Pelangi Di Ujung Senja
Sore hari di kota Jakarta yang padat penduduk, sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang mencoba membelah kemacetan yang setiap hari selalu dijumpai dikota besar ini. Wanita muda nan cantik didalam mobil itu menghembuskan nafasnya kasar karena muak dengan kemacetan ibu kota yang seakan tidak bisa hilang meskipun pemerintah sudah banyak melakukan upaya untuk mengurai kemacetan. Tapi upaya itu seakan tidak ada gunanya, kendaraan di ibu kota seaakan setiap hari selalu bertambah entah dari mana datangnya.
"Ya Tuhan kapan kota ini akan bebas dari kata kemacetan" keluh Seirah wanita yang duduk dikursi kemudi mobil itu.
Kemacetan itu baru bisa terurai setelah sekitar dua jam, waktu yang lama dikarenakan terjadi kecelakaan dan ditambah sore hari merupakan jam pulang semua pekerja dan siswa dari sekolah.
Setelah lolos dari kemacetan kendaraan Seirah pun akhirnya memasuki kawasansalah satu perumahan elit yang ada di Jakarta. Rumah-rumah besar nan megah berdiri kokok berjejeran di kawasan itu. Sejumlah toko-toko politik, pengusaha hingga selebriti menghuni kawasan itu.
Kendaraan Seirah memasuki rumah yang sangat besar dikawasan elit itu, para penjaga yang melihat kendaraan Seirah seakan sudah tau siapa yang berada didalam mobil itu. Merekapun buru-buru berlari kecil dari pos jaga menuju ke pintu kerbang rumah besar itu untuk membukakan pintuk untuk Seirah.
"Selamat sore nyonya" sapa kedua penjaga itu dengan sangat ramah sambil membungkukkan badan mereka sedikit kepada Seirah disusul sapaan juga dari beberapa penjaga lagi yang keluar dari belakang pos jaga rumah itu.
"Selamat sore semua" ucap Seirah yang juga membalas sapaan para penjaga rumahnya dengan ramah. Seirah melajukan pelan kendaraannya menuju kedepan pintu utama rumah besar itu, setelah sampai Seirah pun turun dengan tas kerja dan beberapa berkas lagi ditangannya. Seorang pelayan perempuan langsung bergegas mendekati Seirah dan meraih barang bawaan Seirah untuk ia bawa masuk ke dalam rumah, seakan sudah familiar dengan adegan itu Seirah juga langsung menyerahkan barang bawaannya kepada pelayan itu.
"Selamat sore nyonya, sini nyonya biar saya yang bawa" ucap pelayan muda itu meraih barang bawaan Seirah.
"Selamat Sore Nina, makasih ya nin" ucap Seirah sambil memberikan tas dan beberapa berkas ditangannya kepada Nina seorang pelayan wanita yang masih muda.
"Selamat sore nyonya" sapaan kompak dari beberapa pelayan yang berdiri di depan pintu masuk dan beberapa lagi yang berada didalam rumah besar itu.
"Selamat sore semua" sapa Seirah masih dengan senyum ramahnya. Seirah terua berjalan menelusuri rumah besar itu menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua rumah besar itu, namun kakinya baru menaiki empat anak tangga langkahnya dihentikan oleh seorang pelayan wanita tua yang merupakan ketua pelayan di rumah besar itu.
"Selamat sore nyonya, maaf menghentikan anda" ucap pelayan wanita tua itu sambil menundukkan kepala saat berbicara dengan Seirah.
"Selamat sore bu Ami, ngga apa-apa kok bu kenapa memangnya?" jawab Seirah sangat sopan kepada kepala pelayannya itu.
"Itu nyonya, emmm... " ucap Ami yang ragu untuk menyampaikan sesuatu kepada Seirah. Seirah melihat kekhawatiran tersirat dari sikap kepala pelayannya pun berbalik badan menuruni tangga mendekat menuju kepada kepala pelayannya yang sudah sangat setia bekerja selama ini.
" Bu Ami kenapa, jangan ragu bu ayo bilang ke Seirah ada apa" bujuk Seirah lembut sambil memegang tangan kepala pelayannya.
" Begini nyonya, saya mendapat telpon dari kampung saya ba'da ashar tadi katanya anak saya masuk rumah sakit nyonya" ucap ibu Ami gemetar
"Astagfirullah, kenapa bisa bu. Yanti gimana sekarang keadaannya trus bayinya gimana?" tanya Seirah berturut-turut karena kaget dan khawatir akan keadaan Yanti anak tunggal dari ibu Ami kepala pelayan rumahnya.
"Ngga apa-apa nyonya, Yanti mau melahirkan nyonya" ucap ibu Ami mencoba menenangkan majikannya karena majikannya itu nampak syok mendengar anaknya masuk ke rumah sakit.
"Ya Allah, jadi Yanti sudah mau melahirkan bu. Kenapa ibu ngga langsung ke sana sih malah masih disini Yanti pasti sangat membutuhkan ibu saat ini." ucap Seirah nampak sumringah mendengar Yanti akan melahirkan.
"Saya ngga enak kalau belum ijin sama nyonya terlebih dahulu" ucap Ibu Ami menundukkan kepalanya.
"Ya ampun ibu apa- apaan sih. Yaudah ibu sekarang cepat temani Yanti di rumah sakit. Biar pak Mamat aja yang anter Bu Ami kesana" ucap Seirah langsung menyuruh agar Bu Ami langsung pergi menemui anaknya yang akan melahirkan.
"Ngga usah nyonya, biar saya pulang sendiri saja naik bis toh Yanti juga masih pembukaan tiga kata dokter mungkin lahirannya sekitar delapan atau sembilan jam lagi jadi akan keburu kalau saya pulang naik bis juga." ucap Ibu Ami mencoba menolak tawaran Seirah.
"Ngga boleh, ibu pokoknya dianter sama pak Mamat yah supaya lebih cepat dan juga ibu bawa si Nina sama Jufri supaya ada yang bisa bantuin ibu disana biar ibu fokus sama Yanti dan cucu ibu aja" ucap Seirah tidak mau dibantah.
"Terima kasih banyak nyonya, kalau begiti saya ambil barang-barang saya dulu nyonya" ucap Ibu Ami
"Iya bu, Nina kamu juga siap-siap yah sekalian tanya Jufri juga yah. Cepetan supaya ngga kelamaan dijalan" perintah Seirah.
"Baik, laksanakan nyonya" ucap Nina dan langsung pergi menjalankan perintah majikannya.
Tidak butuh waktu lama untuk bersiap Ibu Ami, pak Mamat, Nina dan Jufri hendak berangkat, Seirah dan beberapa pelayan dan penjaga di rumah besar itu mengantar kepergian keempat orang itu.
"Kami berangkat dulu nyonya" ucap Ibu Ami permisi
"Iya bu, hati-hati dijalan dan sampaikan salam saya sama Yanti. Maaf saya ngga bisa anter ibu kesana" ucap Seirah
"Ya Allah nyonya, ini semua sudah lebih dari cukup nyonya. Saya sangat berterima kasih atas semua kebaikan nyonya kepada saya dan keluarga saya" ucap Ibu Ami terharu.
"Ngga usah seperti itu bu, ya sudah sana berangkat nanti kalian terlambat. Dan ini sedikit untuk ibu dan Yanti, untuk bayar rumah sakit dan keperluan kalian yang lain." ucap Seirah sambil memberikan amplop coklat berisi uang dengan nominal yang cukup besar untuk biaya rumah sakit dan keperluan ibu Ami dan Yanti serta calon cucu ibu Ami.
"Ya Allah nyonya, ini tidak perlu. Gaji saya insyaalah cukup" tolak ibu Ami
"Jangan ditolak bu ini rejeki si dede bayi" ucap Seirah lembut agar ibu Ami menerima pemberiannya.
"Terima Kasih banyak nyonya hiks hikss hikss" ucap Ibu Ami tak kuasa menahan tangisannya sambil memeluk Seirah.
"Ya udah bu, berangkat berangkat sekarang Yanti nunggu ibu di rumah sakit" ucap Seirah sambil melonggarkan pelukannya dengan ibu Ami.
"Kalau begitu kami berangkat dulu nyonya" ucap Ibu Ami sembari masuk ke dalam mobil disusul pak Mamat, Nina dan Juga Jufri.
"Iya hati-hati bu" ucap Seirah sambil melampaikan tangannya kearah keempat orang itu.
"Bahagia sekali menjadi Yanti yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Sementara aku..." batin Seirah
"Ah, aku mikir apa sih" ucap Seirah langsung membuyarkan pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
mampir thor
2024-03-13
0
Fania kurnia Dewi
Mampir thor
2023-08-01
0
Mirtati Mire
baru pertama baca aja udah suka dengan alur ceritanya ...semangat
2021-10-08
1