Di depan gedung perusahaan Xx.
Karpet merah terbentang panjang menuju pintu masuk gedung bertingkat yang sudah dikelilingi oleh para wartawan. Mereka berdesakan tak ingin kehilangan momen penting untuk laporan pekerjaan mereka.
"Lihat. Lihat. Itu dia Presdir nya sudah datang," suara nyaring seorang pria membuat suasana nya menjadi sibuk.
Cahaya flash kamera muncul dari setiap penjuru untuk mengambil foto sesosok pria yang berjalan di atas karpet merah dengan setelan jas berwarna biru gelap, badan tegap dan tentunya berwajah tampan.
Langkahnya diikuti beberapa pria bersetelan hitam seragam di belakangnya. Memasuki pintu gedung itu dengan angkuh.
***
"Sarah, apa kita tidak akan terlambat jika kamu mengemudi seperti siput ini," kata Rossi sambil memandangi jalanan dari balik kaca mobil.
"Kita harus menikmati suasana jalanan malam Rossi, lihatlah. Bukankah indah. Lagipula tidak akan terjadi apa apa jika kita terlambat sedikit saja," balas Sarah tenang.
Rossi hanya mengangguk namun ia sangat penasaran dengan Presdir baru itu. Hati kecilnya merasa tidak sabar untuk bertemu dengan pria itu.
Tak lama kemudian mereka sampai di parkiran bawah gedung, tidak melewati karpet merah yang terbentang di depan. Mereka sudah terlambat. Jadi masuk melewati pintu yang lain.
Didalam ruangan itu, para tamu tengah sibuk berbincang bincang. Rossi dan Sarah menyelinap di tengah keramaian berbaur di dalamnya. Ternyata acara penyambutannya sudah berakhir. Rossi merasa sedikit sedih, dia tak dapat melihat pria itu.
"Lihat ini. Siapa yang datang," kata seorang wanita dengan gaun yang berkilau berwarna merah berjalan menggandeng tangan seorang pria mendekati dua wanita yang tengah menikmati minuman mereka. Rossi dan Sarah.
Rossi tak menghiraukannya, meletakkan gelasnya tanpa memperdulikan wanita yang berdiri di depannya itu.
"Kau! kau berani," ucap Vera kesal.
"Jika kau tak ingin pria di samping mu itu tau bagaimana kau bermain di belakangnya. Jangan menggangguku," ucap Rossi berbisik padanya lalu meninggalkan wanita yang kemarahannya hampir meledak itu.
'Lihat saja, sampai kapan kau akan sombong seperti itu,' Vera berbisik dalam hatinya.
Ia memberi tanda pada salah satu pelayan yang membawa minuman di tangannya. Diiringi senyum licik di wajahnya. 'Kau akan berterima kasih padaku rossi,' batin Vera.
"Silahkan minumannya nona," ucap seorang pelayan memberikan segelas anggur pada Rossi.
Rossi menerimanya tanpa kecurigaan sedikitpun berlalu pergi meninggalkan pelayan itu. Membawa minuman itu bersamanya. Di sela perbincangannya dengan tamu disana, Rossi meminum anggur itu.
"Sarah, aku ke toilet sebentar."
Rossi pergi menjauh dari Sarah setelah wanita itu mengangguk.
Di lorong toilet.
"Kenapa kepalaku begitu sakit, nafasku juga menggebu. hoh. Panas sekali malam ini."
Rossi memegang kepalanya sambil berjalan sempoyongan ke toilet. Ada dua pria yang berdiri di samping toilet itu seakan sedang menunggu mangsa mereka.
"Hai wanita, mau kami bantu?"
Seorang pria tersenyum nakal pada Rossi, mulai menyentuh wajah Rossi yang sudah mulai memerah.
"Jangan menyentuhku."
Rossi menyingkirkan tangan kotor itu darinya.
"Jangan sok jual mahal begitu, tenang saja. Kami akan memperlakukanmu dengan lembut sayang."
Mereka menarik Rossi ke sudut dinding dan memojokkannya.
"Menjauh dariku. Lepaskan."
Rossi berusaha melepaskan genggaman pria itu di tangannya.
Di balik sudut itu ada seorang pria yang tengah mengobrol melalui telepon.
"Terus selidiki!"
Edgar mengakhiri panggilannya. Dan berjalan mendekati sumber suara yang mengganggunya dari tadi.
"Apa kalian bersenang senang?"
Suara berat Edgar menghentikan kegiatan dua pria yang ingin bercinta itu.
"Jangan mengusik kami, carilah wanita lain," ucap seorang pria yang sudah tak tahan.
"Tolong aku."
Rossi memohon pertolongan edgar dengan wajah merah mungil nya.
Namun Edgar malah berpaling dan pergi menjauh. Tidak menghiraukan permohonan gadis itu.
Tidak lama kemudian, tepat sebelum pria itu hendak mencium Rossi. Sekelompok pria berjas hitam menghentikannya dan membereskan dua orang itu. Lalu membawa rossi yang setengah sadar ke dalam mobil yang berada di parkiran bawah gedung.
Ternyata seorang pria didalam mobil itu. Edgar.
"Jalan," ucap edgar sambil membuka jasnya dan menutupi tubuh mungil Rossi yang mulai menggeliat tak nyaman.
Sopir itu melajukan mobilnya keluar dari parkiran dengan gesit dan melaju di jalanan malam tanpa tujuan.
"Panas."
Rossi menyingkirkan jas yang menutupinya lalu mendekat pada Edgar. Tanpa kewaspadaan sedikitpun.
"Tolong aku."
Wajah memelas itu membuat Edgar menjadi ingin memakannya. namun ia masih berusaha untuk menahan. sampai Rossi terus mendesaknya, ia merasa sangat tidak nyaman. dan mengikuti permainan wanita itu.
"Ini permintaanmu, oke."
Rossi mengangguk dan mengecup lembut bibir Edgar. Edgar tersenyum. Sebelumnya tak ada wanita yang berani menciumnya, membuat sopir yang melihat itu cemas pada Rossi.
Takut tuannya itu akan marah. Tapi bukannya marah Edgar malah mencium balik Rossi dan mencium dalam bibir mungil itu. Membuat bawahannya itu heran.
"Kembali ke mansion."
Edgar menghentikan ciumannya dan menyandarkan Rossi di bahunya. Edgar merasa familiar saat melihat Rossi di gedung tadi, membuatnya tak rela jika harus membiarkan wanita itu berada dalam pelukan pria lain.
Di rumah mewah tepi pantai.
Edgar menggendong Rossi yang terbalut jasnya memasuki pintu besar mewah bernuansa elegan dan disambut oleh jajaran pelayan yang tunduk hormat padanya. Edgar melewati mereka, menaiki tangga dan berlalu.
"Apa yang terjadi? Ini sudah sangat lama sejak tuan muda dekat dengan seorang wanita. Bahkan sekarang menggendongnya?" Ucap seorang pria yang bergegas mendekati pak sopir yang tengah berdiri di sudut pintu.
"Hei kalian. Berhenti bergosip. Bukankah ini bagus, tuan muda bisa melupakan gadis itu," ucap seorang wanita yang keluar dari arah dapur.
Di kamar, Rossi terbaring di tempat tidur yang disinari cahaya rembulan, membuatnya tampak sangat menawan. Sedangkan Edgar berada diatasnya. Ia mengalungkan tangannya dileher Edgar. Menggoda pria itu. Tanpa sadar apa yang sedang ia lakukan.
Edgar tersenyum, merasa bergairah melihat tingkah Rossi yang terlihat begitu menggoda. ia memenuhi keinginan Rossi yang sudah merasa sangat tidak nyaman dan ingin bercinta dengannya.
"Tolong aku," ucap Rossi di bawah tubuh Edgar.
"Tentu saja sayang," balas Edgar.
Dengan gesit Edgar melepas bajunya, mulai menciumi Rossi dari bibir mungil yang memanggilnya sejak tadi, lalu perlahan mulai menelusuri leher jenjang gadis itu. Membuat Rossi menggelinjang dan meremas seprai tempat tidur.
Edgar melepas perlahan gaun yang menutupi tubuh Rossi. Melepaskan satu persatu penghalang diantara mereka. Sehingga mereka tak lagi dibalut oleh sehelai benangpun. Tubuh mereka disinari cahaya rembulan yang menembus masuk melalui kaca besar di ruangan itu.
Edgar melanjutkan kegiatannya, meninggalkan tanda gigitan kecil darinya pada setiap tubuh mulus Rossi. Rossi mengerang.
"Auhh."
Membuat Edgar menjadi lebih bergairah lagi. Terlihat dari siluet di atas tempat tidur itu. Tubuh mereka menyatu.
Terdapat bercak merah di atas seprai. Menandakan status Rossi dari gadis menjadi wanita. Baru pertama kali, melihat itu Edgar tersenyum puas.
Mempercepat gerakannya memompa tubuh Rossi. ruangan itu dipenuhi oleh erangan Rossi dan Edgar. Mereka bercinta dengan begitu panas. Hingga terlelap setelah beberapa ronde. Berpelukan.
***
Pagi hari, mentari memaksa masuk dari balik kaca besar. Menyilaukan, membangunkan seorang wanita yang terlihat begitu lelah setelah kejadian semalam.
"Uhh. Kepalaku sakit."
Rossi bangkit dan memegang kepalanya. Lalu duduk di tepi tempat tidur tanpa memakai penutup apa pun.
"Huaaa. Apa ini, kenapa aku.."
Rossi menjerit dan menyilangkan kedua tangannya menutupi dadanya. merapatkan pahanya. Rossi mulai mengingat satu persatu adegan dia yang menggoda pria itu.
Membuatnya menjadi gila jika semakin mengingatnya.
"Aku menggodanya."
Rossi berulang ulang mengulangi perkataan itu. Termenung.
Ketukan pintu membuatnya terkejut, dan langsung meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. Lalu seorang wanita berumur 40an memasuki ruangan itu dengan membawa pakaian di tangannya.
"Silahkan mandi nona, ini pakaian anda. Tuan muda sudah menunggu anda di bawah."
Wanita itu tersenyum ramah dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Rossi masih tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Namun yang membuatnya penasaran, siapa pria yang dia goda tadi malam.
Selesai mandi dan memakai pakaian yang disediakan untuknya. Rossi perlahan menuruni anak tangga satu persatu hingga terlihat seorang pria tengah makan di meja makan. Rossi bergegas mendekatinya
"Maaf tuan. A-aku sungguh minta maaf atas kejadian semalam. Aku.."
Rossi mengaitkan kedua telapak tangannya di bawah perut ratanya. Sangat imut.
"Duduklah."
Rossi gugup namun hanya bisa menuruti perkataan pria itu. Rossi berjalan menjauh. berencana duduk di seberang pria itu. Namun seorang pelayan menarik kursi di dekat pria itu dan memberi tanda agar Rossi duduk disana.
Rossi hanya terdiam. Menatap pria yang tengah sibuk menyuap makanannya.
"Apa yang kamu lihat!? Makan makananmu."
Nada bicara Edgar terdengar seperti marah bagi rossi. Namun sebenarnya itu biasa saja bagi orang rumah itu.
Tak lama kemudian, Edgar pergi meninggalkan meja makan. Berjalan ke menaiki tangga dan mulai tak terlihat. Rossi menyusulnya karena dia harus memperjelas kejadian semalam.
Edgar mengetahui bahwa dia diikuti. lalu langkahnya terhenti dan berbalik ke arah penguntit itu. Ternyata itu adalah Rossi. Wanita yang tidur dengannya semalam. Tiba tiba mendorong tubuh Rossi ke pojok dinding. Menatap mata wanita itu dengan tajam. Nafas mereka menyatu. Terlalu dekat.
"Apa kamu menyesal bercinta denganku?"
Edgar menatap dengan tatapan mengintimidasi. Rossi menggeleng. Melihat tingkah wanitanya itu Edgar langsung menciumnya dan perlahan tangannya mulai bergerak memasuki pakaian Rossi. Rossi langsung menghentikannya. Dia mendorong tubuh Edgar menjauh. Nafasnya tersengal.
Rossi berusaha mengatur nafasnya. Memulai pembicaraan.
"Tunggu. Tak bisakah kita berkenalan dulu. Aku Rossi. Kamu?" Tanya Rossi sedikit gugup.
Edgar menyerngit kesal. Siapa di dunia ini yang tidak mengenalnya.
"Ck!" Balas edgar.
Dia pun pergi dan membanting pintu kamar yang berada di ujung lorong. Rossi tak berani mengikutinya. Hanya berdiri menunggu di sudut lorong itu.
--***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
baca sambil nyemil
2023-09-23
2
Alya Yuni
Trllu bodoh si Rosi skolah tinggi bodoh amat
2022-10-02
1
dhapz H
tingg@l nyebut nama aja kok mlh marah.. apa susahnya
2022-03-22
1