sayang berada selalu disisi kita. Maka gue juga akan melakukan hal yang sama, seperti yang lo lakukan setiap kali datang ke makam ibu lo," ujar Olivia mencurahkan isi hati nya.

Olivia terkekeh kecil. "Tapi Oliv nggak punya cukup keberanian untuk menghampiri anak laki-laki itu. Karena Oliv tau, gimana hancur nya ketika orang yang kita sayang pergi selama-lamanya meninggalkan kita disini."

Olivia mengusap wajahnya yang berlinang air mata. Berusaha untuk tetap tegar, benar-benar sakit rasanya. "Rasanya masih mimpi bang. Benar-benar seperti mimpi. Abang pergi ninggalin Oliv, ayah, dan juga ibu. Rasanya Oliv mau bangun dari mimpi yang tak pernah Oliv bayangkan. Sekalipun Oliv nggak mau membayangkan, kalau Abang pergi secepat itu."

Oliv duduk diatas tanah disamping makam Abangnya. Mengusap batu nisan putih itu lembut. Merapihkan bunga-bunga yang mulai berserakan diatas makam sang Abang.

"Tapi ini buka mimpi. Ini nyata, benar-benar nyata. Dan Oliv tidak tau, harus seperti apa menyikapinya. Kalau kenyataan pahit itu adalah ... saat Oliv sadar, kalau Abang ... nggak ada disamping Oliv lagi."

Olivia, sama rapuh nya dengan anak laki-laki tadi.

***

Heh! Yang naruh bawang di part ini siapa? Tolong, Acha sampe meneteskan air mata😭😭😭

plis, Acha mo nangis rasanya 😭😭 padahal Acha sendiri yang buat😭😭 tisu mana tisu🧻😭

Terpopuler

Comments

bbystay

bbystay

Semangat Thor

2021-10-20

2

bbystay

bbystay

oliv best girl<3

2021-10-20

2

lihat semua
Episodes
1 RAGEL ITU ... MENGERIKAN
2 01. Say 'Hi' to Ragel and Olivia
3 02. Rapuh
4 3. Angga-- sang Reporter
5 04. Sedikit cerita tentang Ziky
6 05. Pacaran Dadakan
7 06. Degupan Jantung
8 07. Kesal
9 08. Alasan Pacaran sama Olivia
10 09. Hobi Baru
11 10. Belajar Bareng
12 11. Calon Mertua dan Restu Mereka
13 12. Akting
14 13. A Hero
15 14. Rasa Empati
16 15. Sayang nggak?
17 16. Luka Tak Berdarah
18 17. Ibarat Tahu Dalam Gado-Gado
19 18. Hai Ratu!!
20 19. Tidak Akrab Lagi
21 20. Dream Catcher
22 21. Kencan Pertama
23 22. Model Dadakan
24 23. Antara Ia dan Dia
25 24. Teka-teki
26 25. Puzzle yang Hilang
27 26. Saga dan Misterinya
28 27. Cinta Itu Luka
29 28. Se-deras Hujan
30 29. Rumah Ragel
31 30. Sebuah Fakta
32 31. Egois sekali saja
33 32. Ajakan Dinner
34 33. Berbelanja
35 34. Masak Bareng
36 35. Kencan Kedua--Dinner
37 36. Hasutan
38 37. Keputusan
39 38. Chattingan
40 39. Cinta atau Nafsu
41 40. Jangan Ganggu Dia!
42 41. Penderitaan Syera
43 42. Skorsing hari pertama
44 43. Karena Olivia
45 44. Skorsing Hari Kedua
46 45. Kecelakaan
47 46. Tetap Bersama
48 47. Semakin Rumit
49 48. Kembali
50 49. Teror
51 50. Kencan Ketiga
52 51. Tidak Pernah Benci
53 52. Kita Putus
54 53. Menjadi Asing
55 54. Sisa Rasa
56 55. Tak Selamanya Indah
57 56 Olivia Dan Saga
58 57. Ragel Dan Kebahagiaan
59 58. Undangan Ulangtahun
60 59. Pesta Yang Berantakan
61 60. Sebuah Kunci (1)
62 61. Sebuah Kunci (2)
63 62. Maaf
64 63. Usai
65 64. Perpisahan
66 65. Zero
67 Extra Part 1
68 Extra Part 2
Episodes

Updated 68 Episodes

1
RAGEL ITU ... MENGERIKAN
2
01. Say 'Hi' to Ragel and Olivia
3
02. Rapuh
4
3. Angga-- sang Reporter
5
04. Sedikit cerita tentang Ziky
6
05. Pacaran Dadakan
7
06. Degupan Jantung
8
07. Kesal
9
08. Alasan Pacaran sama Olivia
10
09. Hobi Baru
11
10. Belajar Bareng
12
11. Calon Mertua dan Restu Mereka
13
12. Akting
14
13. A Hero
15
14. Rasa Empati
16
15. Sayang nggak?
17
16. Luka Tak Berdarah
18
17. Ibarat Tahu Dalam Gado-Gado
19
18. Hai Ratu!!
20
19. Tidak Akrab Lagi
21
20. Dream Catcher
22
21. Kencan Pertama
23
22. Model Dadakan
24
23. Antara Ia dan Dia
25
24. Teka-teki
26
25. Puzzle yang Hilang
27
26. Saga dan Misterinya
28
27. Cinta Itu Luka
29
28. Se-deras Hujan
30
29. Rumah Ragel
31
30. Sebuah Fakta
32
31. Egois sekali saja
33
32. Ajakan Dinner
34
33. Berbelanja
35
34. Masak Bareng
36
35. Kencan Kedua--Dinner
37
36. Hasutan
38
37. Keputusan
39
38. Chattingan
40
39. Cinta atau Nafsu
41
40. Jangan Ganggu Dia!
42
41. Penderitaan Syera
43
42. Skorsing hari pertama
44
43. Karena Olivia
45
44. Skorsing Hari Kedua
46
45. Kecelakaan
47
46. Tetap Bersama
48
47. Semakin Rumit
49
48. Kembali
50
49. Teror
51
50. Kencan Ketiga
52
51. Tidak Pernah Benci
53
52. Kita Putus
54
53. Menjadi Asing
55
54. Sisa Rasa
56
55. Tak Selamanya Indah
57
56 Olivia Dan Saga
58
57. Ragel Dan Kebahagiaan
59
58. Undangan Ulangtahun
60
59. Pesta Yang Berantakan
61
60. Sebuah Kunci (1)
62
61. Sebuah Kunci (2)
63
62. Maaf
64
63. Usai
65
64. Perpisahan
66
65. Zero
67
Extra Part 1
68
Extra Part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!