Putri Hebat Sang CEO

Putri Hebat Sang CEO

Malam bersejarah

''Dhea, antarkan minuman ini!" Menyodorkan minuman beralkohol beserta nomor kamarnya.

Dhea hanya bisa mendengus di saat Mia, sang sahabat itu menyuruhnya, sorot matanya nampak memohon dan tak bisa di tolak Dhea yang notabennya tak tegaan.

"Tapi aku sudah ganti baju," Dhea sedikit protes saat menatap dirinya dari pantulan cermin, gadis yang jarang bercanda itu nampak kesal dengan permintaan Mia yang tak masuk akal, bagaimana tidak, padahal Mia masih memakai seragam, dan malah bercanda dengan yang lain, kenapa juga menyuruhnya. Tak adil bukan?

"Sudahlah Dhea, tinggal ini saja kok, setelah ini kamu kan bisa pulang." timpal Noren.

"Baiklah," akhirnya Dhea mengalah dari pada harus berdebat.

Bekerja di hotel memang sudah menjadi impiannya sejak lama, dan semenjak ia bekerja di tempat itu, Dhea menghabiskan hari harinya dengan penuh suka cita, apa lagi semua temannya ramah dan saling dukung, itu menambah semangatnya saat kerja.

Masih belum keluar karena ada keraguan saat menatap bajunya yang menurutnya terlalu seksi untuk ukuran pelayan.

"Apa nggak di tegur aku pakai baju ini," sebelum keluar Dhea memutar tubuhnya dan menjewer dressnya yang hanya selutut.

Semua hanya bisa tertawa melihat tingkah Dhea yang sangat polos.

"Nggak apa apa, lagian tamu sudah sepi, sudah pada tidur, santai saja."

Kata itu meyakinkan Dhea untuk meluncur ke kamar bernomor 888.

Ini nomor kamar VIP, siapa sih jam sini pesan minum, apa dia nggak tidur.

Dhea terus melangkahkan kakinya menuju kamar yang memang ia sudah hafal letaknya, dengan semangat karena habis mendapat gaji gadis itu mengulas senyum pada tamu yang masih berkeliaran di lorong hotel.

Kok ada penjaganya, Apa yang ada di dalam itu seorang bos mafia.

Dhea menelan ludahnya dengan susah payah dan kembali merapikan rambutnya, bahkan keringat gadis itu mulai bercucuran saat menatap dua orang yang berdiri tegap di dua sisi pintu.

''Permisi, Tuan,'' dengan ramah gemulai Dhea menyapa.

Dua pria itu menatap penampilan Dhea dari atas hingga ke bawah lalu saling berbisik.

Cantik, tak perlu diragukan, gadis yang berumur dua puluh tahun itu nampak anggun dengan baju apa saja, matanya yang bulat membuat wajahnya begitu memukau, dan gampang membuat para pria jatuh cinta, namun Dhea bukan wanita gampangan dan tak mau memikirkan masalah percintaan, baginya kerja untuk menyambung hidup dan mengikuti alur, itu saja.

"Silahkan masuk, Nona!" bahkan bukan tamu yang ada di dalam yang membuka, nyatanya pria yang baru saja ia sapa yang mempersilahkannya masuk.

"Kok gelap."

Ceklek, tiba tiba saja pintu kembali tertutup rapat, Dhea yang dirundung takut itu meraba tembok dengan satu tangannya, sedangkan yang lain masih memegang nampan.

"Tolong buka pintunya, disini gelap!" teriak Dhea menggedor gedor pintu.

Tak ada respons dari di luar, Dhea yang makin takut hanya bisa memutar knop berulang kali.

''Tolong!" lagi lagi hanya kata itu yang bisa di ucapkan di saat keadaan mencekam.

Tiba tiba saja Dhea di kejutkan sebuah tangan yang memeluknya dari belakang. Sontak wanita itu menjatuhkan nampan yang di pegangnya.

"Kenapa, bukankah ini sudah biasa," suara parau mengiringi. Bahkan hembusan napas menerpa telinga Dhea hingga sang empu merinding.

"Tuan tolong, aku bukan wanita malam, aku, _ ucapan Dhea terpotong di saat pria itu menyambar bibirnya dengan rakusnya.

"Lepas!" mencoba mendorong tubuh pria kekar di hadapannya, meskipun Dhea tak bisa melihat apa apa karena gelap, gadis itu mencoba meloloskan diri. Namun nihil, tenaganya yang kecil tak mampu mengalahkan tenaga pria yang kini sudah membawa tubuhnya ke atas ranjang.

"Mau kemana sayang?" Dhea meraih bantal dan melempar ke arah pria itu.

"Kamu suka sekali mempermainkan aku, aku sudah membayarmu mahal, jadi kamu nggak bisa menolak." Tegas pria itu.

Dhea menggeleng, "Anda salah orang, Tuan, aku pelayan disini, bukan wanita yang anda maksud," dengan berlinang air mata Dhea memohon pria itu untuk melepasnya.

"Jangan bercanda, kamu tidak mau kan aku lebih marah dari ini," mencengkeram dagu Dhea dengan kuatnya.

Dhea yang sudah terjerembab di pelukan pria itu pun tak bisa menghindar lagi. Apa lagi tenaganya sudah terkuras habis, kini hanya keajaiban yang di harapkan datang menolongnya.

Tuhan, tolong aku, aku nggak mau di posisi ini.

Namun semua sia sia, karena pria yang ada di atasnya itu sudah melucuti semua bajunya, tak hanya itu, pria yang di selimuti gairah itu sudah menjelajahi tubuhnya dan tak meninggalkan sejengkal pun. Dan sampai pada akhirnya pria itu menyatukan tubuhnya dengan tubuh Dhea.

Aaaa.... jerit Dhea di saat ada rasa nyeri yang melanda di bagian bawahnya.

"Sakit...." keluhnya mencengkeram sprai.

Sakit, jadi dia masih perawan, itu artinya aku lah orang yang pertama menyentuhnya.

Akhirnya Pria itu menarik ceruk leher Dhea dan berbisik.

''Gigit pundakku, sayang.'' Tak merasa bersalah, pria itu malah merasa bangga dengan jeritan Dhea yang menggema di sudut kamarnya.

Akhirnya Dhea nurut dan menggigit pundak pria itu sekencang kencangnya.

Meskipun pria itu melakukannya dengan pelan dam lembut, Dhea yang baru pertama kali tetap merasakan perih yang luar biasa hingga tak bisa di ungkapkan dengan kata kata.

''Sekarang tidak sakit kan?'' setelah Dhea melepas gigitannya, pria itu kembali memangut bibir Dhea.

Hingga selang beberapa menit berlalu dengan tubuh yang di penuhi keringat, kini pria itu dengan sengaja menyemburkan laharnya ke dalam rahim Dhea.

Pencapaian yang sangat sempurna dan belum pernah pria itu rasakan, memuaskan, bahkan tak menyangka jika malam ini adalah malam yang penuh dengan sejarah bagi pria itu, di mana ia pertama kali mendapatkan seorang gadis.

''Terima kasih atas malam ini.'' mencium kening Dhea dengan lembut.

Pria itu ambruk dan membaringkan tubuhnya disamping Dhea, tak peduli dengan Dhea yang sesenggukan, pria itu malah tersenyum dan mengelus rambut Dhea.

''Kamu manis sekali, aku menyukainya.'' Mencium rambut Dhea dari belakang, lalu merengkuh tubuh Dhea yang meringkuk memunggunginga.

Sekarang apa yang aku harapkan dari diriku. semuanya hancur, aku tidak bisa menjaganya, Tuhan, apa yang harus aku katakan pada suamiku nanti.

Jika di kamar mewah dengan penuh kegelapan itu Dhea meratapi nasibnya, tidak dengan di luar.

''Nona tidak bisa masuk!" Penjaga yang ada di depan itu menolak keras seorang wanita yang berpakaian seksi untuk ke dalam.

"Tapi aku adalah wanita yang di panggil Tuan Arya," menunjukkan identitasnya.

Kedua pria itu saling pandang.

Itu artinya Tuan sudah salah orang, dan wanita tadi,

Kedua penjaga itu hanya bisa menepuk jidatnya, dan bersiap siap untuk menghadapi harimua di pagi nanti.

"Bagaimana, aku bisa masuk, kan?"

"Nggak bisa nona, karena di dalam Tuan dengan seseorang dan dia nggak bisa di ganggu." Jelasnya.

Sialan, harusnya malam ini aku yang ada di dalam, kenapa jadi wanita lain, beruntung sekali dia.

Merasa kesal, akhirnya wanita itu mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, namun semua tak sesuai rencana, ponsel yang di hubungi tidak aktif, dan sangat menjengkelkan.

Awas saja kalian, aku akan laporkan ini sama Tuan Arya.

Setelah punggung wanita itu berlalu, kedua penjaga itu hanya bisa mengangkat kedua bahunya. ''Lalu wanita tadi itu siapa?''

''Mana aku tau, sudahlah, kayaknya Tuan Arya juga nggak protes, mungkin yang tadi lebih memuaskan dari pada yang itu,'' menyungutkan kepalanya ke arah wanita yang baru saja pergi.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

nyimak Thor 🙏

2023-10-28

0

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

lanjut

2023-08-13

0

Wirda Lubis

Wirda Lubis

Dhea di jebak mungkin

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!