''Arya, ayo bangun!"
Suara khas yang sangat membosankan itu mengusik Arya yang ada di alam mimpi, pria itu tak peduli dan memilih untuk memunggungi wanita tersebut.
"Pasti semalam dia tidur dengan wanita kan?" Tanya wanita paruh baya yang berparas anggun itu.
"Iya, Nyonya." Jawab sang penjaga yang sudah membawa baju ganti untuk Arya.
Ya, Tuan Arya Ghora prasida, umur 27 tahun, pemimpin perusahaan yang paling terkenal di seluruh jagad raya, namun tega membuat Dhea kini menjadi mantan perawan, bahkan dengan bangganya pria itu menitipkan benihnya di dalam perut Dhea.
"Ambilkan air!" Titah wanita itu dengan lantang. Tak segan segan untuk membasahi Arya jika memang lelet dan tak mau membuka mata.
Baru saja salah satu penjaga itu melangkah menuju kamar mandi, Arya sudah mengangkat kepalanya meski matanya masih terpejam.
"Ada apa sih, Ma?" nada jengkel, karena di manapun ia berada, pasti mamanya selalu menjadi pengganggunya di saat lagi enak enaknya menikmati alam baka.
Seketika Nyonya Septi menarik telinga Arya hingga sang empu meringis kesakitan.
Sontak, Arya membulatkan matanya di saat rasa nyeri mulai melanda.
"Ampun, Ma." Menangkupkan kedua tangannya. Memohon sang mama untuk melepaskannya.
"Nanti kalau telinga aku copot gimana, bisa hilang ketampananku." Di saat genting masih saja pria itu narsis.
"Biar ketampanan kamu hilang, supaya kamu nggak semena mena mempermainkan wanita."
Lagi lagi Nyonya Septi menegur apa yang menjadi kebiasaan Arya, bahkan sepertinya meniduri wanita sudah melekat di dirinya saat ini.
"Iya, Ma, Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
Itulah sosok Arya, meskipun garang di mata para karyawan dan rekan kerja maupun pengawal, dia adalah pria yang masih manja degan sejuta pesona saat di depan mamanya. Bahkan Arya selalu mengabulkan permintaan wanita itu.
"Sekarang mandi, cepat ke kantor!"
Dengan terpaksa Arya turun dari ranjangnya menuju kamar mandi.
"Jangan sampai aku pecat kalian." Ancam Arya saat kedua penjaganya itu menertawakannya.
Seketika kedua pria itu mingkem dan tak mau membuat Arya marah.
"Jeki, Jojo, mulai hari ini jangan turuti kemauannya, kalau dia masih kekeh, lapor ke saya!"
"Baik, Nyonya." jawab penjaga itu serempak.
Bingung kan, di satu sisi kedua penjaga itu harus menuruti semua keinginan Arya, namun di sisi lain, Nyonya besar mewanti wantinya untuk menolak. Benar benar berbalik arah.
Nyonya Septi hanya geleng geleng saat menatap punggung polos Arya berlalu dan menghilang.
Saat Nyonya Septi hampir keluar, wanita itu kembali memundurkan langkahnya saat matanya menatap sesuatu di atas ranjang, dengan sigapnya Nyonya Septi menarik selimut tebal yang ada di atas ranjang.
"Ya Tuhan..." Teriak Nyonya Septi, wanita itu terkejut bukan main saat melihat noda merah yang masih menghiasi sprai tempat Arya menginap.
"Anak gadis siapa yang menjadi korban Arya semalam?" Imbuhnya lagi, mempertajam pandangannya kalau yang di lihat itu adalah noda darah.
Dua penjaga itu ikut mendekati Nyonya Septi dan menelan ludahnya dengan susah payah, tak menyangka kalau tadi malam Tuannya menjebol gawang.
"Apa sih Ma teriak teriak," seru Arya dari ambang pintu kamar mandi, dengan tak sopannya pria yang sudah telanjang dada itu memamerkan tubuh atletisnya di depan sang mama yang saat ini naik pitam.
Segera nyonya Septi menghampiri Arya dan memukulnya dengan tas, kali ini wanita itu menangis tersedu sedu.
"Mama kenapa?" Panik, di balik sifat angkuh dingin dan juga kejam, Arya adalah sosok laki laki yang takut jika mamanya menangis dan bersedih.
"Katakan! Siapa gadis yang kamu renggut kehormatannya semalam?" menunjuk ke arah ranjang besarnya.
Mata Arya ikut terpana saat menatap noda merah itu, kejadian di ruangan yang gelap itu kembali melintasi otaknya saat ini.
Plaakkk.... tiba tiba saja tamparan mendarat di pipi kokoh Arya, Nyonya Septi nampak murka dengan kelakuan Arya kali ini. Bahkan tak sanggup membayangkan bagaimana nasibnya wanita itu saat ini.
"Aku tidak tau, Ma." Gemetar, terlihat ada sedikit penyesalan dari wajah Arya saat mengungkapkan kata katanya.
Bodohnya Arya memang tak ingin mengetahui identitas wanita yang menjadi teman tidurnya.
"Mama ini seorang perempuan, Ar, kamu tau, di dunia ini tidak ada yang paling penting bagi seorang wanita selain sebuah kehormatan, tapi kamu sudah mengambilnya, mama nggak bisa bayangkan, bagaimana perasaan gadis itu saat ini."
Arya makin bingung saja, dan kali ini ia tak mau di salahkan.
"Tapi dia sendiri yang datang Ma, Arya bayar dia, jadi di mana salahnya?"
Plaaak...lagi lagi tamparan keras menerpa pipi Arya.
Kedua penjaga itu hanya bisa menunduk diam tak bisa berkutik, karena di balik kemarahan Nyonya Septi mereka lah dalangnya yang sudah salah memasukkan orang.
"Kamu yakin?"
Arya mengangguk lalu menatap wajah Jeki dan Jojo bergantian.
"Ma....maafkan kami, Tuan," Jeki nampak ragu untuk mengucap.
"Maaf untuk apa?" Arya menghampiri Jeki dan Jojo yang setia mematung di belakang Nyonya Septi.
"Wanita semalam bukan wanita yang Tuan bayar."
"Apa?!" Terkejut.
Bugh... bugh... tanpa aba aba Arya meninju perut kedua penjaganya itu bergantian, "Bagaimana bisa?" Menjambak rambutnya, meskipun rasa semalam itu luar biasa, kini hatinya sedikit tersayat di saat mendengarkan penjelasan dua pengawal itu.
Pantas saja dia begitu lugu saat aku menjamahnya, jadi dia bukan wanita bayaran, lalu siapa dia?
Arya kembali mendekati Nyonya Septi dan berlutut di kakinya.
''Ma, aku akan cari dia, aku akan bertanggung jawab.''
Nyonya Septi ikut berjongkok bersejajar dengan Arya.
''Apapun yang terjadi nantinya, bawa dia ke rumah, mama nggak mau kamu jadi pecundang, mulai sekarang, sadarlah!" menepuk pundak Arya.
"Mama pulang dulu." Tak lupa, seperti biasa Arya memeluk dan mencium kedua pipi sang Ibu, sebelum wanita itu pergi.
Arya berdiri dan kembali menghampiri Jojo dan Jeki.
"Panggil Damar kesini, dan kalian cari gadis itu, aku nggak mau ada kegagalan."
"Baik, Tuan," kedua pria itu ikut pergi dengan perintah dari Arya.
Melupakan mandi sejenak, Arya kembali duduk di tepi ranjang dan memegang noda itu.
"Janjiku pada Mama, siapapun kamu, kita akan menikah, dan kamu akan menjadi nyonya muda di rumah Prasida."
Selama hidupnya Arya menganggap menikah adalah hal yang tabu, namun saat air mata Nyonya Septi mengalir di pipi karenanya, Arya menjadikan semua itu adalah amanah yang harus di jalaninya.
Jam terus berputar, setelah puas dengan drama paginya, kini pria itu kembali ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap otaknya pun ikut adem dengan kejadian tadi.
Heh, ada senyum kecil yang terukir di saat Arya mengingat kejadian malam tadi.
Gadis itu sangat lugu, bahkan dia nurut perintahku.
Arya mengelus bekas gigitan di pundaknya, meskipun sedikit perih, namun kenangan yang di tinggalkan wanita itu sangatlah legit dan tak bisa di lupakan begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Aidah Djafar
lapis legit kalle Dhea 🤦😁😂
2023-10-28
1
Wirda Lubis
semoga Dhea ketemu sama arya
2023-05-17
0
Ida Lailamajenun
bgs cerita nya
2022-10-04
0