Mencari Jejak Lidya
Hari Senin selalu jadi hari yang lelah untuk Lidya. Meeting dengan klien, mengatur pesanan yang tertunda karena hari libur, dan merancang desain baru produk, benar-benar membuatnya lelah. Gadis dua puluh empat tahun itu sudah merasa di puncak kejenuhan. Dia berencana akan mengambil libur untuk merefresh kepalanya.
Selama merintis bisnisnya Lidya memang sangat fokus bekerja keras agar kerajaan bisnis yang jadi impiannya sejak kuliah bisa segera terwujud. Membangun hubungan baik
dengan meletakkan kepercayaan dan memberi pelayanan terbaik dilakukannya semata-mata agar para kolega bisnis puas.
Kesibukan bertambah banyak seiring dengan perkembangan bisnis yang kian maju dari hari ke hari. Lidya bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali dirinya bersantai untuk sekedar memanjakan diri dengan hobinya.
Hanya bekerja keras demi karier dan ambisi jadi pengusaha sukses yang ada di dalam benak seorang Lidya. Hidupnya bagai seorang ratu di kerajaan dengan topeng emas yang penuh kepalsuan. Bergelimang harta dan pura-pura bahagia.
Tidak terasa, kesibukan mengejar mimpi menjadikan Lidya sosok yang keras seperti Robot. Dia bagaikan hidup dengan memori buatan hanya untuk melaksanakan tugas dan menyenangkan hati semua orang. Itu yang dilakukan setiap hari. Dan Lidya mulai sadar kalau sebenarnya dia tidak bahagia.
Mau meledak, begitulah perasaan yang sedang dialaminya sekarang. Sepulang dari kantor Lidya langsung mengemasi barang-barang untuk melakukan perjalanan yang entah kemana, dia sendiri belum merencanakan.
Bagian yang terpenting adalah Lidya sudah memberi tahu Arkan dan Widya, kalau dia akan melakukan sebuah perjalanan dalam waktu yang cukup lama. Untuk itu Lidya sengaja mempercayakan semua urusan bisnis kepada kedua sahabatnya.
Malam-malam Lidya membongkar isi gudang, mencari sepatu, tas, dan perlengkapan hiking, kemudian membersihkan untuk selanjutnya di bawa ke mobil Van miliknya.
Begitu sibuknya Lidya sampai dia tidak mendengar suara panggilan di ponselnya. Bahkan Mira asisten rumah tangganya bingung dengan perilaku Lidya yang aneh hari ini.
"Mbak Lidya sedang apa?" kenapa dia tidak suruh saya saja?" Pertanyaan itu yang ada dipikiran Mira.
Biasanya dia akan memanggil para asisten untuk membantu membereskan semua keperluan. Tapi hari ini Lidya diam dan hanya melakukan segalanya sendiri.
Kontan saja Mira merasa khawatir dengan kondisi Bosnya, dia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mira sangat khawatir kalau dia sudah melakukan kesalahan yang membuat Lidya marah dan akan berdampak pemecatan kepada dirinya.
"Maaf mbak Lidya, biar saya saja yang kerjakan, mbak Lidya istirahat saja dulu, biar semuanya saya yang bereskan."
"Gak apa-apa Mira, aku bisa sendiri kok" kamu jangan khawatir."
"Tapi mbak Lidya kenapa?" nggak biasanya kerja semua sendiri, mbak marah sama saya ya?" tolong jangan pecat saya dong mbak."
"Kamu ini ngomong apa sih Mira?" iya memang saya sedang kesel, tapi bukan sama kamu." Saya lagi kesel sama diri sendiri." Bukan sama siapa-siapa, jangan khawatir."
"Oh iya, besok pagi saya mau keluar kota beberapa hari, tolong jaga rumah baik-baik, jangan sampai kotor ok!"
"Mbak Lidya mau kemana?" kalau mas Surya cari, saya bilang apa?"
"Gak usah bilang apa-apa, saya juga belum tahu mau kemana Mir, nanti saja saya yang telepon Surya."
"Ya sudah saya mau mandi dulu, terus tidur!" kamu rapikan saja meja makan, saya sudah makan di luar tadi sore!"
Mira menuruti perintah Lidya, kemudian beranjak pergi ke ruang makan untuk membereskan meja, dan mencuci piring kotor di dapur. Dalam benak Mira bertanya-tanya ada apa dengan Lidya, tapi dia hanya bisa khawatir tanpa berani komentar atau sekedar bertanya.
Di kamarnya Lidya sedang memandangi potret Surya yang terpasang di wallpaper ponselnya. Sebenarnya ada rindu di hati Lidya. Tapi dia tidak ingin mengganggu kekasihnya yang sekarang sedang bertugas di negara lain sebagai utusan perdamaian.
Lidya menghela nafas panjang. Kemudian segera mematikannya lampu bersiap untuk tidur. "Semoga kamu cepat kembali Sur." aku sangat membutuhkan mu di saat seperti ini.
Pagi-pagi sekali Lidya bangun membuat bekal makanan yang akan di bawanya dalam misi traveling dadakan hari ini. Entah apa yang sedang dipikirkan Lidya tapi mobil Van sudah penuh dengan bekal dan peralatan bertahan hidup di alam liar versi Lidya.
Mira, Diman, dan Ujang memperhatikan apa yang dilakukan majikannya dengan penuh tanda tanya. Diman yang paling lama kerja di rumah itu, memberanikan diri untuk bertanya kepada Lidya, apakah ada sesuatu yang tidak berkenan di hatinya.
"Neng Lidya, Mamang minta maaf sebelumnya, kalau boleh bertanya, apakah ada kekurangan dalam pelayanan kami, sehingga Neng Lidya jadi tidak suka atau kesal?"
"Enggak Mang Diman, kalau saya melakukan pekerjaan ini sendiri saja tanpa minta tolong dengan kalian, bukan berarti saya sedang marah Mang."
"Saya cuma mau memastikan semua yang di butuhkan dalam perjalanan lengkap dan tidak ada yang tertinggal."
"Neng Lidya mau melakukan perjalanan jauh?" Barang-barangnya banyak sekali, seperti mau pindah?" di kira Mamang, Neng Lidya marah, terus mau pindah ke apartemen?"
"Hahahaha" Mang Diman bisa saja, enggak begitu Mang, ini pasti gara-gara Mira ya?" Heh kalian berdua sini sebentar!" Dengar ya..!" Saya mungkin akan pergi satu bulan, kalian semua tolong jaga rumah baik-baik jangan sampai kotor, atau berantakan!"
"Saya cuma mau memenangkan diri sebentar." Hanya satu bulan atau lebih." Kalau ada masalah kalian, hubungi Widya atau Arkan, nomor telepon mereka ada di buku agenda." Gaji kalian seperti biasa akan di transfer oleh Widya." Faham ya?"
"Baik, kami faham neng Lidya!"
"Ya sudah, jaga diri kalian baik-baik, yang akur dan jaga rumah ok!"
Lidya kemudian masuk ke dalam mobil, melambaikan tangan dengan senyum manis, dan mobil perlahan-lahan, meninggalkan garasi. Sementara ke tiga asisten rumah tangganya, melepas kepergian Lidya sampai mobilnya hilang dari pandangan mata.
Lidya berniat meninggalkan Jakarta untuk berpetualang ke beberapa daerah di pulau Jawa. Rencananya dia akan mengunjungi gunung, pantai, dan kota-kota indah yang memiliki nilai budaya yang unik.
Perjalanan akan di mulai dari daerah gunung di sekitar Jawa Barat. Lidya menandai jalur yang akan dilalui dan mendokumentasikan lewat sebuah jurnal pribadinya. Mungkin saja dengan melakukan perjalanan ini, dia akan mendapat inspirasi untuk pengembangan produk baru. Itu yang ada dalam benak Lidya saat ini.
Jam dua belas siang dia baru keluar dari pintu tol. Lidya mencari tempat untuk beristirahat, sekaligus makan siang. Maklum saja dia sudah menyetir selama enam jam tanpa berhenti.
Sambil menikmati hidangan di kotak makan siang yang telah dimasaknya pagi tadi. Lidya menikmati pemandangan yang tersaji. Dua jam lagi dia akan sampai di Kuningan. Rencananya dia akan melakukan solo hiking ke gunung Ciremai.
Baru akan melanjutkan perjalanan, mata Lidya teralihkan pada sebuah mobil Box yang berhenti beberapa meter di depannya. Ada sesuatu yang mencurigakan dari mobil itu, pasalnya seorang wanita muda sepertinya di paksa masuk ke dalam box belakang.
Karena merasa bukan urusannya, Lidya mengabaikan apa yang dilihatnya. Dia melajukan mobilnya untuk melanjutkan perjalanan.
Tidak disangka mobil itu ikut berjalan lalu menyalipnya. Saat itu Lidya melihat seorang gadis di jendela box mobil yang tampaknya begitu sedih, menatap sayu kepadanya.
Wajah murung si gadis mengganggu pikiran Lidya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Buru-buru Lidya menepis semua penasaran dalam pikirannya, dan masuk ke halaman sebuah hotel.
"Semoga tidak terjadi sesuatu padanya" Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan Lidya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
MamiihLita
akuu mampir ka ifan.. semangat
2021-10-01
0
Selviana Suyanto
tinggalin jejak dulu Thor 😅😅😅
2021-09-29
1