NovelToon NovelToon

Perjalanan Menjadi Dewa

01.KEBAIKAN HATI

Di sebuah dataran yang selalu ditutupi oleh salju putih sepanjang tahun,

nampak berdiri kokoh sebuah sekte sederhana yang begitu tertutup dari dunia luar. Sekte ini bernama Lotus Keabadian.

Sekte itu setidaknya menampung 1 ribu orang awam dan 1 ribu pendekar biasa yang kemampuannya tidak menonjol sama sekali, sehingga dengan alasan tersebut membuat sekte ini tidak pernah maju apalagi dikenal oleh orang lain diluar sana.

Di sekte ini pula tinggallah seorang anak muda bernama Hao Chen berusia 8 tahun, berwajah biasa saja, berpostur biasa saja dan tidak memliki orang tua seperti anak-anak lain.

Sejak kecil Hao Chen di asuh oleh seorang ibu susu yang sudah lama menjanda berusia 30 tahunan. Menurut cerita wanita baik itu, Hao Chen ditemukan oleh patriack sekte dihutan lumayan jauh dari sekte seorang diri tanpa busana.

Karena saat itu Hao Chen masih seorang bayi, dirinya tidak ingat apapun tentang kedua orang tuanya. Karena hal pertama yang ia lihat di dunia ini adalah wajah ibu angkatnya.

Hao Chen dibesarkan dengan kasi sayang yang begitu besar dari ibu angkatnya, sehingga ia tumbuh dengan kepribadian baik,penurut, serta pantang menyerah dalam berbagai hal.

Ibu angkat Hao Chen sendiri adalah anak kandung patriack sekte, suaminya sendiri telah meninggal akibat penyakit berbahaya, sehingga ia sangat kesepian dan akhirnya menemukan setitik cahaya matahari ketika menemukan Hao Chen pertama kali.

Meski Patriack sekte bisa di katakan kakek Hao Chen, Hao Chen sama sekali tidak pernah bersikap manja kepada kakeknya dan berusaha untuk membuat kakeknya bangga dengan berbagai hal.

Hari ini Hao Chen terlihat berjalan menaiki tangga menuju ke tempat kakeknya biasa duduk. Beberapa senior yang lewat selalu menyapa Hao Chen dengan baik, bahkan mereka seringkali mengajak Hao Chen berlatih bersama namun Hao Chen menolak karena tidak suka kekerasan.

"Kalau begitu kakak pamit karena ingin berlatih lagi, hati-hati dijalan adik Chen."

Hao Chen tersenyum ramah,"Terimakasi senior."Lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Sesampainya di sebuah tempat luas seperti altar, Hao Chen menemukan kakeknya yang sedang duduk sendirian di sebuah kursi meja bundar.

"Kakek !!"Seru Hai Chen sambil berlari kecil menghampiri kakeknya yang sontak tersenyum ke arahnya.

"Chen kecil, apa yang membuatmu ke sini ? Dimana ibumu ??"

Hao Chen berdiri di hadapan kakeknya sambil tersenyum menggemaskan.

"Ibu sedang memasak di rumah kek,

lalu apa yang sedang kakek lakukan di sini sendirian ?"

Kakek Hao Chen yang bernama Ling Feng itu nampak pura-pura berpikir sambil mengelus janggut."Apa ya.. Kakek lupa, oh benar ! Kakek di sini sedang menunggu seorang anak nakal."

Hao Chen menoleh ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap kakeknya dengan bingung."Siapa kek ?

"Apakah Chen kecil benar-benar ingin mengetahuinya ?"

Hao Chen mengangguk dengan semangat."Iya ! Tentu saja kek !!"

"Hohoho, baiklah kalau begitu."

Ling Feng mengusap udara kosong,

lalu di hadapan Hao Chen muncul sebuah cermin yang terbuat dari es.

"Apakah kau melihatnya ?"Ling Feng tersenyum.

Sedangkan Hao Chen terlihat bingung dan membutuhkan waktu lama untuk menyadari, kalau dirinyalah anak nakal yang di maksud kakeknya.

"Tapi kek.. Aku bukan anak nakal,"

Hao Chen terlihat sedikit cemberut.

"Oh, benarkah ?"Ling Feng berkata dengan maksud menggoda Hao Chen.

Hao Chen mengangguk polos."Iya kek,

ibu selalu bilang kalau aku adalah anak baik, jadi aku tidak nakal."

Ling Feng tertawa terbahak-bahak menanggapi kepolosan Hao Chen,

iapun berdiri lalu mengajak Hao Chen ke sebuah tempat dimana dari sana siapa saja dapat melihat seluruh bagian sekte karena berada di tempat paling tinggi.

"Apakah sekte kita indah Chen kecil ?"Ling Feng menatap sektenya sambil mengelus janggut.

Hao Chen terlihat terpesona dengan keindahan sekte lotus keabadian jika di lihat dari atas.

"Iya kek, sekte kita sangat indah."

"Itu semua akan menjadi milik mu suatu saat nanti. Bagaimana menurutmu

Chen kecil ?"Ling Feng sedikit melirik ke arah Hao Chen.

Hao Chen menatap ke arah Ling Feng.

"Tapi kek, ibu bilang kekerasan sama saja dengan kejahatan. Aku tidak mau menyakiti orang lain untuk di akui,

untuk itu aku bercita-cita ingin menjadi politis."

".....

Ling Feng hanya diam, meski dirinya merasa sedikit kecewa. Sebagai seorang kakek yang baik, dirinya harus tetap mendukung kemauan cucunya meski itu bertentangan dengan keinginannya.

Ling Feng mengelus kepala Hao Chen sambil tersenyum penuh makna,

lalu berjalan pelan dengan diikuti Hao Chen dari belakang.

Ling Feng menghentikan langkah ketika dirinya tepat berada di tengah-tengah altar, sedangakan Hao Chen yang bingung hanya berdiri di sudut lain menatap ke arah kakeknya.

Tiba-tiba Ling Feng melakukan beberapa gerakan ringan yang nampak tenang seperti aliran air. Ling Feng terus melakukan gerakan ringan itu, membuat terpesona Hao Chen yang melihatnya.

Setelah melakukan gerakan itu selama 5 menit, Ling Feng melakukan gerakan tepak yang terfokus ke sebuah pohon tepat di hadapannya.

*Bamm !

Pohon itu seketika bergetar hebat membuat dedaunan yang sudah menguning rontok. Di bagian yang terpusat serangan Ling Feng, nampak sisa serangannya berbentuk tapak dengan sempurna.

"Wah ! Hebat sekali kek, aku ingin mencobanya !!"Hao Chen berkata dengan penuh semangat.

Meski merasa sedikit tidak percaya kalau

Hao Chen bisa melakukan gerakan tadi dirasakannya dengan sempurna. Ling Feng tetap mengijinkan anak itu mencoba, berharap bisa membuat seni beladiri lotus keabadian tertanam pelan-pelan di hatinya.

Kini Hao Chen berdiri di tengah altar, sedangakan kakeknya berdiri di sampingnya.

"Kakek, lihat aku.."

Awalnya Hao Chen melakukan kuda-kuda dengan baik, lalu dengan sempurna menerapkan gerakan ringan seperti tarian yang sebelumnya dilakukan Ling Feng, membuat Ling Feng terdiam di setiap detik menyaksikan gerakan tapak es yang sempurna dilakukan oleh Hao Chen.

Raut terkejut jelas terukir diwajah pria berusia 80 tahun ke atas itu. Sebab seni tapak es butuh banyak waktu untuk menyempurnakannya, namun Hao Chen bisa melakukannya dengan sempurna bahkan saat pertama kali melihat.

Diakhir gerakan Hao Chen menepuk pelan-pelan pohon sebelumnya, membuat Ling Feng menganga lebar karena awalnya beranggapan kalau Hao Chen akan menghancurkan pohon itu dengan serangan tapak.

"Apa yang kamu lakukan Chen kecil ?"

"Kasihan kek, jika terlalu kuat memukulnya. Pohon ini akan merasa sakit.."Hao Chen terlihat mengelus pohon itu dengan polos.

Ling Feng mengusap wajah, melihat cucu angkatnya itu."Astaga..."

"Chen'er ! Kamu dimana nak ?!"Dari arah tangga, terlihat seorang wanita cantik bergaun hijau sedang meneriaki nama Hao Chen.

Hao Chen sontak menoleh ke arah sumber suara dengan riang."Ibunda !?"Lalu kembali menatap kakeknya.

"Kakek, ibu sudah memanggil. Aku ijin pamit, besok kita main lagi."

Ling Feng tersenyum dan mengangguk, lalu Hao Chen berlari ke arah ibunya yang nampak sudah menunggu sambil tersenyum.

"Kamu ini kemana saja ? Ibu mencari mu kemana-mana, kamu taukan sekarang waktunya makan malam."

"Iya ibu.. Tadi aku sedang bermain dengan kakek, kakek memperlihatkan gerakan indah aku mencobanya dan berhasil tanpa melukai pohon. Apakah ibu bangga ?"

Wanita itu mengagguk sambil tersenyum seraya mengelus kepala Hao Chen.

"Bagus Chen kecil, sekarang ayo pulang dan katakan salam kepada kakek mu."

Hao Chen segera membungkuk ke arah kakeknya yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Kakek, selama tinggal. Besok jangan lupa main denganku ya !"

Ling Feng tersenyum dan melambai. Lalu Hao Chen berjalan pergi, sedangkan ibunya menyapa ayahnya lebih dulu sebelum menyusul Hao Chen.

Setelah cucu dan anaknya pergi, Ling Feng tidak sengaja melihat sesuatu dibelakang pohon tempat tadi dirinya dan Hao Chen berlatih.

Sekilas tidak terjadi apa-apa kepada pohon itu. Namun setelah dilihat bagian belakangnya, ternyata bagian belakang pohon itu hancur tepat di mana Hao Chen menyentuh bagian lain pohon itu.

Ling Feng sontak terkejut.

"Ini.. !! Tidak hanya gerakannya saja yang sempurna, namun serangan kecil yang dilancarkan ternyata berdampak besar. Namun sayang sekali, sepertinya ajaran anak ku sudah lebih dulu tertanam di hati Chen kecil. Jika saja dia tertarik dengan beladiri, Chen kecil mungkin akan menjadi pendekar tangguh."

:) Kak ron ijin pakek wallpaper nya dulu buat mengilustrasikan sosok Hao Chen ❤️

2.LING AN

Malam hari di kediaman ibu angkat

Hao Chen yang terbilang cukup besar dan megah, suasana terasa begitu tenang dan hanya terdengar suara dari obrolan kecil antara Hao Chen dan ibu angkatnya yang sedang makan.

"Ibu, tadi sore kakek mengatakan kalau sekte ini akan menjadi milik ku. Bagaimana menurutmu ?"

Ibu angkat Hao Chen yang bernama Ling Shi itu nampak tidak suka dengan perkataan Hao Chen.

"Sudah ibu Katakan, kamu tidak boleh ikut campur dalam urusan sekte. Kekerasan hanya akan berdampak pada kehancuran dan kehilangan, apakah kamu mau ibu menghilang karena anaknya ingin menjadi pendekar kuat ?"

Hao Chen menunduk dan merasa bersalah."Tidak ibu, aku ingin kamu tetap ada didekat ku. Maaf, karena sudah membuatmu khawatir."

Ling Shi yang awalnya merasa kesal segera luluh hatinya ketika melihat anak kesayangannya merasa bersalah, iapun menyudahi kegiatannya dan duduk di sebelah Hao Chen.

"Maafkan ibu yang terlalu maksa mu untuk menjadi seorang yang jauh dari segala sesuatu tentang pendekar. Sungguh ibu hanya takut kehilanganmu."

Ling Zhi mendekap hangat

Hao Chen. Tersirat sebuah perasaan sedih ibunya ketika Hao Chen dipeluk, untuk menghiburnya Hao Chen segera tersenyum.

"Jangan sedih bu, aku akan mendengarkan perkataan mu."

"Terimakasih, sayang. Karena sudah malam, bagaimana jika kita tidur ?

Ibu akan membersihkan kamar mu dulu, setelah itu kamu tidur."

Hao Chen mengagguk, kemudian Ling Shi berdiri dan pergi.

Setelah kamar Hao Chen sudah dibersihkan, iapun tidur sendirian sedangkan ibunya tidur di kamar yang berbeda.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari kaca jendela kamar Hao Chen.

Hao Chen yang belum terlalu tidur segera bangun dan menoleh ke sumber suara, di sana terlihat ranting kecil sedang mengetuk kaca jendelanya.

Karena merasa penasaran Hao Chen beranjak dari kasur dan berjalan menghampiri jendela. Iapun membuka jendela itu dan menoleh ke bawa, di sana terlihat seorang gadis kecil berpakaian tebal sedang memanggil Hao Chen dengan suara kecil takut diketahui oleh Ling Shi.

"Ling An, kaukah itu ?"Hao Chen segera bersemangat, mengetahui kakak sepupunya datang berkunjung.

"Turunlah, ada yang ingin ku bicarakan.."Ling An berkata dengan nada yang disamarkan, agar tidak ketahuan oleh bibinya Ling Shi.

Hao Chen yang polos hanya mengangguk, meski tau dirinya akan dimarah jika ketahuan keluar malam oleh ibunya.

Ia tetap saja mengiyakan perkataan kakak sepupunya itu, sebab jarang sekali gadis itu bermain dengannya dikarenakan selalu berlatih.

Dengan cerdik Hao Chen menyelimuti sebuah bantal agar ibunya merasa ia sudah tertidur. Lalu iapun berjalan mengendap-endap keluar rumah, hingga akhirnya bertemu dengan Ling An seorang gadis cantik berambut hitam panjang yang diikat kuncir kuda.

Gadis itu tetap menggigil meski sudah menggunakan pakaian tebal, berbeda dengan Hao Chen yang terlihat biasa saja meski hanya menggunakan pakaian tipis.

"Sepupu An, kapan kamu kembali ? Kenapa kamu mendatangi ku ketika sudah malam hari ??"

"Aku baru saja sampai tadi sore, bagaimana jika kita ke tempat biasa untuk berbincang adik Chen ?

"Tapi ibu.."Hao Chen nampak ragu.

Ling An menggegam pergelangan tangan Hao Chen."Tenang saja, bibi tidak akan tau. Ayo pergi."

Hao Chen dan Ling An berlari ke sebuah tempat rahasia mereka di bawah rintik hujan salju. Umur keduanya terpaut 3 tahun, Ling An 3 tahun lebih tua dari

Hao Chen membuatnya begitu menyukai Hao Chen karena bisa selalu menghabiskan waktu bersama.

Patriack Ling Feng memliki 3 anak, mereka semua menghasilkan keturunan perempuan, karena itu Ling Feng sangat sayang dengan Hao Chen begitu juga dengan paman dan bibinya, dikarenakan hanya Hao Chen anak laki-laki mereka meski bukan anak kandung.

Hao Chen memiliki 5 orang sepupu perempuan, yang paling muda adalah Ling An berusia 11 tahun sedangkan sisanya berusia 15 tahun ke atas. Kakak-kakaknya sangat menyayangi Hao Chen, namun hanya Ling An yang sering bermain dengan Hao Chen karena yang lain sibuk berlatih.

Sesampainya di tempat rahasia, nampak sebuah kolam beku dan sebuah pohon persik besar yang berdiri di pinggirnya, tempat itulah dimana Hao Chen dan

Ling An seringkali berlatih.

Tentunya Hao Chen berbohong kepada kakeknya kalau dia ingin menjadi politis, itu semua demi menyenangkan ibunya yang begitu mengharapkan dirinya menjadi politis, namun Hao Chen memang tidak suka kekerasan tetapi begitu suka dengan beladiri.

Selama ini Hao Chen terpaksa menutupi jati dirinya yang suka beladiri serta keingin tahuannya yang besar tentang dunia luar demi membuat bahagia ibunya.

Setiap bertemu dengan Ling An,

Hao Chen selalu belajar banyak teknik baru dari gadis itu, Lang An juga mengetahui masalah Hao Chen sehingga ia menjaga rahasia ini hanya untuk dirinya dan Hao Chen

"Sepupu An, apakah ada teknik lain yang kamu pelajari ketika berlatih di luar sekte ?"Hao Chen terlihat sangat berharap.

Ling An sedikit menggeleng,"Maaf adik, untuk saat ini tidak ada teknik yang bisa ku ajarkan kepadamu."

"Oh, begitu.."Hao Chen terlihat sedikit kecewa, namun segera kembali tersenyum."Tidak apa ! Aku sudah merasa senang karena kamu bisa kembali dengan selamat, kak."

Ling An menatap gemas Hao Chen."Kau memang adik terbaik, bagaimana jika kita duduk di bawah pohon persik itu dan bercerita ?"

Hao Chen mengagguk, lalu keduanya berjalan bersama menuju ke sebuah pohon persik dipinggir kolam beku. Sesampainya di bawah pohon itu, keduanya langsung duduk bersebelahan menatap kolam beku didepan.

"Sampai kapan kamu akan membohongi dirimu sendiri ? Bukankah kau sangat ingin melihat dunia luar seperti yang dulu kau katakan kepada ku ??"

Hao Chen sedikit menghela sambil merangkul kedua lutut."Aku tidak tau. Ibu sudah berbaik hati mengasuh ku, aku akan membalas jasanya dengan menuruti setiap perkataannya,"

"Apakah itu termasuk dengan sesuatu yang tidak kau suka ? Apakah kau tetap akan melakukannya meski tidak menyukainya ?? Dewasalah adik, sejujurnya aku merasa kasihan melihat mu selalu memaksakan diri agar terlihat menyukai segala permintaan ibumu yang kenyataannya tidak seperti itu."

"... Kak, apakah kau pernah dengar cerita seekor burung yang begitu ingin bebas namun merasa berhutang budi kepada si burung tua ?

Ling An mengangguk."Iya, aku pernah dengar."

"Seberapapun kuatnya keinginan burung itu untuk bebas bermigrasi, demi membalas budi burung itu lebih memilih tetap tinggal untuk menjaga si burung tua yang sudah merawatnya dari kecil sampai dewasa,"Hao Chen tersenyum masam."Burung itu dan aku berada dikondisi yang sama. Ibu memberikan yang terbaik untuk ku dan aku juga akan seperti itu."

Ling An terdiam sejenak, sulit untuk memikirkan bagaimana cara agar

Hao Chen yang suka beladiri bisa diterima oleh ibunya yang berkepribadian terbalik dengan Hao Chen karena memiliki sifat sangat membenci kekerasan.

"Kepala ku pusing memikirkannya ! Bagaimana jika kita membicarakan yang lain saja ?"Ling An melirik Hao Chen di samping.

"Contohnya ?"Jawab Hao Chen.

"Kudengar besok sekte kita akan mengirim beberapa pendekar untuk mengikuti turnamen dikota yang berada paling dekat dengan sekte. Turnamen ini memang tidak terlalu besar karena hanya diikuti oleh beberapa kandidat dari sekte lain. Namun, kudengar hadiah yang bisa di dapat oleh juara satu sangat menggiurkan loh.."

Hao Chen terlihat tidak terlalu tertarik."Benarkah ? Jangan terlalu berharap. Sudah ada begitu banyak turnamen telah sekte kita ikuti, namun tidak ada satupun yang berhasil kita menangkan. Boro-boro juara satu, juara lima besar saja tidak pernah. Sudah ! Aku ingin pulang, aku bisa mati jika ketahuan keluyuran oleh ibu."

Liang An segera menggoyang-goyangkan bahu Hao Chen, sebab ia sangat berharap Hao Chen akan tertarik dengan turnamen itu.

"Jangan begitu adik.. Sekte kita tidak seburuk itu, kumohon dengarkan aku sebentar saja.."

Karena lelah direngek Ling An.

Hao Chen yang sebenarnya ingin pulang terpaksa kembali duduk dan mendengarkan cerita gadis itu.

"Cepat, aku tidak punya waktu lama untuk berdiam diri di sini,"

"Baik-baik.. Kudengar hadiah juara satu yang bisa didapatkan adalah dua buah belati kecil yang terbuat dari bahan besi murni dan sebotol kecil penuh pil embun malam."

Hao Chen yang awalnya bersikap biasa-biasa segera terkejut ketika kakak sepupunya mengatakan pil embun malam, sebab satu pil itu bisa memperkuat ketahanan fisik, meningkatkan satu lingkaran tenaga dalam dan masih banyak keuntungan lainnya.

Lebih mengejutkannya lagi pil embun malam sangat mahal harganya, belum lagi cukup sulit di temukan. Semua itu bisa didapatkan hanya dengan memenangkan turnamen kecil, meski terdengar menggiurkan tetap saja Hao Chen tidak bisa mendapatkannya.

"Turnamen ini hanya terdiri dari 5 babak dan akan selesai saat sore hari. Nah, adik. Bagaimana menurutmu ?"

Ling An tersenyum, cukup percaya diri kalau Hao Chen akan tergiur dengan kata-katanya.

Hao Chen menggeleng."Sebenarnya aku memang tertarik kak, namun mungkinkah aku bisa ikut ? Belum lagi jika dipikirkan ibu pasti akan merasa kehilangan dan mencari ku kemana-mana."

"Jangan khawatir ! Bukankah sudah biasa kita bermain sampai sore hari ? Ibumu pasti tidak akan curiga."

"Apakah kau tidak berpikir ? Bagaimana jika ibu menanyakan keberadaan ku kepada ayah mu, dan saat itu aku tidak berada di sana ?"

"Tenang saja.. Ayah pasti berpikir kita sedang bermain bersama, bagaimana menurutmu ?"

Hao Chen terlihat ragu."Aku tidak yakin.."

Ling An segera merasa sedih dan sedikit putus asa."Jangan begitu.. Satu kali ini saja, aku yakin kita bisa menang jika kamu ikut."

Sebenarnya Hao Chen ingin menolak namun tidak tega melihat raut wajah

Ling An yang terlihat sedih, hingga tanpa sadar Hao Chen mengangguk dan membuat Ling An segera merasa senang.

"Bagus ! Besok kita akan bertemu di aula utama, di sana kereta kuda akan menunggu."

"Hemm, iya."

Meski sebenarnya bimbingan, tidak ada pilihan lain bagi Hao Chen selain mengikuti kemauan Ling An.

⬇️ Ilunstrasi Ling An

3.MENDAFTAR TURNAMEN

Pagi harinya Hao Chen sarapan seperti biasa bersama ibunya, setelah selesai sarapan Hao Chen mengatakan kepada Ling Shi kalau dirinya akan keluar untuk bermain dengan Ling An.

"Jadi kakak kedua sudah kembali ? Baiklah, tapi kamu harus segera pulang sebelum makan malam,"Ujar Ling Zhi sambil membereskan piring yang ada di atas meja makan.

"Baik ibu,"Hal Chen beranjak dari kursi, lalu berjalan menuju pintu."Aku pergi dulu, Bu."

****

Sesampainya di aula utama sekte yang berada di bagian luar, Hao Chen dapat melihat dua buah kereta kuda sederhana terparkir bersebelahan, di sana juga terlihat beberapa pemuda berumur 13 tahun ke atas yang sepertinya juga akan ikut dalam turnamen kali ini.

Mereka semua segera menyapa Hao Chen dengan ramah ketika anak itu berjalan ke arah mereka.

"Adik Chen, benarkah yang di katakan nona An kalau kau akan ikut turnamen kali ini ?"Salah seorang pemuda bertanya.

Hao Chen segera terkejut."Apa yang dilakukan kakak, mengapa dia tidak memberitahu kalau ada orang lain yang akan ikut. Jika begini, mereka semua pasti akan memberitahu kepada yang lain kalau aku ikut turnamen. Sial.. Rencanakan ku bisa diketahui ibu gara-gara ini.."Batin Hao Chen gelisah.

" Tenang saja adik, mereka semua tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapa-siapa,"Kata Ling An yang terlihat sudah duduk di dalam kereta.

"Benar adik Chen, nona An sudah menceritakan semuanya. Kami pasti akan membantumu merahasiakan hal ini dari ibumu dan yang lain."Ujar lagi seorang pemuda meyakinkan.

Hao Chen membungkuk dan berterimakasih. Lalu segera mereka semua masuk ke gerbong kereta yang berbeda dengan Ling An.

"Apa yang kamu tunggu ? Mereka semua tidak ikut dengan kita, melainkan akan pergi ke turnamen lain. Turnamen yang ku ceritakan tadi malam hanya diikuti oleh kita berdua saja."

"Jadi begitu.."Hao Chen berjalan memasuki gerbong kereta yang sama dengan Ling An dan duduk berhadapan dengannya.

"Yang akan mengantar kita ke tempat turnamen adalah tuan Shin, dia adalah teman ayah. Pria itu tidak mengenal mu, jadi santai saja."Ucap Ling An.

Hao Chen hanya diam. Di hatinya tersangkut dua perasaan, di sisi lain dia merasa senang karena kali ini adalah pertama kalinya ia keluar sekte, di sisi lain dia merasa bersalah karena untuk pertama kalinya ia membohongi ibunya.

"Hei, kau sedang memikirkan apa ?"Tanya Ling An yang sadar Hao Chen sedang memenungi sesuatu.

Hao Chen sedikit menggeleng,"Tidak ada,"Lalu menatap Ling An dan sedikit terkesan dengan penampilannya.

"Ku kira kau tidak bisa memilih pakaian dengan benar, ternyata kau boleh juga."Hao Chen sedikit tersenyum melihat Ling An nampak cocok dengan gaun biru muda yang digunakannya.

"Jangan mengejek ku, turnamen ini dihadiri banyak orang. Tentu saja aku ingin tampil beda."

Setelah berbincang cukup banyak, tidak lama kemudian tuan Shin yang akan mengantar ke tempat turnamen segera menjalankan kereta kudanya keluar sekte.

"Nona An, mungkin kita memang tidak bisa menang. Namun kuharap anda tidak berkecil hati dan tetap akan mengeluarkan kemampuan terbaik anda."Ujar tuan Shin.

"Tentu tuan Shin, aku akan melakukan yang terbaik. Lagian kali ini aku tidak seorang diri."

Tuan Shin menoleh kebelakang dan baru sadar ada seorang pemuda kecil berwajah lumayan tampan ikut dalam perjalannya.

Tuan Shin Kembali menoleh ke depan."kalian berdua sangat cocok, aku hanya mengharapkan yang terbaik di turnamen kali ini."

"Ya, tuan !"Ucap Ling An dan Hao Chen kompak.

Kereta kuda itupun bergerak dengan kecepatan sedang, perjalanan menuju kota Wuhan tidak terlalu lama karena masih berada dekat dengan kawasan sekte lotus keabadian. Meski perjalanan ini terkesan pendek dan terasa biasa-biasa saja, lain lagi dengan Hao Chen yang menganggap perjalanan pertamanya ini begitu menyenangkan.

"Ternyata begini rupa dunia luar, sangat indah. Namun apakah aku bisa melihat benda lain kecuali salju ?"Tanya Hao Chen di benaknya.

"Apakah kamu bingung karena tempat ini bersalju seperti disekte kita ?"Tanya Ling An yang sadar dengan kegelisahan Hao Chen.

Hao Chen sedikit mengagguk, lalu Ling An menjelaskan bahwa sekte mereka berada di benua utara, benua paling dingin dan hanya memiliki satu musim di setiap tahunnya.

Semua yang berada di benua utara tertutupi oleh salju, itulah alasannya mengapa semua yang Hao Chen lihat tetap saja bersalju.

"Kak, apakah suatu saat nanti aku bisa merasakan hangatnya matahari dan merasakan lembutnya rumput hijau yang sering dikatakan kakek ?"

Ling An sebenarnya merasa tidak yakin, namun dia tidak mau membuat Hao Chen sedih ataupun putus asa. Sebagai kakak yang baik, Ling An hanya bisa tersenyum dan mengangguk meskipun itu kebohongan sekalipun.

Setelah 5 Jam perjalanan. Sampailah mereka di kota Wuhan, kota yang lumayan besar dan cukup ramai oleh penduduk lokal.

Karena hari ini diadakannya sebuah turnamen kecil, kota Wuhan terlihat lebih ramai dari biasanya karena ada lumayan banyak orang luar yang relah datang berkunjung demi melihat lajunya turnamen kali ini.

Hao Chen yang penasaran seperti apa rupa sebuah kota melirik kearah jendela kereta, dari sana dia dapat melihat ada banyak kedai dan orang-orang lokal berlalu-lalang.

"Ramai sekali.. Apakah aku bisa mendapatkan banyak teman disini ?"Gumam Hao Chen.

Ling An tersenyum mendengar gumaman adik angkatnya itu."Tentu saja bisa ! Kamu adalah anak yang baik, tidak mungkin tidak ada orang yang mau berteman denganmu. Tetap fokus adik, kita akan segera sampai."

"Baik kak,"Hao Chen kembali duduk ke kursinya semula.

Ketika sudah memasuki alun-alun kota, kereta tuan Shin berhenti di depan sebuah kedai yang cukup dekat dengan tempat turnamen.

Tuan Shin tersenyum dan menoleh kebelakang."Kalian bisa turun, ingat.. Jangan dengarkan perkataan buruk orang-orang tentang sekte kita, cukup lakukan yang terbaik dan bungkam mulut mereka dengan pencapaian kalian."

Ling An dan Hao Chen mengagguk sebagai tanda mengerti. Lalu mereka berdua turun dari kereta, lalu dilanjutkan dengan berjalan bersama menuju ke tempat turnamen. Sedangkan tuan Shin sedang mengurus kereta kudanya, dan mungkin akan menonton ketika urusannya selesai.

Nampak sebuah keramaian di tempat turnamen, ratusan orang itu terlihat antusias untuk menonton dan tidak sabar menunggu dimulainya turnamen.

"Kak, apa yang akan kita lakukan selanjutnya ?"Tanya Hao Chen, sebab ia masih sangat awam dengan hal ini.

"Kita akan pergi ke meja pendaftaran lebih dulu untuk mendapatkan nomor urutan,"Jawab Ling An sambil tersenyum.

Hao Chen hanya mengangguk, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah antrean yang lumayan panjang. Antrean ini menuju ke meja pendaftaran, sehingga yang mengantrea adalah pendekar yang akan mengikuti turnamen.

Hao Chen sengaja berdiri di belakang

Ling An, sebab wajah cantik kakak sepupunya itu mungkin akan menarik banyak perhatian pendekar laki-laki, sehingga dengan berdirinya Hao Chen dibelakang Ling An dirinya dapat menjaga kakaknya itu dari hal yang tidak baik.

Antrean perlahan-lahan berjalan hingga setelah menunggu 10 menit, tibalah giliran Ling An dan Hao Chen untuk mendaftar.

Terlihat seorang perempuan muda yang menjaga meja pendaftaran melontarkan beberapa pertanyaan, seperti nama, asal, sekte dan umur.

"Nama ku Ling An, aku berasal dari sekte lotus keabadian, umur 11 tahun,"

Jawab Ling An.

Wajah perempuan yang menjaga meja pendaftaran terlihat sedikit meremehkan dan terkesan acuh tak acuh, sebab ia sudah sering kali melihat sekte lotus keabadian selalu kalah di setiap pertandingan.

"Selanjutnya.."Ucap wanita itu dengan raut datar, seakan kehadiran Ling An bukan apa-apa baginya.

Ling An yang memang sudah tau akan mendapatkan sikap seperti itu hanya diam meskipun sebenarnya sangat kesal, iapun berdiri di samping untuk menunggu giliran Hao Chen.

"Nama.."

Belum sempat wanita penjaga meja pendaftaran itu melanjutkan kata-katanya, Hao Chen sudah lebih dulu mengatakan apa yang harus dikatakan.

"Hao Chen, sekte lotus keabadian, umur 8 tahun."Jawan Hao Chen dingin, membuat wanita di hadapannya seketika menatapnya.

Wanita itu terdiam seribu bahasa melihat kedua bola mata Hao Chen yang menatapnya begitu dingin,

iapun langsung menunduk dan kembali melanjutkan pekerjaannya setelah memberikan kartu urutan kepada

Hao Chen dan Ling An.

Setelah mendapat nomor urutan

Hao Chen dan Ling An berjalan bersama menuju ke kuris tunggu yang dikhususkan untuk pendekar yang ikut turnamen.

Karena turnamen ini hanya diikuti oleh 100 orang, penyelenggara hanya perlu menyiapkan tiga arena, sehingga turnamen ini akan selesai dengan cepat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!