Perjalanan Menjadi Dewa
Di sebuah dataran yang selalu ditutupi oleh salju putih sepanjang tahun,
nampak berdiri kokoh sebuah sekte sederhana yang begitu tertutup dari dunia luar. Sekte ini bernama Lotus Keabadian.
Sekte itu setidaknya menampung 1 ribu orang awam dan 1 ribu pendekar biasa yang kemampuannya tidak menonjol sama sekali, sehingga dengan alasan tersebut membuat sekte ini tidak pernah maju apalagi dikenal oleh orang lain diluar sana.
Di sekte ini pula tinggallah seorang anak muda bernama Hao Chen berusia 8 tahun, berwajah biasa saja, berpostur biasa saja dan tidak memliki orang tua seperti anak-anak lain.
Sejak kecil Hao Chen di asuh oleh seorang ibu susu yang sudah lama menjanda berusia 30 tahunan. Menurut cerita wanita baik itu, Hao Chen ditemukan oleh patriack sekte dihutan lumayan jauh dari sekte seorang diri tanpa busana.
Karena saat itu Hao Chen masih seorang bayi, dirinya tidak ingat apapun tentang kedua orang tuanya. Karena hal pertama yang ia lihat di dunia ini adalah wajah ibu angkatnya.
Hao Chen dibesarkan dengan kasi sayang yang begitu besar dari ibu angkatnya, sehingga ia tumbuh dengan kepribadian baik,penurut, serta pantang menyerah dalam berbagai hal.
Ibu angkat Hao Chen sendiri adalah anak kandung patriack sekte, suaminya sendiri telah meninggal akibat penyakit berbahaya, sehingga ia sangat kesepian dan akhirnya menemukan setitik cahaya matahari ketika menemukan Hao Chen pertama kali.
Meski Patriack sekte bisa di katakan kakek Hao Chen, Hao Chen sama sekali tidak pernah bersikap manja kepada kakeknya dan berusaha untuk membuat kakeknya bangga dengan berbagai hal.
Hari ini Hao Chen terlihat berjalan menaiki tangga menuju ke tempat kakeknya biasa duduk. Beberapa senior yang lewat selalu menyapa Hao Chen dengan baik, bahkan mereka seringkali mengajak Hao Chen berlatih bersama namun Hao Chen menolak karena tidak suka kekerasan.
"Kalau begitu kakak pamit karena ingin berlatih lagi, hati-hati dijalan adik Chen."
Hao Chen tersenyum ramah,"Terimakasi senior."Lalu kembali melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di sebuah tempat luas seperti altar, Hao Chen menemukan kakeknya yang sedang duduk sendirian di sebuah kursi meja bundar.
"Kakek !!"Seru Hai Chen sambil berlari kecil menghampiri kakeknya yang sontak tersenyum ke arahnya.
"Chen kecil, apa yang membuatmu ke sini ? Dimana ibumu ??"
Hao Chen berdiri di hadapan kakeknya sambil tersenyum menggemaskan.
"Ibu sedang memasak di rumah kek,
lalu apa yang sedang kakek lakukan di sini sendirian ?"
Kakek Hao Chen yang bernama Ling Feng itu nampak pura-pura berpikir sambil mengelus janggut."Apa ya.. Kakek lupa, oh benar ! Kakek di sini sedang menunggu seorang anak nakal."
Hao Chen menoleh ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap kakeknya dengan bingung."Siapa kek ?
"Apakah Chen kecil benar-benar ingin mengetahuinya ?"
Hao Chen mengangguk dengan semangat."Iya ! Tentu saja kek !!"
"Hohoho, baiklah kalau begitu."
Ling Feng mengusap udara kosong,
lalu di hadapan Hao Chen muncul sebuah cermin yang terbuat dari es.
"Apakah kau melihatnya ?"Ling Feng tersenyum.
Sedangkan Hao Chen terlihat bingung dan membutuhkan waktu lama untuk menyadari, kalau dirinyalah anak nakal yang di maksud kakeknya.
"Tapi kek.. Aku bukan anak nakal,"
Hao Chen terlihat sedikit cemberut.
"Oh, benarkah ?"Ling Feng berkata dengan maksud menggoda Hao Chen.
Hao Chen mengangguk polos."Iya kek,
ibu selalu bilang kalau aku adalah anak baik, jadi aku tidak nakal."
Ling Feng tertawa terbahak-bahak menanggapi kepolosan Hao Chen,
iapun berdiri lalu mengajak Hao Chen ke sebuah tempat dimana dari sana siapa saja dapat melihat seluruh bagian sekte karena berada di tempat paling tinggi.
"Apakah sekte kita indah Chen kecil ?"Ling Feng menatap sektenya sambil mengelus janggut.
Hao Chen terlihat terpesona dengan keindahan sekte lotus keabadian jika di lihat dari atas.
"Iya kek, sekte kita sangat indah."
"Itu semua akan menjadi milik mu suatu saat nanti. Bagaimana menurutmu
Chen kecil ?"Ling Feng sedikit melirik ke arah Hao Chen.
Hao Chen menatap ke arah Ling Feng.
"Tapi kek, ibu bilang kekerasan sama saja dengan kejahatan. Aku tidak mau menyakiti orang lain untuk di akui,
untuk itu aku bercita-cita ingin menjadi politis."
".....
Ling Feng hanya diam, meski dirinya merasa sedikit kecewa. Sebagai seorang kakek yang baik, dirinya harus tetap mendukung kemauan cucunya meski itu bertentangan dengan keinginannya.
Ling Feng mengelus kepala Hao Chen sambil tersenyum penuh makna,
lalu berjalan pelan dengan diikuti Hao Chen dari belakang.
Ling Feng menghentikan langkah ketika dirinya tepat berada di tengah-tengah altar, sedangakan Hao Chen yang bingung hanya berdiri di sudut lain menatap ke arah kakeknya.
Tiba-tiba Ling Feng melakukan beberapa gerakan ringan yang nampak tenang seperti aliran air. Ling Feng terus melakukan gerakan ringan itu, membuat terpesona Hao Chen yang melihatnya.
Setelah melakukan gerakan itu selama 5 menit, Ling Feng melakukan gerakan tepak yang terfokus ke sebuah pohon tepat di hadapannya.
*Bamm !
Pohon itu seketika bergetar hebat membuat dedaunan yang sudah menguning rontok. Di bagian yang terpusat serangan Ling Feng, nampak sisa serangannya berbentuk tapak dengan sempurna.
"Wah ! Hebat sekali kek, aku ingin mencobanya !!"Hao Chen berkata dengan penuh semangat.
Meski merasa sedikit tidak percaya kalau
Hao Chen bisa melakukan gerakan tadi dirasakannya dengan sempurna. Ling Feng tetap mengijinkan anak itu mencoba, berharap bisa membuat seni beladiri lotus keabadian tertanam pelan-pelan di hatinya.
Kini Hao Chen berdiri di tengah altar, sedangakan kakeknya berdiri di sampingnya.
"Kakek, lihat aku.."
Awalnya Hao Chen melakukan kuda-kuda dengan baik, lalu dengan sempurna menerapkan gerakan ringan seperti tarian yang sebelumnya dilakukan Ling Feng, membuat Ling Feng terdiam di setiap detik menyaksikan gerakan tapak es yang sempurna dilakukan oleh Hao Chen.
Raut terkejut jelas terukir diwajah pria berusia 80 tahun ke atas itu. Sebab seni tapak es butuh banyak waktu untuk menyempurnakannya, namun Hao Chen bisa melakukannya dengan sempurna bahkan saat pertama kali melihat.
Diakhir gerakan Hao Chen menepuk pelan-pelan pohon sebelumnya, membuat Ling Feng menganga lebar karena awalnya beranggapan kalau Hao Chen akan menghancurkan pohon itu dengan serangan tapak.
"Apa yang kamu lakukan Chen kecil ?"
"Kasihan kek, jika terlalu kuat memukulnya. Pohon ini akan merasa sakit.."Hao Chen terlihat mengelus pohon itu dengan polos.
Ling Feng mengusap wajah, melihat cucu angkatnya itu."Astaga..."
"Chen'er ! Kamu dimana nak ?!"Dari arah tangga, terlihat seorang wanita cantik bergaun hijau sedang meneriaki nama Hao Chen.
Hao Chen sontak menoleh ke arah sumber suara dengan riang."Ibunda !?"Lalu kembali menatap kakeknya.
"Kakek, ibu sudah memanggil. Aku ijin pamit, besok kita main lagi."
Ling Feng tersenyum dan mengangguk, lalu Hao Chen berlari ke arah ibunya yang nampak sudah menunggu sambil tersenyum.
"Kamu ini kemana saja ? Ibu mencari mu kemana-mana, kamu taukan sekarang waktunya makan malam."
"Iya ibu.. Tadi aku sedang bermain dengan kakek, kakek memperlihatkan gerakan indah aku mencobanya dan berhasil tanpa melukai pohon. Apakah ibu bangga ?"
Wanita itu mengagguk sambil tersenyum seraya mengelus kepala Hao Chen.
"Bagus Chen kecil, sekarang ayo pulang dan katakan salam kepada kakek mu."
Hao Chen segera membungkuk ke arah kakeknya yang masih berdiri di tempat yang sama.
"Kakek, selama tinggal. Besok jangan lupa main denganku ya !"
Ling Feng tersenyum dan melambai. Lalu Hao Chen berjalan pergi, sedangkan ibunya menyapa ayahnya lebih dulu sebelum menyusul Hao Chen.
Setelah cucu dan anaknya pergi, Ling Feng tidak sengaja melihat sesuatu dibelakang pohon tempat tadi dirinya dan Hao Chen berlatih.
Sekilas tidak terjadi apa-apa kepada pohon itu. Namun setelah dilihat bagian belakangnya, ternyata bagian belakang pohon itu hancur tepat di mana Hao Chen menyentuh bagian lain pohon itu.
Ling Feng sontak terkejut.
"Ini.. !! Tidak hanya gerakannya saja yang sempurna, namun serangan kecil yang dilancarkan ternyata berdampak besar. Namun sayang sekali, sepertinya ajaran anak ku sudah lebih dulu tertanam di hati Chen kecil. Jika saja dia tertarik dengan beladiri, Chen kecil mungkin akan menjadi pendekar tangguh."
:) Kak ron ijin pakek wallpaper nya dulu buat mengilustrasikan sosok Hao Chen ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Dzikir Ari
mampir Tor 🙏
Alurnya cukup bagus.... pertengahan jangan diputus kayak cerita² lainya
2023-06-27
1
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-06-05
0
Gondo Supriyono
semoga menarik alur ceritanya
2023-04-29
0