When We Meet Again

When We Meet Again

Prolog

Seoul, Desember 2019

Aku selalu menyukai Seoul pada pertengahan musim dingin. Aku suka bagaimana udara dingin tersebut mengalirkan ketenangan disetiap pikiranku. Aku juga selalu menikmati hari-hari sibuknya. Rumah sakit akan bekerja dua kali lipat dari hari biasanya. Hal ini dikarenakan jalanan licin yang banyak menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Sebagai seorang yang bekerja di dunia medis, aku memiliki tanggung jawab besar atas nyawa mereka.

Profesi yang ku emban menuntutku menjadi seorang wanita yang sibuk. Dulu, aku selalu marah kepada Mama tiap kali aku minta untuk ditemani namun ia lebih memilih berkutat dengan pasien dan alat-alat operasi. Kini aku berada diposisinya. Aku merasakan bagaimana berharganya waktu, hingga untuk menikmati waktu luang seperti jalan-jalan tidak lagi masuk dalam list harianku.

Padahal enam tahun yang lalu, saat aku baru pertama kali menginjakkan kaki di Korea, aku sudah mendata beberapa tempat yang akan ku kunjungi. Namun, kesibukanku diawal kedatangan sebagai seorang mahasiswi yang mengambil spesialis bedah, membuatku terpaksa harus membatalkan rencana tersebut. Setelah menyelesaikan studiku, mungkin orang-orang akan berpikir aku akan kembali menyusun rencana awal yang ku buat. Nyatanya, aku semakin sibuk. Menjadi seorang dokter yang berpengaruh penting pada keberlangsungan hidup pasien, membuatku benar-benar melupakan rencana tersebut.

Diluar udara sangat dingin, hampir mencapai 2 derajat celcius diatas titik beku. Aku meningkatkan temperatur penghangat ruangan. Asap mengepul yang berasal dari cokelat panas diatas meja membuatku tertarik untuk segera menikmatinya. Aku memilih beristirahat di ruanganku setelah menyelesaikan operasi transplantasi jantung yang memakan waktu 8 jam. Rasanya kakiku mau patah saja berdiri dalam waktu selama itu.

Drrrrrrtttttt… Drrrrttttt…

Ponsel yang sejak tadi kudiamkan tiba-tiba saja bergetar, seolah memanggil-manggilku untuk segera mengalihkan perhatian padanya.

"Minggu depan kamu sudah di Indonesia, kan?"

Aku tersenyum mendengar suara seseorang yang beberapa tahun terakhir ini menemaniku menjalani hari-hari sibuk. Meskipun harus menyecap asam pahitnya long distance relationship, namun 2 tahun sudah mampu kami lalui situasi tersebut.

"Iya, sayang."

Ku dengar ia menghembuskan napas lega diseberang sana. "Syukur deh. Kirain aku bakal nyiapin semuanya sendirian disini."

Aku tertawa membayangkan ekspresi wajahnya saat ini. "Aku bakal pindah tugas, dan menetap di Indonesia."

Kali ini ia yang kegirangan. Tertawa sambil tak henti-hentinya mengucap terima kasih kepadaku.

Dia adalah laki-laki yang kucintai. 2 tahun lebih kami menjalin hubungan asmara, baru 2 bulan yang lalu aku menerima ajakannya menuju hubungan yang lebih serius, setelah lima kali ia mengajukan lamaran. Aku yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, tidak pernah ambil pusing dengan masalah asmara yang serius. Diusiaku yang sudah menginjak kepala tiga, aku baru menyadari bahwa ternyata, aku juga perlu pendamping yang permanen. Aku perlu keluarga kecil yang kubangun bersama laki-laki yang kucintai.

Aku yang tumbuh dari beberapa kegagalan dan luka masa lalu, hari ini telah berdiri tegak. Bermasa bodoh dengan permainan semesta. Menjalani setiap detik berharga yang kumiliki dengan penuh rasa syukur. Aku tidak perlu melawan setiap takdir yang diporsikan untukku. Hanya perlu bergerak mengikuti arus. Meski resiko tenggelam akan sangat mungkin terjadi, namun aku percaya, orang-orang yang hari ini berdiri disampingku tidak akan pernah menyembunyikan pelampungnya untuk menolongku.

"Jogiyo (permisi), Dokter Cho shi jin ingin agar anda ke ruangannya."

Aku menutup telepon setelah mendapat panggilan dari Suster yang mengatakan agar aku segera menuju ke ruangan pimpinan ahli bedah.

Aku keluar dari ruanganku dan langsung disambut oleh suara sirene ambulans disusul oleh beberapa orang yang terlihat panik. Aku langsung berlari kearah sumber kegaduhan. Kulihat pasien dengan perut tertancap kaca dan beberapa area yang bersimbah darah.

"Bawa dia ke ruang gawat darurat!" Ucapku kepada tim medis dan relawan yang membawanya. "Suster Hye hubungi dokter Lee sekarang! Perawat Nam tolong ambilkan monitor dan pasangkan kateter padanya!" Aku memberi instruksi kepada beberapa tim medis dan bersiap untuk menangani pasien.

Aku hendak mengambil sarung tangan, namun pergerakanku terhenti saat netraku jatuh pada seseorang. Detik itu juga duniaku mendadak melambat ketika aku melihatnya yang membuat jantungku lantas berhenti berdetak.

Ada yang bilang, saat kita benar-benar merindukan seseorang, maka segala objek yang ada terasa seperti yang dirindukan. Aku memang selalu memikirkannya lagi belakangan ini. Beberapa kali juga, ia masuk kedalam mimpiku.

Aku mengedipkan mata, punggungku sedikit memanas. Aku bisa merasakan cengkeraman tanganku yang mengepal hingga buku-buku jariku memutih saat sosok itu menatapku. Aku bisa melihat jelas bentuk tubuhnya, warna rambutnya, dan yang pasti tatapannya. Tatapan lembut yang tidak pernah berubah sedikitpun saat melihatku. Setelah waktu panjang yang membuatku tidak lagi bisa merasakan ditatap seperti itu, hari ini tatapan itu kembali padaku. Sorot lembut itu kembali mengoyak memori yang sudah mati-matian ku singkirkan.

Aku membuang napas panjang, mendadak tubuhku jadi lemas.

Terpopuler

Comments

UCHI °OFFICIAL°

UCHI °OFFICIAL°

Semangat upnya
karyamu bagus

jangan lupa mampir kembali
Di ~Sahabat Jadi Cinta
~Menikahi Dia
~ Ruang Cerita
~ Dilema Anak Bungsu
Salam dari SUCI RAHMADANI

2020-09-06

1

Zafita_Arsein

Zafita_Arsein

dari awal prolog sudah menggambarkan rasa penasaran pembaca, Semangat thor. ninggalin jejak dulu.

2020-08-17

1

XiaoBao

XiaoBao

Baru di awal udah buat penasaran

2020-04-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!