Menikahi Duda Beranak 3
...🍁Kesalahpahaman yang terjadi memang membuat kacau keadaan, bahkan sampai harus mengorbankan sesuatu hal untuk hal yang lain.🍁...
...💞Menikahi Duda Beranak 3💞...
Disebuah pelataran toko yang tak begitu jauh dari jalan raya, tampak seorang bocah tengah berjalan mengendap ngendap. Berulang kali dirinya memperhatikan keadaan sekitaran toko yang tidak begitu ramai.
Mungkin ada 3 orang pembeli di toko tersebut. Saat menyadari suasana yang aman menurut bocah tadi, dirinya secara diam diam memasukan 2 bungkus roti ke dalam bajunya.
Tapi sayangnya, aksinya tadi langsung ketahuan sang pemilik toko membuat sang empunya langsung meneriaki bocah tersebut.
"Hei, jangan mencuri rotiku." Sang pemilik toko yang bertubuh agak gempal itu secara cepat menghampiri sang bocah tadi membuat bocah tadi langsung pergi menjauhi toko tersebut.
"Hei, kembali kau pencuri kecil!" Teriakan itu mengundang banyak orang untuk memandang kearah sang pemilik toko yang kesulitan mengejar bocah tadi.
Tapi teriakan yang di layangkan olehnya membuat beberapa orang segera ikut mengejar bocah tadi, yang saat ini sudah menyeberang jalan menuju ke sebuah rumah sakit yang memang berada tak jauh dari toko tadi.
Dengan langkah kencang dari kaki kecilnya itu, bocah tadi berhasil kabur dari kejaran para pencarinya itu.
Tapi saat dirinya ingin berbelok di lorong rumah sakit, dirinya tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
"Aduh." Ringis bocah tadi sambil memegangi tangannya yang menjadi tumpuan saat jatuh itu.
"Kau tidak apa-apa, adik kecil?" Pertanyaan itu datang dari arah depan bocah tadi membuat bocah tadi mendongak menatap siapa yang tengah bertanya padanya itu.
Seketika rasa takut kembali hadir di benak bocah tadi begitu mendengar suara langkah kaki dan teriakan meneriaki kata pencuri itu.
Tanpa peduli dengan sakit di tangannya, bocah tadi berniat segera pergi dari sini sebelum dirinya ketahuan. Dan benar saja di ujung lorong sana, ada 3 orang yang tadi sempat mengejarnya membuat bocah tadi semakin panik.
Sedangkan seseorang tadi yang melihat raut kepanikan diwajah bocah yang tak sengaja di tabraknya itu. Ia tahu situasi apa yang tengah terjadi disini.
Sebelum berhasil pergi, orang tadi lebih dulu memegang tangan bocah tadi dan langsung membawanya pergi dari sini dengan menggunakan lift.
Tepat setelah pintu lift tertutup, 3 orang tadi gagal menangkap bocah tadi yang kini sudah menaiki lift.
Di dalam lift, bocah tadi sedikit bernapas lega. Saat tahu dirinya sudah tidak lagi dikejar oleh 3 orang tadi. Dirinya merasa bersyukur masih bisa selamat. Tapi yang sekarang ini jadi masalahnya adalah keberadaan orang yang kini ada di depannya sambil menatap kearahnya itu.
Merasa di tatap seperti itu membuat orang tadi segera mengulas senyum manis. "Jadi siapa namamu, adik kecil?" Pertanyaan itu tak ditanggapi oleh bocah tadi.
Bocah itu hanya menatap sekilas kearah orang yang ada di depannya sebelum membuang mukanya kearah lain.
"Baiklah, kalau adik kecil tidak mau memberitahu siapa namamu. Kakak tidak memaksa." Bocah tadi tak menanggapi ucapan orang itu.
Suasana sempat hening tapi itu terpecah saat sesuatu di balik baju bocah tadi terjatuh ke lantai.
Pandangan keduanya terarah pada 2 bungkus roti yang baru saja terjatuh dari balik baju bocah tadi. Dengan cepat bocah tadi mengambil roti tersebut dan menyembunyikannya dibelakang tubuhnya.
Orang tadi menghela napas sejenak sebelum mendekati bocah tadi dan kini orang tadi mensejajarkan tubuhnya dengan bocah tadi.
"Kakak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi saran kakak, kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi." Dengan perkataan yang lembut orang tadi mengukir senyum di bibirnya.
"Bagaimana kalau tadi kamu tertangkap oleh orang - orang tadi. Kamu tidak mau itu terjadi, kan?" Bocah tadi masih tidak menanggapi ucapan orang itu.
Ada helaan napas yang dikeluarkan oleh orang tadi sebelum kembali mengeluarkan suaranya. "Kakak tahu, kalau kau melakukan ini untuk menyambung hidup. Tapi menurut kakak masih ada jalan lain selain mencuri. Bagaimana pun juga mencuri itu tidak baik. Adik kecil pasti tahu itu, kan?"
Bocah tadi menundukkan kepalanya dan bisa orang tadi lihat bulir air mata mulai menetes di pipi bocah tadi diiringi isakan pelan.
Dengan pelan orang tadi mengusap lembut kepala bocah tadi "Jangan menangis."
"Jadi siapa namamu?"
Masih dengan isakan pelan, bocah tadi mulai mengeluarkan suaranya. "Ra..ka." Ucapnya dengan pelan.
Orang tadi masih mempertahankan senyumannya. "Kalau nama kakak adalah Jasmine." Balas orang tadi yang ternyata bernama Jasmine.
"Sudah jangan menangis lagi. Kakak tidak bermaksud jahat padamu." Bocah tadi mendongakkan kepalanya kearah Jasmine. Dengan masih sesenggukan, bocah itu mengangguk membuat Jasmine tersenyum lega.
Ting
Pintu lift terbuka, entah di lantai berapa mereka berdua berada, karena tadi Jasmine asal menekan tombol di lift itu.
Dengan lembut Jasmine menuntun bocah bernama Raka itu keluar dari lift. Tapi Jasmine mulai mengernyitkan dahinya begitu melihat ruangan di lantai ini.
Ternyata di lantai ini hanya terdapat beberapa pintu saja. Tidak seperti di lantai yang lainnya, yang mana satu lantai terdiri dari 12 ruangan. Tapi di lantai ini hanya ada 5 ruangan saja.
Menyadari bocah tadi tak berbicara membuat Jasmine menoleh kearah Raka. Jasmine berniat membawa Raka ke kamar mandi untuk membersihkan wajah Raka sehabis menangis itu.
Dengan langkah pelan, Jasmine memasuki sebuah ruangan yang tak jauh dari lift tadi. Setelah mendapati ruangan itu sepi, Jasmine segera membuka pintu itu agak lebar, supaya Jasmine dan Raka bisa masuk kedalam.
Begitu masuk kedalam ruangan, ternyata ruangan yang tengah Jasmine pijaki ini adalah ruangan rawat. Dirinya bahkan baru sadar kalau ternyata ada seorang pasien yang tengah tertidur diatas bangkar.
Walaupun sempat terdiam karena tidak tahu kalau ini ruang rawat, Jasmine kembali menuntun Raka untuk kembali berjalan di sampingnya.
Jasmine berdoa semoga saja dia tidak menganggu ketenangan pasien itu. Dalam hati Jasmine terus menggumamkan kata maaf karena telah lancang masuk ke ruangan ini tanpa izin.
"Kamu masuk kedalam dan cuci muka dulu, ya Raka." Bocah tadi mengangguk kemudian masuk kedalam kamar mandi yang ada diruangan ini. Sedangkan Jasmine menunggu diluar sambil berjaga jaga kalau ada keluarga dari pasien yang datang tiba tiba. Pasti kalau itu terjadi, akan ada kesalahpahaman yang terjadi nantinya.
Tak begitu lama, Raka keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh dari sebelumnya. Dia menghampiri Jasmine yang berada disamping pintu kamar mandi.
Dengan pelan, Raka bergumam membuat eksistensi Jasmine yang semula menyusuri ruangan ini terhenti sejenak dan beralih kearah Raka.
"Kau sudah selesai." Bocah tadi mengangguk membuat Jasmine tersenyum tipis.
"Baiklah, kakak akan membawamu ke suatu tempat." Raka memandang Jasmine dengan alis terangkat. Hal itu tentu membuat Jasmine gemas sendiri melihat wajah imut dari bocah di depannya itu.
"Jangan takut, kakak tidak akan menyakitimu. Lagian kakak ingin mengajak ke suatu tempat yang pastinya kau akan suka." Walaupun dengan perasaan yang ragu, Raka tetap menganggukkan kepalanya. Toh kakak di depannya ini sejak tadi bersikap baik padanya.
Jasmine mengulurkan tangannya kearah Raka yang disambut oleh tangan kecil miliknya itu. Keduanya berniat pergi dari ruangan ini, karena memang niatan Jasmine mengajak Raka kesini untuk menumpang dikamar mandi.
Tapi langkah kaki Jasmine mendadak terhenti begitu melihat sang pasien sepertinya tengah kesakitan. Dengan langkah ragu, Jasmine mulai melangkah mendekati bangkar untuk melihat kondisi sang pasien itu.
Sang pasien tadi mulai sadar dari komanya. Dengan perlahan mata sang pasien terbuka. Beberapa kali pasien tadi mengerjapkan matanya untuk memfokuskan pandangannya.
Begitu terfokus, hal pertama yang dia lihat adalah wajah seorang gadis yang terlihat sangat cantik dimatanya. Bahkan sang pasien itu tetap menatap kearah gadis tadi.
Jasmine yang merasa dipandangi itu pun jadi semakin gugup. Jasmine mengira kalau dirinya akan dimarahi sebab masuk keruangan ini tanpa izin.
Padahal pasien tadi tidak berniat begitu. Bahkan dirinya saja baru sadar setelah 5 hari menjalani masa kritisnya itu.
"Apa anda tidak apa - apa, tuan?" Pertanyaan dari Jasmine belum mendapatkan sahutan apapun. Malah pasien itu terus menatap kearah Jasmine membuat Jasmine lama lama menjadi risih sendiri.
"Tuan ingin minum?" Tawar Jasmine yang mengira pasien itu ingin memintanya untuk mengambilkan air. Sang pasien hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaan Jasmine tadi.
Dengan lembut Jasmine mengambil air yang tersedia diatas nakas dan memberikannya pada sang pasien. Tapi pasien tadi tak kunjung mengambil gelas yag disodorkan oleh Jasmine itu.
Setelah sadar akan sesuatu, Jasmine mulai membantu sang pasien untuk minum. Setelah dirasa cukup, Jasmine kembali menaruh gelas tadi ke tempat semula.
"Anda tidak apa - apa, kan?" Kembali Jasmine mengulang pertanyaaannya yang tadi berkaitan dengan kondisi pasien itu.
Belum sempat menjawab, suara pintu terbuka membuat eksistensi Jasmine dan Raka langsung terarah kesana.
Dengan posisi kaku, Jasmine langsung menegakkan tubuhnya berusaha untuk tidak panik sebab dirinya masuk ke ruangan rawat orang lain tanpa permisi.
Orang yang tadi membuka pintu juga ikutan terkejut begitu melihat keberadaan orang asing diruang rawat ayahnya itu.
"Siapa kau? Kenapa kau ada diruangan ini?" Pertanyaan bernada tajam itu di layangkan orang tadi membuat Jasmine menelan ludahnya susah payah.
Bahkan Raka yang sejak tadi terdiam itu pun langsung bersembunyi di balik tubuh Jasmine. Dia takut kalau ketahuan mencuri roti di toko tadi.
Belum sempat Jasmine berbicara, kedatangan 2 orang lagi membuat suasana menjadi tegang seketika. Perasaan takut mulai menyelimuti hati Jasmine. Bahkan beberapa kali dirinya memaki dirinya sendiri. Kalau saja dia tidak masuk ke ruang ini maka keadaan ini tidak akan terjadi.
...⚠Lanjut ke part selanjutnya, ya😍😉⚠ Terimakasih sudah berkunjung😊😇....
...💞Menikahi Duda Beranak 3💞...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Vitamincyu
..
2023-12-05
0
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum ijin mampir ya thor
2023-07-07
0
Mella Soplantila Tentua Mella
lanjut
2022-07-17
0