BAB.5

Di ruang makan.

Edgar dan Rossi duduk berhadapan. Diatas meja bulat berlapis kaca sudah terhidang banyak sekali makanan. Bukan porsi untuk dua orang mungkin sepuluh orang memakannya baru akan habis.

Seperti dinner pasangan romantis. Terdapat lampu lilin mewah di tengahnya. Membuat suasananya menjadi begitu harmonis. Rossi hanya melamun menatap makanannya, sedangkan Edgar sudah makan beberapa suap.

"Kenapa? Tidak suka?" Ucap Edgar sambil menyuap sesendok makanan ke mulutnya.

"Tidak. Tidak. Aku hanya belum--"

"Bi Yon, buang semua makanannya. Ganti yang baru."

Kata Edgar sambil membuang sendok di tangannya memotong perkataan Rossi.

"Hei apa yang kamu lakukan, aku akan makan." Rossi pun langsung menyantap makanannya.

Edgar senang melihat wanitanya yang makan begitu lahap. Suara decitan kursi membuat Rossi mengalihkan pandangannya pada Edgar. Edgar bangkit dari kursinya.

"Habiskan makananmu."

Dengan tatapan tajam seakan akan membunuh Rossi jika tidak menghabiskan makanannya. Ia berlalu pergi menaiki anak tangga. Hingga tubuhnya tak terlihat lagi.

Kepergian Edgar membuat Rossi lebih tenang untuk makan, tidak merasa tertekan lagi. Namun ia kesepian. Sendiri. Seperti biasanya. Tak lama kemudian setelah ia menghabiskan makanannya Rossi menyusul Edgar keatas.

Di ruang kerja samping kamar tidur.

Tok. Tok. Tok

Rossi mengetuk pintu itu beberapa kali namun tak ada jawaban. Hingga Rossi memberanikan diri untuk membuka pintu dan masuk ke dalam. Tak ada siapapun di sana. Namun ada siluet seorang pria di balkon. Dia sedang menelpon. Rossi melihatnya dari balik tirai yang bergerak ke segala arah karena hembusan angin malam.

Menunggu pria itu, Rossi berdiri dengan memeluk tubuhnya. Dingin. Angin berhembus dari balkon masuk ke dalam ruangan itu begitu kencang. Tidak lama kemudian, akhirnya Edgar selesai dengan teleponnya. Berbalik badan. Dan tertawa melihat Rossi yang kedinginan.

Tiba tiba. Tubuh besar tinggi tegap berdiri di hadapan rossi. Menarik tubuh mungil wanita itu melekat padanya. Rossi terkejut. Mereka saling menatap.

"Begitu merindukanku?" Terlihat senyum nakal di bibir Edgar.

Rossi berusaha menjauhkan tubuh mereka. Tapi sia sia. Tenaga nya tak begitu kuat untuk melawan pria itu.

"Berhenti bercanda. Aku kesini ingin meminta tasku," ucap Rossi pasrah dengan keadaannya.

"Tas?"

Edgar menyerngit kesal.

Karena wanita itu datang bukan untuknya. Dia mempererat dekapannya. Membuat Rossi sulit bernafas. Rossi memukul dada pria itu. Tak menyebabkan pengaruh apa pun.

Kekesalan Edgar membuatnya lepas kendali. Dia mengangkat Rossi begitu entengnya. Menghempaskan nya di sofa empuk berwarna ungu gelap. Sehingga posisi Rossi berada dibawahnya.

"Aku ingin menghubungi temanku."

Rossi hampir bangkit dari sofa itu. Tapi tubuhnya didorong kembali oleh tangan besar Edgar.

"Tidak penting."

Edgar langsung mencium dalam bibir Rossi. Mencium lama. Rossi tak bisa mengiringinya. Nafasnya terengah-engah. Edgar tak memperdulikannya. Bibir Edgar mulai menelusuri lehernya. Mendarat di dua celah bukit kembar yang mulai menyembul terlihat jelas dari balik dress itu.

Membuat Edgar ingin melakukan lebih. Ia melepas dasi dan ikat pinggangnya. Perlahan melucuti pakaian yang ada di tubuhnya dan wanitanya. Rossi tak menolak. Ia larut dalam kenikmatan dunia itu.

Mereka mulai bercinta lagi. Untuk yang kedua kalinya. Namun Edgar menjadi begitu ganas malam itu. Perlakuannya sedikit kasar dari sebelumnya.

"ahh.. ahh."

Suara itu memenuhi setiap sudut ruangan. Dengan angin yang masih berhembus dari balkon. Tirai yang menari dengan begitu bebasnya. Membuat suasananya menjadi romantis.

Malam yang panjang. Rossi tertidur dalam pelukan Edgar. Begitu hangat. Namun menjelang subuh. Edgar terbangun dengan tanpa busana dan membawa Rossi yang juga tak dibalut apapun ke kamar tidur di sebelah ruangan itu. Menyelimuti Rossi yang masih tertidur.

Edgar mengecup lembut kening wanita itu. Meninggalkannya. Menuju kamar mandi. Dibawah guyuran air yang membasahi tubuhnya. Edgar merasakan kenyamanan dengan wanita barunya. Rossi. Tapi dia masih tidak bisa melupakan Olivia.

***

Edgar pergi pagi sekali. Meninggalkan wanita cantik yang masih larut dalam bunga tidurnya. Tak ingin membangunkannya. Ia berpakaian sangat rapi. Keluar dari rumah itu di ikuti oleh anak buahnya. Dua mobil berwarna hitam keluar dari gerbang tinggi runcing. Melaju pelan sambil menikmati suasana di jalanan pagi.

"Tuan. Ada telepon dari rumah besar."

Seorang pria memberikan sebuah ponsel dari kursi mobil depan pada Edgar yang duduk manis di belakang.

"Edgar.."

Terdengar suara melengking dari seberang telepon.

Menyakiti telinga pria itu.

"Ibu. Aku tidak tuli."

Edgar membalasnya kesal.

Terdengar tertawa kecil dari panggilan itu. Artha Venatrio. Ibunda Edgar. Yang sekarang berada di kediaman keluarga Stevenson, Italia. Mereka mulai mengobrol santai melepas rindu antara ibu dan anak.

Beberapa menit berlalu. Panggilan itu pun berakhir. Sementara mobil yang ia naiki sudah berhenti di sebuah parkiran di bawah gedung perusahaan Xx. Perusahaan barunya.

Matahari sudah berada cukup tinggi. Perlahan menyinari setiap sudut di kota itu. Edgar memasuki kantornya, disambut oleh semua karyawan yang menunduk hormat padanya. Edgar melewati mereka. Menaiki lift khusus Presdir. Sementara di samping lift itu sudah banyak karyawan yang mengantri.

Di ruangan presdir.

Edgar sibuk dengan komputernya. Jarinya yang lihai tak henti mengetik papan keyboard itu. Muncul kode kode tak karuan disana.

FAILED! FAILED!

"Sial kenapa begitu susah dipecahkan."

Edgar menggerutu kesal. Mendorong kursinya menjauh dari meja. Bersandar di sana. Menatap langit ruangannya yang putih bersih. Tak berdebu. Menenangkan pikirannya sebelum kembali lagi pada komputernya.

Sementara itu. Di rumah besar tepi pantai.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 9. Sinar matahari masuk dengan begitu menyilaukan. Matanya menyipit. Mulai terbuka perlahan. Ia pun menepi lambat selimut yang menutupi tubuhnya.

"Ahh. Pinggangku."

Rossi berusaha bangun dari tempat tidur itu.

Permainan pria nya semalam begitu ganas. Membuat pinggang nya sakit. Ia berdiri dengan tubuh telanjang dan melangkah perlahan menuju kamar mandi.

Dibawah desiran air. Terlihat jelas banyak bekas kecupan di tubuhnya. Rossi mandi cukup lama. Saat selesai, kamar itu sudah rapi termasuk tempat tidur yang dia tiduri. Dan sudah ada pakaian lengkap dengan perhiasan di atas tempat tidur. Bernuansa merah muda.

Rossi memakai dress merah muda berenda itu. Terlihat manis. Pas di tubuhnya. Tapi Rossi tak ingin memakai perhiasan itu. Terlalu mencolok. Ia pun selesai dan turun ke lantai bawah berusaha terlihat sehat dan baik baik saja. Walaupun harus menahan nyeri di pinggangnya. Terlihat Bi Yona tengah menunggunya.

"Silahkan nona. Mobilnya sudah siap."

Bi Yona membimbing Rossi keluar rumah.

Menuju mobil silver yang terparkir di luar. Membuat wanita itu bingung. Bi Yona memberikan bekal sarapan padanya.

"Ini apa--?" Rossi bertanya bingung pada Bi Yona.

"Ini sarapan tuan muda dan nona nanti di kantor. Willy akan mengantar anda. Silahkan nona," jelasnya.

Bi Yona membukakan pintu mobil mempersilahkan Rossi untuk masuk. Rossi pun menuruti. Sedangkan Rossi masih bingung dengan tujuannya saat itu.

Di dalam perjalanan.

"Maaf. Apa kita bisa ke perusahaan Xx terlebih dahulu?" Pinta Rossi lembut pada lelaki yang membawa mobil itu.

"Tentu nona."

Ia menjawab hormat lalu kembali fokus pada jalanan. Rossi terkejut mendengarnya. Dia mengira tidak akan boleh jika pergi ke tempat lain.

Rossi menyandarkan kepalanya pada sandaran mobil. Merangkul kotak bekal itu di atas pahanya. Mulai termenung. Dengan pandangan matanya tertuju pada setiap pepohonan yang dilaluinya.

Perlahan membuka kaca mobil. Menikmati angin lembut yang menghampiri wajahnya. Sejuk. Rossi tersenyum. Tiba tiba muncul bayangan pria lagi di kepalanya. Tersenyum hangat padanya. Kepala Rossi terasa nyeri.

--***

Terpopuler

Comments

dhapz H

dhapz H

wajah Edgar

2022-03-23

1

sandi

sandi

hubungan apa ini!!! dgempur tp gak kenal jg!! 🤣🤣🤣🤣

2021-10-24

2

Yourbaby_

Yourbaby_

kayanya rossy itu violla dh

2021-10-13

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!