Model Kesayangan Sang Mafia
Detak jarum jam dinding diiringi kicauan burung yang bertengger di jendela memenuhi ruangan yang bernuansa elegan dan mewah di lantai dua bangunan bertingkat 3.
Senada dengan matahari yang terbit dengan ceria pagi itu, seorang gadis tersenyum menikmati pantulan dirinya dari atas sampai bawah di depan cermin. Pakaian yang hampir seluruhnya berwarna biru, serasi dengan warna kulit putih mulus gadis itu.
Diiringi dengan senandung yang tak henti keluar dari mulutnya, hingga sebuah ketukan pintu menghentikan kegiatannya.
Tok! Tok! Tok!
Dengan jepit rambut yang dihiasi permata berwarna biru berkilauan, bertengger di atas rambut hitam panjang gadis itu. Rossi Alexandra.
Ia mengalihkan pandangannya dari cermin panjang di samping lemari dan meninggalkannya. Pintu terbuka, tampak sosok wanita berumur 40an tengah berdiri di depannya. Berseri seri, Rossi keluar kamar dan menutup pintu.
"Bibi, bagaimana menurutmu. Apa aku cantik dengan ini,?" tanya Rossi sambil memperlihatkan setiap lekuk yang ada di tubuhnya.
"Anda selalu cantik nona, bahkan memakai piyama pun anda tetap cantik," jawabnya. Gadis itu tersenyum mendengarnya.
"Terimakasih, apakah Sarah sudah datang?," tanya Rossi.
"Sudah nona, ia sedang menunggu dibawah," jawab Bi Lana.
Mengiyakan jawaban wanita itu Rossi pun bergegas berjalan menjauh dari kamarnya, di ikuti bi Lana dibelakangnya. Ia menyandarkan tangan lentiknya di atas pegangan tangga yang melengkung. Jari jemarinya menelusuri ukiran ukiran yang timbul di permukaannya seirama dengan langkah kaki jenjang yang ditopang high heels berwarna putih dibawahnya.
Rossi menginjakkan kakinya pada tangga terakhir, sampai dilantai yang mengkilap berlapiskan keramik mika, memperhatikan para wanita yang memakai baju seragam mondar mandir membersihkan setiap sudut bangunan itu, Rossi kesal melihatnya.
"Kenapa mereka begitu rajin, padahal hanya satu orang yang tinggal di rumah ini."
Bi Lana hanya mengangguk tak berani menjawab. Ia mengerti maksud dari nona muda nya itu, bahwa hanya ada Rossi mendiami rumah bak istana itu sekarang.
Orang tua? Orangtuanya banyak menghabiskan waktu untuk mengurus pekerjaan mereka. Apa dan dimana ayah dan ibunya bekerja Rossi tidak mengetahuinya. Sangat jarang mereka berada di rumah dan meluangkan waktu dengan Rossi semenjak dia menjadi model di kota S. sekitar 3 tahun yang lalu. Tak ada kakak maupun adik, Rossi putri satu satunya Hans Alexandra dan Rahel Andreas.
Ia butuh perhatian sejak itu. Menjalani hidup tanpa kasih sayang dan bergelut dalam dunia modeling, model terkenal dan berbakat di kota S. Membuatnya merasa semua cinta yang diberikan padanya seakan terlihat palsu, namun sikapnya selalu ramah pada semua orang.
Membuat Rossi memakai topeng di setiap hari-hari yang dilaluinya. Namun ia sering melupakan banyak hal. Seperti memori dalam ingatannya ada yang di hapus. tapi Rossi merasa mungkin itu hanya karena ia kelelahan bekerja untuk pemotretan.
Ada Bi Lana yang selalu ada dirumah bersamanya dan berbagi kasih sayang namun itu masih berbeda dengan kasih sayang yang diinginkannya. Seorang sahabatnya bernama Sarah, sekaligus managernya pada pekerjaan modelingnya selalu ada dan mensupport nya sehingga dia tak merasa kesepian di kota itu.
Dia berharap akan ada waktu saat seseorang bisa memberikannya kasih sayang yang sangat dia inginkan dan berhenti memikirkan waktu yang hilang dari ingatannya.
"Kenapa begitu lama, kita ada pemotretan penting hari ini baby," Ujar seorang wanita pada rossi, Sarah.
Sarah yang sudah lama menunggu nya beranjak dari sofa merah di ruang tamu dan menarik Rossi untuk segera pergi meninggalkan rumah itu. Menuju ke mobil sport mewah yang terparkir di luar.
Di dalam mobil.
"Apa yang kamu cemaskan Sarah, kita tidak akan terlambat. Ini masih begitu pagi."
"Tidak tidak tidak, Rossi kamu harus datang awal hari ini. banyak pemotretan dan tentu saja kamu harus menjadi yang paling cantik dan disiplin disana," jawab Sarah sambil memasangkan sabuk pengaman di bangku rossi
"Tenanglah, lagi pula aku ini sudah cantik. Tidakkah kamu lihat ini," ucap Rossi sambil menopang kedua pipi nya yang mulus itu dengan tangannya. Dan bercermin di spion depan mobil itu.
"Ahh sudah lah, narsis".
Sarah melajukan mobil keluar dari gerbang yang dipenuhi bunga bermekaran di sudut kanan dan kirinya.
Mobil mewah itu sekarang terparkir di parkiran bawah gedung bertingkat yang menjulang tinggi. Yang sudah ada banyak wartawan disana.
"Apa ini? Kenapa ada begitu banyak orang, apakah mereka menungguku," kata Rossi sambil melihat keluar jendela.
"Jangan ke gr an, mereka menunggu CEO baru perusahaan ini. Namanya.. entah lah aku lupa," ucap Sarah yang bersiap siap untuk turun dari mobil.
"Hooo. Apa dia tampan? Tapi bukankah acaranya nanti malam? Kenapa mereka berkumpul sepagi ini," Rossi penasaran.
"Tentu saja dia tampan, mungkin mereka mengira CEO itu datang melihat perusahaannya pagi ini".
****
Tempat lain di kota S. Ruangan yang beraura kelam. Seorang pria yang tengah duduk dengan gagahnya di atas sebuah kursi seperti raja yang duduk di singgasananya , di hadapannya ada seseorang yang tergeletak di lantai berlumuran darah, memohon padanya.
"A-a-aku tidak tau, ss-sungguh," kata lelaki yang hampir mati itu.
Pria tampan itu tersenyum padanya, mengambil pistol yang berada di atas nampan perak di sampingnya. Menembak lelaki sekarat itu dengan satu tembakan tepat di dadanya.
Pria itu memberi kode dengan tangannya pada sekelompok pria lain berjas hitam. Seakan paham dengan yang diperintahkan, dua orang dari mereka menarik jasad yang sudah babak belur dan berlumuran darah itu keluar sana.
"Selidiki semuanya, jangan sampai ada yang terlewatkan sedikitpun. Bagaimanapun aku harus segera menemukannya."
"Baik tuan."
Seorang pria menyanggupinya dan pergi meninggalkan ruangan itu.
Edgar Julian Stevenson, tuan muda sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Stevenson. Yang sudah sukses selama bergelut dalam dunia bisnis sejak dia masih berusia 20th. Disamping kesuksesannya sebagai CEO di perusahaan terbesar di Asia, ia juga merupakan mafia yang berpengaruh di Asia-Eropa. Namun status nya sebagai mafia tak dipublikasikan. Pria itu dikenal dengan temperamennya yang buruk.
****
Di ruang rias, semua orang terlihat sibuk.
"Rossi Alexandra," ucap seorang wanita dengan suara lentik menghentikan kesibukan Rossi dan Sarah, memandangi seorang wanita modis bergaun merah terbuka yang menampakkan sedikit buah dadanya. Berjalan mendekati mereka dengan angkuh, Vera Anderson.
Ia berdiri berkacak pinggang di hadapan Rossi yang sedang duduk di kursi rias.
"Selama apapun kamu berdandan disini, tidak akan bisa menyaingi ku," ledeknya dengan wajah sok cantik itu.
"Oh ya? benarkah? ayo kita lihat siapa yang akan menjadi bintang malam ini," balas Rossi dengan berbalik tersenyum manis padanya.
Vera pergi dengan kesal namun sudah ada rencana licik untuk menjatuhkan nama Rossi.
"Huh. Ada apa dengannya Sarah? Kenapa dia menjadi semakin angkuh akhir akhir ini."
"Dia mendapatkan sponsor baru di belakangnya, dan tampaknya memiliki kekuatan disini."
"*****," ucap Rossi sambil beranjak dari kursi rias untuk kembali pada pemotretan.
Jadwal pemotretan Rossi hari itu sangat padat. Hingga dia sampai di rumah menjelang malam.
Di rumah Rossi.
"Huh. Lelahnya, apa kita harus menghadiri acara itu? Aku lelah.."
Rossi menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur empuk kesayangannya.
"No no no, kamu harus hadir. Apa kamu mau mengalah pada wanita ****** itu? Aku mandi duluan," jawab Sarah sambil menuju ke kamar mandi.
Rossi hanya merengek dan tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Lelah. Letih. Lesu.
Namun ia harus menjadi bintang malam ini. Harus. Setelah Sarah selesai mandi, Rossi bergantian ke kamar mandi. Dan mereka bersiap siap untuk pergi ke acara penyambutan itu.
Dengan dibalut gaun putih bercampur merah muda. Rambut panjang terurai dan bergelombang di ujungnya, Rossi tampak seperti seorang putri. Dengan riasan sederhana bernuansa merah muda, sangat cocok dengan wajahnya, tampak serasi dengan perhiasan berkilau yang dia kenakan.
"Oke.. Waktunya kita berangkat tuan putri," goda Sarah setelah selesai mendandani tuan putrinya itu. Mereka berangkat dengan mobil berwarna putih yang sudah terparkir di depan rumah. Melajukan mobil itu dengan santai di jalanan malam sambil menikmati suasana kota malam yang indah.
--***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Tiana
mampir
2023-10-11
1
YouTube: hofi_03
bagus ceritanya 😍
2023-09-23
1
stela
lanjut reken
2022-10-12
1