"Dua hari lagi aku akan bisa berjalan, hanya perlu bersabar untuk satu hari lagi." Terima kasih, siapapun anda." Semoga saja Tuhan membalas kebaikan mu."
Lidya bertahan dua hari sesuai saran dari orang misterius yang menolongnya. Dia lebih memilih bersabar di pondok, daripada memaksakan diri keluar dengan keadaannya sekarang. Sendiri di hutan memang menakutkan. Apalagi Lidya sama sekali tidak tahu seluk beluk tempatnya sekarang.
"Bekal ini masih cukup, tapi aku harus berhemat, tak tahu berapa waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari hutan ini."
"Huh.. semoga saja tidak tersesat."
"Oh.. Tuhan, orang-orang itu lagi!" Bagaimana ini, sebaiknya aku keluar dari sini perasaanku tidak enak."
Lidya segera keluar bersembunyi dengan membawa tas ransel dan semua bahan persediaan yang dia masukkan dalam tas jinjing.
Pelan-pelan Lidya berjalan menjauh dari pondok seakan telah mendapat firasat kalau pondok itu akan di geledah oleh orang-orang yang mengenakan topeng.
Benar saja, begitu Lidya sampai di sebuah batu diantara dua pohon besar yang rimbun dengan semak belukar, beberapa orang masuk ke dalam pondok. Kemudian mereka semua langsung mengobrak-abrik pondok seperti sedang mencari sesuatu.
Lidya menutup mulutnya agar tidak sampai menjerit, dia melihat seorang gadis berambut panjang, di ikat dan di seret melintasi pondok. "Dia malaikat penolong ku?" Oh Tuhan, aku harus apa?" Lidya bingung, tak tahu mesti berbuat apa.
Ternyata orang misterius yang menolong Lidya adalah seorang gadis cantik berambut panjang. Kini gadis itu tertangkap oleh anggota sekte, dia jelas membutuhkan uluran tangan Lidya sekarang.
Tapi apa yang bisa di lakukan gadis kota lemah seperti Lidya. Dia hanya bisa menahan tangis ketika gadis penyelamatnya sedang tidak berdaya diseret oleh anggota sekte.
Lidya benci pada diri sendiri, dia berharap ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk membalas budi orang yang sudah berbaik hati menolong, saat dia terluka parah.
"Aku harus melakukan sesuatu untuk gadis itu, apapun yang akan terjad!" Tidak boleh ada yang menyakiti orang baik seperti dia." Gumam Lidya sambil mengendap-endap di antara rimbun semak belukar.
Dari jarak yang cukup jauh Lidya mengikuti cahaya obor dan memantau apa yang sedang dilakukan orang-orang itu. "Bantu aku Tuhan..!" Lidya berharap mendapatkan keberanian lebih untuk bisa menolong gadis baik yang sudah menyelamatkan nyawanya.
Lidya terus jalan merunduk menembus gelap malam, mengabaikan rasa takut dalam hatinya. Tubuh langsingnya tersamarkan bayangan pohon dalam remang sinar bintang dan cahaya obor.
Mata Lidya terus liar mengawasi keadaan sekitar. "Hutan ini ada di belahan bumi yang mana?" gumamnya.
Lidya merasa dirinya sedang berada dalam dunia yang tidak nyata. Persis seperti sedang melakukan petualangan dalam film The Lost world atau Indiana Jones, begitu pikirnya.
Pengalaman ini adalah hal baru bagi Lidya. Dia sangat berharap sekarang sedang bermimpi dan setelah pagi datang semua akan kembali normal seperti sedia kala.
"Tenang Lidya semua ini hanya mimpi." Tidak ada yang terjadi, semuanya akan baik-baik saja" ucapnya lirih. Sepertinya Lidya sedang berada dalam ambang keputusasaan.
Sementara orang-orang bertopeng membawa gadis itu ke dalam sebuah gua dengan banyak penjaga. Lidya sedang mencari akal untuk masuk ke dalam. Tapi naas, ketika sedang mencari jalan masuk, tiba-tiba dia terperosok jatuh dalam sebuah lubang yang tidak begitu dalam.
"Aww...!" Lidya segera menutup mulutnya agar rintihannya tidak sampai terdengar oleh mereka yang berada di mulut gua. "Celaka, kenapa jadi tambah runyam begini?" Hah.. aku ada dimana sekarang?"
"Seandainya saja Surya ada bersamaku disini. Dia pasti tahu apa yang harus dilakukan di saat genting begini." Maafkan aku Sur, selama ini aku sudah salah mengabaikan hubungan kita."
Seharusnya aku lebih memperhatikan kamu dan tidak egois." Kalau aku sampai mati disini, aku harap kamu tahu kalau aku mencintaimu."
Lidya duduk sejenak sambil memeriksa luka di kakinya, "Syukurlah jaitannya nggak terbuka." Lidya mengusap darah yang keluar lagi dari luka yang belum sembuh sepenuhnya. Dia bangkit melanjutkan mencari jalan keluar dari lorong tempatnya berada.
"Aggghhrrr...!"
Sesuatu di dalam sisi tergelap gua mengerang, seolah-olah dia baru saja bangun dari tidur panjangnya. Aroma darah dari kaki Lidya sudah membangkitkan sesuatu yang jahat dalam gua itu.
Saat itu Lidya tidak sadar sama sekali kalau darah yang mengalir dari kaki yang terluka, sudah menyebabkan mahluk mitos bangkit dari tidur panjangnya selama ratusan tahun.
Mahluk mitos yang selama ini selalu dipercaya oleh masyarakat desa di sekitar hutan, akan bangkit dari sisi gelap dunia bawah, khusus untuk memberikan pertanda bencana kepada manusia di masa depan.
Malam itu tidak ada seorangpun yang sadar akan bahaya yang akan membawa mimpi buruk bagi mereka. Masyarakat desa di sekitar hutan larangan percaya, dengan mengadakan ritual tumbal, mahluk purba akan dapat di cegah untuk bangkit kembali di masa depan.
Sementara itu di sisi lain dari gua, gadis bercadar, dimasukkan dalam kerangkeng besi bersama dengan orang lain yang ditangkap lebih dulu. Mereka dikumpulkan jadi satu dalam sebuah sangkar besi.
Tampak ekspresi ketakutan dari wajah mereka. Beberapa orang bahkan menangis histeris meminta agar segera di habisi. Jelas sekali mental mereka jatuh. Orang-orang itu depresi, dan kehilangan harapan hidup.
Setiap hari mereka berdoa agar segera saja di bunuh. Setidaknya semua rasa takut akan hilang. Semua selesai dengan mudah. Hanya itu yang ada dalam benak setiap orang yang ada dalam kerangkeng.
Sedangkan di lorong gua yang bercabang, Lidya sudah menemukan jalan keluar. Tapi dia tidak berani melangkah lebih jauh, sebab lorong itu berada di tempat yang salah.
Lidya tidak lagi berada di gua dalam hutan, melainkan berada di sebuah tempat yang aneh. Ada beberapa rumah gubuk dengan sebuah tiang tepat di tengah-tengah tanah lapang yang tandus.
Tidak ada satu pohon yang hidup disana, kecuali hanya dua batang pohon kering tanpa daun. Lidya makin bingung. Dia ingin kembali tapi takut. Akhirnya di putuskan untuk duduk sejenak, berpikir langkah apa yang akan diambil Lidya berikutnya.
Dalam kegamangan hatinya, mata Lidya tiba-tiba melihat sosok wanita dengan kerudung merah berjalan diantara rumah gubuk.
Lidya mengucek mata, dan menampar pipinya, memastikan dia sadar dengan apa yang baru saja dilihat. "Ada orang yang tinggal di rumah itu" gumamnya.
"Aku harus ke sana, wanita itu pasti tahu jalan pulang."
Dengan penuh harap Lidya berdiri dari duduknya. Dia berjalan pelan-pelan, penuh waspada. Tangannya menggenggam pisau erat-erat sedang matanya mengawasi sekitar.
Lidya terus jalan menuju rumah yang berada di tengah. Dia ingin menemui wanita berkerudung merah untuk bertanya arah pulang. Di depan pintu dia mulai ragu. Seperti ada sesuatu dalam hatinya yang melarang Lidya untuk masuk.
Suasana kampung yang suram dan sunyi membuat Lidya makin tidak percaya diri untuk mengetuk pintu. Kemudian tiba-tiba saja ada suara pria terdengar melarangnya.
" Jangan masuk kesana!"
Lidya menoleh ke semua arah, tapi dia tidak menemukan asal suara itu. Lidya mulai berpikir kalau tempat ini berhantu. "Aduh.. bagaimana ini?" Aku harus apa Tuhan?"
Secara tiba-tiba bayangan putih berkelebat dari arah samping. Karena takut dan gugup, refleks tangan Lidya mendorong pintu rumah yang ternyata adalah sebuah makam.
Sontak Lidya merasa kaget, dia heran dengan peti jenazah yang tergantung dengan tali tambang dan rantai baja di atas makam.
"Lancang...!!"
"Keluar dari tempat itu atau kamu akan mati!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments