Berjalannya waktu

5 Tahun kemudian......

Bukan hal yang mudah bagi Dhea menjalani hidup selama itu, apa lagi mengandung dan melahirkan tanpa seorang laki laki di sampingnya, pastilah sangat sulit, bahkan ia sempat terlunta lunta karena tak mendapat pekerjaan, tak ada yang kebetulan, namun apa yang di tanam pasti akan menuai hasil. itulah pikirnya.

Sampai pada akhirnya Dhea mendapat pekerjaan di restoran ternama, meskipun tak pernah melihat pemiliknya secara langsung karena berada di kota lain, Dhea bersyukur dengan kedermawanan wanita yang di panggil Nyonya besar, karena dengan bantuan wanita itu Dhea bisa menopang hidup bertahun tahun. Bahkan tak sedikit bantuan yang ia terima dari wanita itu semenjak mengetahui seluk beluk kehidupannya tang tragis.

Hingga kini ia bisa tersenyum kembali saat menatap anugerah yang luar bisa di sampingnya, selain melahirkan dua bocah yang sangat cantik, Dhea juga di kejutkan dengan kecerdasan kedua putrinya yang melebihi batasannya. Rania dan Reina.

''Mama menangis?'' Si sulung Rania menyeka air matanya, sedangkan si bungsu Reina mencium pipinya dengan lembut.

''Nggak sayang, mama hanya kelilipan.'' kilahnya, tak mau kedua putrinya ikut bersedih.

''Kapan kita pulang, kapan Reina bisa ketemu papa?'' Nampak memelas jika Reina bertanya.

Dan pertanyaan itu yang selalu membingungkan Dhea untuk menjawab.

''Iya sayang, kita akan pulang.'' jawab Dhea singkat, karena ia pun tak bisa menjanjikan akan bertemu dengan sosok yang di panggilnya papa.

''Jangan khawatir, kita pasti bisa ketemu papa, dia sudah menunggu kita,'' dan itulah yang jawaban dari Rania, dengan otaknya yang bisa menatap masa depan gadis itu tak pernah menangis, apa lagi bersedih seperti Reina yang selalu mengharapkan kehadiran papanya. Karena dalam hati, Rania sangat yakin bisa berkumpul dengan papanya.

Dhea mengelus pucuk kepala kedua putrinya bergantian.

Selama ini apa yang ia katakan Rania selalu benar, apakah ini juga, apa mereka bisa bertemu papa kandungnya, tapi bagaimana jika mereka tak di akui, bahkan aku sendiri tak tau siapa laki laki yang sudah meniduriku waktu itu.

Meskipun berulang kali Rania selalu meyakinkan, namun sebagai seorang Ibu, rasa takut itu tetap menyelimuti hati Dhea.

Tok...tok....tok....Suara ketukan pintu, terpaksa Dhea menjeda makannya dan membukanya.

''Selamat malam, Bu,'' ternyata beberapa aparat kepolisian yang datang.

''Iya pak, selamat malam, ada apa ya, Pak?'' tanya Dhea, meskipun Dhea tau kalau para polisi itu pasti akan meminjam putrinya untuk penyelidikan.

''Kami akan bawa Reina untuk malam ini.''

Raut wajah Dhea nampak resah jika putrinya lagi lagi akan di kaitkan dengan pencarian penjahat. Akan tetapi Dhea tak bisa berbuat apa apa selain menyetujuinya.

''Ibu tenang saja, ini bukan penjahat yang kejam,'' Jelas sang Polisi.

''Baiklah Pak, silakan masuk!" dengan wajah yang sedikit resah, Dhea mempersilahkan polisi itu ke dalam.

Bukan tanpa alasan Dhea mengizinkan putrinya terus melintasi bahaya, karena itu memang keinginan Reina sendiri, dan Dhea tak bisa melarang keinginan bocah itu yang ingin membantu mereka yang benar.

"Reina ikut Om polisi ya, sebentar saja."

Dengan bangga hati gadis itu merentangkan tangannya ke arah polisi yang sangat gagah di depannya.

"Mama sayang Reina," satu buliran air mata lolos sudah di pipi Dhea saat melepas putri mungilnya.

Setelah punggung polisi itu menghilang, kini Dhea merengkuh tubuh Rania.

"Reina akan baik baik saja, Ma, Mama nggak perlu takut," kata Rania dengan santainya. Entah kenapa Dhea sedikit tenang jika Rania sudah bilang seperti itu.

Aku akan secepatnya pulang, kasihan Reina, aku nggak mau dia ada masalah lagi, mereka adalah hidupku, mereka kebanggaanku.

Bayangan beberapa bulan yang lalu kembali melintas dimana kedua anaknya sempat menjadi incaran penjahat kelas kakap yang sempat lolos dari pencarian polisi, dan semenjak itulah Dhea selalu berada dalam bayang bayang semu. Takut sesuatu terjadi dengan kedua putrinya.

Mengambil langkah cepat, malam itu Dhea langsung saja memesan tiket pesawat dan menghubungi Manager tempatnya bekerja, baginya tak baik mengulur waktu, hanya akan menambah dirinya makin gelisah saja.

''Sayang, kita siap siap ya, besok kita akan pulang.

Dhea membawa Rania ke kamar dan membaringkan tubuh gadis cilik itu, sedangkan ia pun mengambil koper dan memasukkan semua baju bajunya serta kedua putrinya.

''Itu artinya Raniaakan ketemu juga sama mama Yesi?''

Dhea tersenyum dan menghentikan aktivitasnya kembali mendekati Rania dan mengelus pipinya.

''Iya, kita akan bertemu dengan mama Yesi, dan kita akan hidup aman di sana.''

''Di manapun sama saja Ma, disini pun aman, mama saja yang terlalu takut, lebay.'' nada meremehkan.

Akhirnya Dhea diam dan kembali merapikan bajunya di dalam koper, karena sampai berbusa pun ia tak akan menang melawan ucapan Rania yang akan ke mana mana.

''Sudah, mendingan Rania tidur, besok jangan sampai telat," titahnya, mencium kening bocah itu sebagai pengantar tidur.

Dengan perlahan Rania memejamkan mata.

Di sela sela kesibukannya, Dhea kembali menghampiri putrinya dan menyelimuti seluruh tubuh bocah itu.

''Kamu sangat keras kepala dan percaya diri, tidak seperti Reina yang tak suka bercanda dan pemalu, apa ini bagian dari sifat papamu.'' Dhea hanya bisa menerka nerka dengan watak kedua putrinya yang sangat berbeda.

Huh.... Dhea menghela napas panjang, kejadian itu kini kembali melintas di otaknya, bahkan suara pria itu seakan masih terngiang ngiang di telinganya, jika dulu ia sangat menyesal. Kini Dhea merasa kalau malam itu adalah malam yang penuh arti, di mana ia bisa memiliki dua orang putri yang bisa ia banggakan.

Setelah beberapa jam menunggu dengan hati yang gelisah, kini Dhea bisa tersenyum lebar saat membuka pintu depan, di mana ia mendapati putrinya sedang tertidur pulas di gendongan polisi yang tadi menjemputnya.

''Reina menyusahkan ya pak?'' mengambil alih putrinya.

''Kami yang menyusahkan Ibu, pasti Ibu khawatir kan dengan keadaan Reina.''

Dhea mengangguk, karena ia pun tak bisa lega jika putrinya belum ada di depannya dengan keadaan baik baik saja.

''Pak, Saya akan membawa Reina pulang, kami akan tinggal di sana lagi.'' ujar Dhea.

''Baiklah, Bu, kami akan mengantarkan Ibu sampai ke tempat tujuan, Reina kebanggaan kami, dan di manapun Reina dan Rania berada, mereka akan tetap menjadi pahlawan kami.''

Dhea yang merasa terharu itu hanya bisa menangis di atas senyuman.

''Terima kasih atas kerja samanya, kami permisi.''

Dhea mengangguk dan membawa Reina masuk ke dalam.

Dhea pun membaringkan Reina di samping Rania yang sudah berada di alam mimpi.

Seperti biasa, ada beberapa polisi yang memang tinggal didekat rumah Dhea untuk penjagaan, karena setelah kejadian yang tak terduga itu, mereka lebih waspada dan tak mau kecolongan lagi.

Terpopuler

Comments

Al^Grizzly🐨

Al^Grizzly🐨

Harusnya ada Ceritanya kenapa Bisa kedua anaknya bisa berurusan dgn Polisi dan di anggap Pahlawan...apa keahlian kedua anaknya itu.

2024-06-21

0

Aidah Djafar

Aidah Djafar

jenius putri2 ny Dhea...🤔masih belum paham kenapa para penjahat mengincarnya 🤔 apa Krn kejeniusannya🤔 dan para polisi mengmnkan menjaga putri Dhea🤔

2023-10-28

2

perjuangan ✅

perjuangan ✅

jgn kan wajah nama nya aja GK tahu,,gimana akan bisa pencarian

2022-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!