...🍁Menikahi Duda Beranak Tiga🍁...
.......
.......
Ternyata Jasmine membawa Raka dan Rata ke sebuah panti asuhan yang didirikan oleh ibu angkat Jasmine. Ibu angkat Jasmine bernama Bu Lia, Beliau mengizinkan Raka dan Rara untuk tinggal bersama mereka di panti asuhan ini.
"Nah, sekarang kakak akan tunjukan dimana kamar kalian, ya." Begitu mengatakan hal tersebut, Jasmine segera membawa keduanya untuk menempati kamar yang ada.
"Raka nanti tidur disini, ya. Dito, Micho dan Babas ini adalah teman sekamar kamu mulai hari ini." Ketiga sang pemilik nama langsung menoleh begitu mendengar nama mereka di panggil oleh kakak mereka.
"Ini, Raka dan Rara. Mereka akan tinggal disini bersama kita. Dan nanti Raka tidurnya bareng kalian, ya." Ketiganya mengangguk. "Iya, kak Jasmine."
"Kalian bisa kan jadi teman yang baik untuk Raka dan Rara?" Pertanyaan itu jasmine lontarkan kepada ketiga adik - adiknya itu.
"Tentu saja, kak. Kami nggak mungkin bersikap tidak baik kepada orang lain, benarkan Dito, Micho." Keduanya mengangguk setuju dengan ucapan Babas tadi.
Jasmine tersenyum lembut. "Kalau begitu kalian ajak Raka istirahat, ya. Kakak mau nganter Rara ke kamar yang lain." Begitu selesai mengatakan hal itu, Jasmine mengajak Rata untuk mengikutinya. Sedangkan Raka sudah diajak masuk oleh Dito, Micho dan Babas.
Jasmine mengusap pelan kepada Rara membuat gadis kecil itu mendongak menatap wajah Jasmine. "Nanti disini Rara pasti punya banyak teman. Jadi Rara sama kak Raka tidak akan kesepian lagi."
Rara tersenyum mendengar ucapan yang dikatakan oleh Jasmine itu. "Benarkah, Kak? Rara seneng bisa punya banyak teman." ucapnya dengan pancaran kebahagiaan yang jelas tergambar diwajah kecilnya itu.
Jasmine mengangguk sambil tersenyum melihat rona kebahagiaan diwajah mungil gadis kecil di depannya itu. Akhirnya kini keduanya telah sampai di sebuah pintu kamar yang tertutup.
Diketuknya pelan pintu kamar itu yang membuat orang yang ada di dalam kamar langsung membuka pintu tersebut. "Kak Jasmine." Sapa orang itu begitu melihat kehadiran kakaknya itu.
Tapi perhatiannya teralih begitu melihat sosok yang berdiri di samping kak Jasmine yang ia perkirakan lebih muda beberapa tahun darinya itu.
"Hai, Ayu. Kakak boleh masuk?" Ayu mengangguk cepat, kemudian mempersilahkan sang kakak untuk masuk kedalam.
"Hai adik - adik kakak yang cantik - cantik." Sapaan itu datang dari Jasmine. Ketiga gadis yang tadi asyik menggambar itupun menoleh kearah sumber suara.
"Kak Jasmine." Sapa balik ketiganya sambil mendekati Jasmine. Setelahnya keempatnya langsung memeluk tubuh Jasmine.
"Kalian lagi gambar apa?" Salah satu dari keempat gadis kecil itu termasuk Ayu, langsung memperlihatkan hasil gambar yang mereka buat itu.
"Kak, lihat deh Chaca buat gambar pemandangan. Bagus nggak, kak?" tanyanya meminta pendapat.
Jasmine mengangguk. "Bagus banget. Chaca pinter gambar, ya. Kalian juga pinter ngegambarnya." ucap Jasmine sambil memperhatikan gambar - gambar yang telah dibuat adik - adiknya itu.
Seakan teringat sesuatu, Jasmine langsung memanggil Rara untuk mendekat ke arahnya. Sebab tadi begitu masuk, Jasmine langsung di tarik tangannya oleh ketiga adiknya itu. Sedangkan Rara masih ada di ambang pintu.
"Rara sini sebentar. Kak Jasmine mau ngenalin Rara ke adik - adik kakak. Sini." Rara mulai berjalan mendekat kearah Jasmine dengan perasaan gugup.
Sebenarnya Rara itu tipe anak yang mudah bergaul. Tapi bila belum kenal, dia pasti akan merasa malu seperti sekarang ini. "Nah, ini Rara. Dia dan kakaknya mulai hari ini akan tinggal disini bersama kita."
Rara pikir dirinya tidak akan diterima dengan mudah disini, tapi yang terjadi malah kebalikannya. "Horee, Ayu dapat teman baru. Hai, Rara. Nama aku Ayu. " sapa Ayu kepada Rara sambil mengulurkan tangan.
Walaupun sempat ragu, akhirnya Rara mulai membalas uluran itu. "Hai, kak. Nama aku Rara." Sapa Rara dengan suara lirih.
Bukan hanya Ayu saja yang memperkenalkan diri, tapi Chaca, Mila dan Kinan juga melakukan hal yang sama. Kembali senyum lembut terulas di bibir Jasmine begitu melihat adik - adiknya mulai menerima kehadiran Raka dan Rara di rumah ini.
Ya, dengan begitu kehidupan Rara dan Raka tidak lagi luntang lantung di jalanan. Belum lagi kalau keduanya kelaparan, Raka pasti akan kembali mencuri untuk bisa menghidupi dirinya dan sang adik itu.
Dengan keberadaan mereka disini, keduanya bisa merasakan sebuah arti keluarga. Terlalu dini bagi keduanya bila harus menghadapi kejamnya kehidupan dijalanan.
...❄❕❄❕☀❕❄❕❄...
Disebuah ruang rawat VVIP, terdapat seseorang yang baru saja terbangun dari tidurnya itu. Seseorang itu lantas menoleh ke kanan dan ke kiri seolah mencari keberadaan orang lain, namun sayangnya hanya ada dirinya seorang di dalam ruangan ini.
Tapi tak begitu lama, pintu ruang rawat itu terbuka menampilkan perawakan tubuh tinggi dengan wajah rupawan. Mata orang itu berbinar senang begitu melihat seseorang yang terbaring di bangkar itu sudah membuka matanya.
"Daddy," panggilnya sambil mendekat kearah ayahnya itu. Seseorang yang di panggil 'Daddy' itupun menoleh kearah pintu masuk.
Dan di depannya kini ada seorang laki - laki yang memiliki garis wajah hampir menyerupainya itu. Dimana yang tak lain itu adalah anak sulungnya.
"Jakson." Panggil sang ayah kepada putranya itu. Sang putra langsung berjalan mendekati sang ayah. "Ada yang sakit, Dad?" Tanya Jackson kepada ayahnya itu.
Sang ayah menggeleng pelan. "Adik - adikmu mana?" Jackson yang ditanyai begitu langsung menjawab pertanyaan dari ayahnya. "Mereka sedang ada di sekolah, Dad."
"Nanti kalau mereka sudah pulang, suruh kemari, ya. Ada yang mau daddy bicara dengan mereka." Jackson hanya menganggukan kepalanya.
Kemudian dia mulai menyuapi daddynya makan, karena setelah ini sang daddy harus minum obat untuk memulihkan kesehatannya pasca kecelakaan waktu itu.
...☀...
"Ada yang ingin daddy bicarakan kepada kalian." ujar Stevenson pada ketiga anaknya itu. Ketiganya menatap bingung kearah sang daddy yang kini juga balas menatap kearah mereka.
"Jadi, apa yang ingin daddy sampaikan kepada kami?" tanya Aurora kepada Stevenson.
"Ini tentang perempuan yang kemarin datang kesini. Bukankah itu adalah kekasih daddy. Tapi kenapa kau mengusirnya, Aura?" Perkataan itu tentu saja membuat ketiganya kaget, termasuk Aurora yang kini menampilkan raut senang wajahnya itu.
Dia itu paling tidak suka dengan topik pembahasan seperti ini. Perlu digaris bawahi, kalau dia sangat - sangat tidak suka kalau daddynya membahas wanita lain.
"Dia itu hanya orang asing, Dad. Bahkan daddy tidak kenal dengan dia." Ucapan itu menjadi tanda tanya bagi Stevenson.
"Apa maksudmu? Bukannya dia itu calon istrinya, daddy?" Aurora menggeleng keras, seolah ucapan yang barusan di ucapkan oleh daddynya itu adalah sesuatu yang tidak ingin dia dengar.
"Dia hanya orang asing yang hanya salah masuk ke ruangan Daddy." Perkataan itu sarat akan penekanan dari mulut Aurora.
Stevenson atau yang biasa dipanggil Venson itupun hanya bisa menghela nafas. Dia tahu kalau putrinya ini tidak menyukai bila dirinya berhubungan dengan wanita lain.
Bahkan seingatnya beberapa wanita yang dia kenalkan pada Aurora, langsung di tolak mentah - mentah oleh sang putri. Ketika ditanya alasanya, jawaban yang Aurora berikan hanya karena dia tidak ingin posisi ibunya digantikan oleh wanita manapun di hati sang daddy.
"Baiklah, tapi daddy minta ke kalian bertiga. Besok tolong bawa gadis itu kemari untuk menemui daddy."
Kembali perkataan itu menyentak pikiran ketiga anak remaja itu. Dan salah satu dari mereka mulai mengepalkan kedua telapak tangannya.
Venson hanya merasa kalau gadis yang kemarin kesini itu adalah calon istrinya. Entah kenapa dia sangat yakin akan hal itu. Walaupun tampaknya ketiga anaknya tidak berpikiran yang sama dengannya.
"Kenapa Daddy kekeh banget ingin gadis itu datang kemari?" Pertanyaan dari satu - satunya anak gadisnya itu, membuat Venson menatap ke arahnya.
"Doddy hanya ingin kalian membawa gadis itu kemari, karena ada sesuatu yang ingin Daddy ditanyakan kepadanya." Baru saja Aurora ingin kembali melayangkan protes, tapi tangannya langsung di pegang oleh sang kakak.
Aurora menatap kearah kakaknya sengit. 'Kenapa kau menghentikanku, Kak?' Mungkin seperti itulah arti dari tatapan Aurora kepada kakaknya itu.
Seolah memiliki ikatan batin seperti anak kembar, Jackson menggeleng pelan menegaskan kalau Aurora untuk diam.
"Baiklah, besok Jack akan membawa gadis itu kemari. Daddy tak perlu khawatir. Sebaiknya Daddy istirahat saja." Mendengar jawaban yang diberikan oleh putra sulungnya itu membuat senyum tipis terlukis di bibir Venson.
Namun lain halnya dengan Aurora yang menatap kesal kearah kakaknya itu Aurora yang sudah sejak tadi memendam rasa kesalnya itu, memilih keluar dari ruangan ayahnya.
Dia hanya tidak ingin meledakkan amarahnya di depan sang ayah yang bahkan masih dalam tahap pemulihan. Nanti yang ada, bukannya membaik malah memperburuk kondisi sang ayah.
Venson menatap kepergian putrinya dengan helaan napas. Jackson juga ikut menghela napas, "Daddy jangan memikirkan tindakan Aurora barusan. Biar Jack yang menyusulnya."
Setelah mengatakan hal itu, Jack pamit undur diri. Dia ingin mencari adiknya itu yang mungkin saja saat ini tengah marah - marah. Meninggalkan sang daddy dan adik bungsunya itu.
Sedangkan Wilson menatap kepergian kedua kakaknya dengan helaan napas panjang. Sejujurnya Wilson tidak keberatan kalau ayahnya itu ingin menikah. Tapi sepertinya kakaknya itu tidak suka kalau daddy mereka menikah.
Venson menatap kearah Wilson yang sejak tadi diam. "Kau tidak apa - apa, Wil?" Pertanyaan itu membuat Wilson menatap sang ayah.
Gelengan diberikan oleh Wilson atas perkataan dari ayahnya tadi. "Kau yakin?" Sebenarnya Venson kurang yakin atas jawab anqk bungsunya itu. Apa lagi dia melihat sedikit keraguan di balik mata cerah putranya itu.
"Kalau ada masalah, ceritakan saja pada daddy ataupun kakak - kakakmu." Kembali Wilson hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
...----------------...
...💥🔸💥...
...❤Terimakasih❤...
...💖...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Cika🎀
brpa usia dadynya
2022-01-02
1
salsabila_v
blm faham jalan ceritanya
2021-08-18
5
salsabila_v
blm faham jalan ceritanya🧐
2021-08-18
1