NovelToon NovelToon

Pelangi Di Ujung Senja

Bab 1

Sore hari di kota Jakarta yang padat penduduk, sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang mencoba membelah kemacetan yang setiap hari selalu dijumpai dikota besar ini. Wanita muda nan cantik didalam mobil itu menghembuskan nafasnya kasar karena muak dengan kemacetan ibu kota yang seakan tidak bisa hilang meskipun pemerintah sudah banyak melakukan upaya untuk mengurai kemacetan. Tapi upaya itu seakan tidak ada gunanya, kendaraan di ibu kota seaakan setiap hari selalu bertambah entah dari mana datangnya.

"Ya Tuhan kapan kota ini akan bebas dari kata kemacetan" keluh Seirah wanita yang duduk dikursi kemudi mobil itu.

Kemacetan itu baru bisa terurai setelah sekitar dua jam, waktu yang lama dikarenakan terjadi kecelakaan dan ditambah sore hari merupakan jam pulang semua pekerja dan siswa dari sekolah.

Setelah lolos dari kemacetan kendaraan Seirah pun akhirnya memasuki kawasansalah satu perumahan elit yang ada di Jakarta. Rumah-rumah besar nan megah berdiri kokok berjejeran di kawasan itu. Sejumlah toko-toko politik, pengusaha hingga selebriti menghuni kawasan itu.

Kendaraan Seirah memasuki rumah yang sangat besar dikawasan elit itu, para penjaga yang melihat kendaraan Seirah seakan sudah tau siapa yang berada didalam mobil itu. Merekapun buru-buru berlari kecil dari pos jaga menuju ke pintu kerbang rumah besar itu untuk membukakan pintuk untuk Seirah.

"Selamat sore nyonya" sapa kedua penjaga itu dengan sangat ramah sambil membungkukkan badan mereka sedikit kepada Seirah disusul sapaan juga dari beberapa penjaga lagi yang keluar dari belakang pos jaga rumah itu.

"Selamat sore semua" ucap Seirah yang juga membalas sapaan para penjaga rumahnya dengan ramah. Seirah melajukan pelan kendaraannya menuju kedepan pintu utama rumah besar itu, setelah sampai Seirah pun turun dengan tas kerja dan beberapa berkas lagi ditangannya. Seorang pelayan perempuan langsung bergegas mendekati Seirah dan meraih barang bawaan Seirah untuk ia bawa masuk ke dalam rumah, seakan sudah familiar dengan adegan itu Seirah juga langsung menyerahkan barang bawaannya kepada pelayan itu.

"Selamat sore nyonya, sini nyonya biar saya yang bawa" ucap pelayan muda itu meraih barang bawaan Seirah.

"Selamat Sore Nina, makasih ya nin" ucap Seirah sambil memberikan tas dan beberapa berkas ditangannya kepada Nina seorang pelayan wanita yang masih muda.

"Selamat sore nyonya" sapaan kompak dari beberapa pelayan yang berdiri di depan pintu masuk dan beberapa lagi yang berada didalam rumah besar itu.

"Selamat sore semua" sapa Seirah masih dengan senyum ramahnya. Seirah terua berjalan menelusuri rumah besar itu menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua rumah besar itu, namun kakinya baru menaiki empat anak tangga langkahnya dihentikan oleh seorang pelayan wanita tua yang merupakan ketua pelayan di rumah besar itu.

"Selamat sore nyonya, maaf menghentikan anda" ucap pelayan wanita tua itu sambil menundukkan kepala saat berbicara dengan Seirah.

"Selamat sore bu Ami, ngga apa-apa kok bu kenapa memangnya?" jawab Seirah sangat sopan kepada kepala pelayannya itu.

"Itu nyonya, emmm... " ucap Ami yang ragu untuk menyampaikan sesuatu kepada Seirah. Seirah melihat kekhawatiran tersirat dari sikap kepala pelayannya pun berbalik badan menuruni tangga mendekat menuju kepada kepala pelayannya yang sudah sangat setia bekerja selama ini.

" Bu Ami kenapa, jangan ragu bu ayo bilang ke Seirah ada apa" bujuk Seirah lembut sambil memegang tangan kepala pelayannya.

" Begini nyonya, saya mendapat telpon dari kampung saya ba'da ashar tadi katanya anak saya masuk rumah sakit nyonya" ucap ibu Ami gemetar

"Astagfirullah, kenapa bisa bu. Yanti gimana sekarang keadaannya trus bayinya gimana?" tanya Seirah berturut-turut karena kaget dan khawatir akan keadaan Yanti anak tunggal dari ibu Ami kepala pelayan rumahnya.

"Ngga apa-apa nyonya, Yanti mau melahirkan nyonya" ucap ibu Ami mencoba menenangkan majikannya karena majikannya itu nampak syok mendengar anaknya masuk ke rumah sakit.

"Ya Allah, jadi Yanti sudah mau melahirkan bu. Kenapa ibu ngga langsung ke sana sih malah masih disini Yanti pasti sangat membutuhkan ibu saat ini." ucap Seirah nampak sumringah mendengar Yanti akan melahirkan.

"Saya ngga enak kalau belum ijin sama nyonya terlebih dahulu" ucap Ibu Ami menundukkan kepalanya.

"Ya ampun ibu apa- apaan sih. Yaudah ibu sekarang cepat temani Yanti di rumah sakit. Biar pak Mamat aja yang anter Bu Ami kesana" ucap Seirah langsung menyuruh agar Bu Ami langsung pergi menemui anaknya yang akan melahirkan.

"Ngga usah nyonya, biar saya pulang sendiri saja naik bis toh Yanti juga masih pembukaan tiga kata dokter mungkin lahirannya sekitar delapan atau sembilan jam lagi jadi akan keburu kalau saya pulang naik bis juga." ucap Ibu Ami mencoba menolak tawaran Seirah.

"Ngga boleh, ibu pokoknya dianter sama pak Mamat yah supaya lebih cepat dan juga ibu bawa si Nina sama Jufri supaya ada yang bisa bantuin ibu disana biar ibu fokus sama Yanti dan cucu ibu aja" ucap Seirah tidak mau dibantah.

"Terima kasih banyak nyonya, kalau begiti saya ambil barang-barang saya dulu nyonya" ucap Ibu Ami

"Iya bu, Nina kamu juga siap-siap yah sekalian tanya Jufri juga yah. Cepetan supaya ngga kelamaan dijalan" perintah Seirah.

"Baik, laksanakan nyonya" ucap Nina dan langsung pergi menjalankan perintah majikannya.

Tidak butuh waktu lama untuk bersiap Ibu Ami, pak Mamat, Nina dan Jufri hendak berangkat, Seirah dan beberapa pelayan dan penjaga di rumah besar itu mengantar kepergian keempat orang itu.

"Kami berangkat dulu nyonya" ucap Ibu Ami permisi

"Iya bu, hati-hati dijalan dan sampaikan salam saya sama Yanti. Maaf saya ngga bisa anter ibu kesana" ucap Seirah

"Ya Allah nyonya, ini semua sudah lebih dari cukup nyonya. Saya sangat berterima kasih atas semua kebaikan nyonya kepada saya dan keluarga saya" ucap Ibu Ami terharu.

"Ngga usah seperti itu bu, ya sudah sana berangkat nanti kalian terlambat. Dan ini sedikit untuk ibu dan Yanti, untuk bayar rumah sakit dan keperluan kalian yang lain." ucap Seirah sambil memberikan amplop coklat berisi uang dengan nominal yang cukup besar untuk biaya rumah sakit dan keperluan ibu Ami dan Yanti serta calon cucu ibu Ami.

"Ya Allah nyonya, ini tidak perlu. Gaji saya insyaalah cukup" tolak ibu Ami

"Jangan ditolak bu ini rejeki si dede bayi" ucap Seirah lembut agar ibu Ami menerima pemberiannya.

"Terima Kasih banyak nyonya hiks hikss hikss" ucap Ibu Ami tak kuasa menahan tangisannya sambil memeluk Seirah.

"Ya udah bu, berangkat berangkat sekarang Yanti nunggu ibu di rumah sakit" ucap Seirah sambil melonggarkan pelukannya dengan ibu Ami.

"Kalau begitu kami berangkat dulu nyonya" ucap Ibu Ami sembari masuk ke dalam mobil disusul pak Mamat, Nina dan Juga Jufri.

"Iya hati-hati bu" ucap Seirah sambil melampaikan tangannya kearah keempat orang itu.

"Bahagia sekali menjadi Yanti yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Sementara aku..." batin Seirah

"Ah, aku mikir apa sih" ucap Seirah langsung membuyarkan pikirannya.

Bab 2

"Kalau begitu kami berangkat dulu nyonya" ucap Ibu Ami sembari masuk ke dalam mobil disusul pak Mamat, Nina dan Juga Jufri.

"Iya hati-hati bu" ucap Seirah sambil melampaikan tangannya kearah keempat orang itu.

"Bahagia sekali menjadi Yanti yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Sementara aku..." batin Seirah

"Ah, aku mikir apa sih" ucap Seirah langsung membuyarkan pikirannya.

Rayya dan beberapa orang disana pun kembali masuk kedalam rumah besar itu kecuali beberapa penjaga rumah yang ditugaskan untuk menjaga rumah diluar.

"Nyonya, makan malam sudah siap apa nyonya ingin langsung makan" ucap Bi Mirna salah satu pelayan di rumah besar itu, dia juga sudah lama bekerja di rumah besar bersama dengan ibu Ami.

"ngga bi, Bibi sama yang lain makan dulu aja yah. Aku mau mandi sama ganti baju dulu. Aku juga capek banget bi mau istirahat sebentar" ucap Seirah sopan

"Ya sudah nyonya, kalau begitu nanti bibi bawakan teh jahe hangat ke kamar nyonya yah" ucap Bi Mirna

"Iya bi, Makasih banyak ya bi. Maaf merepotkan" ucap Seirah sangat ramah kepada pelayannya

"Sudah tugas saya nyonya" ucap Bi Mirna

"Kalau begitu saya keatas ya bi" ucap Seirah kemudian berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua rumah besar itu. Sementarabi Mirna langsung berjalan menuju dapur untuk menyiapkan teh jahe hangat kesukaan majikannya itu saat sedang lelah seperti ini.

Seirah berjalan menaiki satu persatu anak tangga rumah besar itu dengan langkah yang sangat berat karena letih dengan segala rutinitas pekerjaan yang ia lakukan seharian ditambah dengan kemacetan yang dia alami sore tadi.

ceklek

Seirah membuka pintu kamarnya dan masuk kedalam, Seirah berjalan menuju ke tempat tidurnya dan membuang kasar tubuh rampingnya keatas ranjang king size miliknya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuk Seirah, berangkat dari jam tujuh pagi menuju ke pengadilan. Berkutat dengan persidangan dari pagi hingga siang kemudian kembali ke kantor dengan banyak berkas perkara yang harus dia periksa dan tangani satu per satu.

Seirah Wijaya gadis cantik jelita berusia dua puluh lima tahun adalah seorang pengacara muda yang sangat hebat, selama hampir tiga tahun terakhir ini dia menjadi salah satu pengacara dengan berbagai kasus yang ia tangani dan menuai keberhasilan membawa namanya kini diperhitungkan didunia hukum.

Seirah adalah sosok yang sangat ceria dan ramah dikesehariannya tapi tidak saat dia tengah berkutat dengan persidangan, saat bersidang dia akan berubah menjadi sosok yang sangat menyeramkan khusunya pagi lawannya karena kehebatannya dalam berdebat dalam persidangan.

Banyak kasus yang sudah ia tangani selama hampir tiga tahun ini saat kepulangannya dari luar negeri untuk bersekolah. Seirah adalah lulusan terbaik fakultas hukum Harvard tidak heran jika dia sangat ahli di persidangan.

Saat ini Seirah menjadi pemimpin di Firma hukum keluarganya, tepatnya firma hukum "WIJAYA", firma hukum yang didirikan oleh almarhun kakekknya Sandi Wijaya dan berpindah tangan kepada ayahnya almarhum Andi Wijaya dan saat ini Seirah lah yang memimpin firma hukum itu setelah ditinggal oleh ayahnya. Setelah kepergian kedua orang tua dan sang kakak yang menjadi penerus utama firma hukum Wijaya karena kecelakan, Seirah pun bertekad menjadi pengacara hebat untuk meneruskan mengelola dan menjalankan firma hukum peninggalan kakek dan ayahnya.

Seirah merebahkan tubuhnya dan perlahan memejamkan matanya untuk istirahat, tapi saat setiap kali dia memejamkan matanya bayangan kelam masa lalu terus terlintas seperti adegan di dalam film yang terus diputar. Bayangan kelam masa lalu itu terus menghantui Seirah selama tujuh tahun ini, dia tidak bisa menghilangkan bayangan itu meskipun Seirah sudah berkonsultasi dengan banyak psikiater. Satu-satunya cara untuk terbebas dari bayangan masa lalu itu hanya dengan mengimsumsi obat tidur jika dia hendak ingin tidur, setiap kali dia mencoba untuk tidur tanpa obat tidur maka hal itu tidak akan berhasil justru yang terjadi trauma luar biasa yang dialami oleh Seirah. Seirah akan mengeluarkan keringat dingin dan mengalami kesulitan bernafas jika dia memaksakan untuk tidur tanpa obat tidur.

Seirah memejamkan matanya dan belum lama dia melakukan itu bayangan kelam masa lalu itu munjul seketika.

~adegan masa lalu Seirah~

flashback on

Tujuh tahun lalu saat Seirah tengah berada di jalan pulang ke rumahnya, saat itu Seirah berumur tujuh belas tahun merupakan anak kelas sebelas sekolah menengah atas. Dia pulang dijemput oleh supir pribadi yang ditugaskan oleh ayahnya untuk mengantar jemput Seirah kemanapun dia pergi termasuk pulang pergi sekolah.

Mobil yang dikendarai oleh Seirah masuk kearea perumahan tempat rumahnya berada, saat masuk ke kawasan itu ada satu mobil yang berada tepat dibelakang dan mengikuti mobil Seirah. Seirah mengetahui siapa mobil itu dan siapa saja yang berada didalam mobil itu. Sampai didepan rumah mobil Seirah berbelok ke arah kanan untuk masuk kedalam pekarangan rumahnya diikuti oleh mobil yang berada dibelakang, namun sayang sebelum mobil dibelakang itu mencapai gerbang rumah Seirah tiba-tiba sebuah mobil truk dengan kecepatan tinggi menghantam mobil yang mengikuti mobil Seirah.

"Ayah" Teriak Seirah histeris saat melihat mobil yang dikemudikan oleh sang kakak dengan penumpang yang Seirah panggil ayah dan ibu berada dalam mobil itu.

flashback off

Seirah yang trauma mengalami kesulitan bernafas dan tersiksa beruntung bi Mirna yang membawakan teh jahe hangat untuk Seirah karena tidak mendapat respon dari Seirah dia masuk karena mengira majikannya sedang berada dikamar mandi, namun apa yang disaksikan oleh bi Mirna sangat membuat dia kaget dan panik sampai menjatuhkan teh jahe hangat yang dia bawa tadi. Bi Mirna langsung berlari ke arah Seirah dan mencoba membangungkan majikannya itu.

"Nyonya" teriak Bi Mirna

"Nyonya, bangun nyonya" teriak bi Mirna sambil menghentakan bahu Seirah diatas tempat tidurnya.

"Nyo..."

"Tidak" teriak Seirah langsung terbangun dari tidurnya, dengan nafas tersengal-sengal dan air mata bercampur keringat Seirah mulai mengatur kembali nafasnya.

"Syukurlah nyonya sudah sadar" ucap Bi Mirna lega saat melihat majikannya tersadar. Seirah masih mengatur nafasnya mencoba menstabilkan kembali keadaannya.

"Nyonya, apa nyonya mencobanya lagi" ucap Bi Mirna yang tau tentang kondisi mental majikannya dan tau jika majikannya itu mencoba lagi untuk melawan traumanya dengan tidur tanpa obat tidur.

hiks..hiks..hikss. Seirah memasukkan dirinya kedalam dekapan bi Mirna dan menangis sejadi-jadinya lagi. Bi Mirna yang tau betul kondisi majikannya dia akan selalu seperti ini saat gagal dalam percobaannya melawan traumanya. Bi Mirna membalas memeluk sang majikan dan mengulus lembut punggu majikannya itu dengan sangat lembut untuk menenangkannya.

Bi Mirna dan Ibu Ami adalah dua orang yang mengetahui tentang kondisi yang dialami oleh majikannya itu, karena Bi Mirna dan Ibu Ami adalah pelayan senior dari kediaman utama yang diutus secara khusus oleh ayah mertua Seirah untuk menjaga Seirah. Selama hampir tiga tahun ini, hanya kedua pelayan itu saja yang boleh masuk kedalam kamar Seirah saat Seirah berada disana guna menghindari kejadian seperti dari dilihat dan diketahui oleh orang lain.

"***nyonya, saya harap anda cepat pulih dan bisa menhilangkan trauma anda selamanya. Anda adalah orang baik, saya sangat tidak tega melihat anda seperti ini. Andai saja tuan Ryan bisa sedikit saja membuka hatinya untuk menerima nyonya mungkinkah anda akan lebih baik" batin bi Mirna merasakan kepedihan yang dirasakan oleh majikan kesayangannya.

"tuan Ryan, mohon buka hati anda sebelum anda kehilang permata berharga ini" batin bi Mirna lagi dengan air mata yang membasahi pipinya karena tidak sanggup melihat penderitaan majikannya***.

Bab 3

"Nyonya, saya harap anda cepat pulih dan bisa menhilangkan trauma anda selamanya. Anda adalah orang baik, saya sangat tidak tega melihat anda seperti ini. Andai saja tuan Ryan bisa sedikit saja membuka hatinya untuk menerima nyonya mungkinkah anda akan lebih baik" batin bi Mirna merasakan kepedihan yang dirasakan oleh majikan kesayangannya.

"tuan Ryan, mohon buka hati anda sebelum anda kehilang permata berharga ini" batin bi Mirna lagi dengan air mata yang membasahi pipinya karena tidak sanggup melihat penderitaan majikannya.

Seirah sudah membaik, merasakan jika majikannya itu sudah stabil kembali Bi Mirna melonggarkan pelukannya dan menjauhkan tubuh majikannya itu dari tubuhnya untuk memberi jarak keduanya.

"Nyonya, apakah sudah lebih baik" tanya bi Mirna

"Iya bi, berkat bibi" ucap Seirah yang mencoba tersenyum

"Nyonya, bibi mohon jangan lagi melakukan ini. Bibi tidak bisa bayangkan kalau ini terjadi bibi dan ibu Ami tidak ada disamping nyonya. Nyonya bisa kehilangan nyawa nyonya" ucap bi Mirna khawatir

"Aku harus terus mencobanya bi, aku tidak mau ini terus menghantuiku" ucap Seirah lesu

"Tapi ini sangat beresiko nyonya, bibi tidak mau terjadi apa-apa dengan nyonya" ucap bi Mirna

"Berjanji sama bibi, jangan pernah mencoba melakukan ini lagi tanpa ada bibi atau ibu Ami didekat nyonya" ucap bi Mirna lagi

"Iya bi, Seirah janji" ucap Seirah mencoba mengiyakan keinginan bi Mirna.

"Ya sudah nyonya, ini sudah masuk isya. Nyonya pasti melewatkan shalat magrib. Lebih baik nyonya mandi dan menggati baju terus makan malam. Biar bibi siapkan air panas untuk nyonya" ucap Bi Mirna sembari berjalan menuju ke kamar mandi menyiapkan air panas untuk mandi majikannya. Bi Mirna juga menyiapkan baju ganti untuk Seirah yang ia letakkan di dalam ke kamar mandi sesuai kebiasaan majikannya yang selalu ganti baju di kamar mandi jadi baju ganti bi Mirna letakkan didalam sana.

"Nyonya airnya sudah siap, pakain ganti nyonya juga sudah ada didalam lebih baik nyonya bersihkan diri dulu lalu shalat isya" ucap Bi Mirna

"Makasih banyak yah bi, aku ngga tau lagi harus gimana kalau bibi dan ibu Ami ngga ada disini" ucap Seirah sembari memeluk wanita paruh baya itu.

"Sama-sama nyonya, makanan nyonya bibi bawa ke sini aja yah. Nyonya tidak usah turun" ucap Bi Mirna

"Apa kalian semua sudah makan malam?" tanya Seirah dengan mata menyelidik

"Be..belum nyonya" ucap bi Mirna terbata-bata. Para pelayan dirumah itu tidak ada yang mau makan sebelum majikan kesayangan mereka makan. Mereka memang selalu seperti itu jika majikan mereka sedang berada dirumah pada saat jam makan malam.

"Tunggu Seirah dibawah yah bi kita makan sama-sama" ucap Seirah dianggukan oleh bi Mirna.

Seirah pun masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah beberapa lama melakukan ritual mandi Seirah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah disiapkan oleh bi Mirna tadi. Seirah berjalan menuju sajadah yang sudah digelar bi Mirna untuk tempat shalat majikannya sebelum turun kebawah untuk makan . Telah melaksanakn kewajibannya Seiralh lalu turun kebawah untuk bersama dengan para pelayan yang ada disana.

Setelah makan malam bersama Seirah kemudian kenmbali ke kamarnya untuk istirahat, sebelum tidur dia meminum dua pil obat tidur sekaligus agar matanya cepat tertidur. Dua pil sebelum tidur itu sudah sesuai dengan resep dokter karena jika hanya satu pil maka itu tidak akan mempan untuk Seirah, setelah selesai menelan pil tidur itu Seirah segerah berbaring di ranjang king size miliknya.

Sebelum obat itu bekerja Seirah tidak berani menutup matanya terlebih dahulu karena jika dia melakukan itu bisa dipastikan kejadian seperti sore tadi akan terjadi lagi dan mungkin saja akan lebih parah dari itu. Seirah terus mengedarkan pandangannya mengabsen benda di setiap sudut kamarnya sampai akhirnya matanya tertuju pada sebua bingkai foto pernikahan berukuran besar terpajang rapi disalah satu sisi dinding kamar itu.

Seirah terus memandangi foto pernikahan itu sampai tak terasa matanya mengeluarkan air mata. Setiap kali Seirah melihat foto itu bayangan malam pernikahannya akan sangat nampak dan itu akan sangat menyiksanya.

flashback on

~Tiga tahun yang lalu malam pernikahn Seirah dan suaminya Ryan Pratama~

Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah, Seirah dibawah pulang oleh suaminya menuju ke rumah besar yang saat ini ditempati oleh Seirah. Malam pertama yang harusnya menjadi malam yang paling membahagiakan bagi setiap pengantin baru namun itu tidak berlaku untuk Seirah bagaimana tidak saat dia dan suaminya sampai didalam kamar (kamar yang ditempati Seirah) Ryan langsung mendudukkan kasar tubuh istrinya itu di sofa yang ada didalam kamar itu. Ryan langsung mengeluarkan kartu hitam dari dalam dompetnya dan melempar kartu itu kepada Seirah.

"Ambil ini" ucap Ryan dingin kepada istrinya. Seirah mendapat perlakuan kasar dari laki-laki yang baru menjadi suaminya itu hanya bisa menangis tanpa suara.

"Kamu pasti sudah taukan kalau saya tidak mencintai kamu dan tidak akan pernah karena saya sangat mencintai Farah. Dia adalah satu-satunya cinta dalam hidup saya" ucap Ryan dengan nada kasar kepada Seirah.

"Malam ini kamu nikmatilah tinggal disini menjadi nyonya muda Pratama, tapi itu tidak akan berpengaruh untuk saya. Malam ini saya dan Farah akan menikah dan pergi ke Amerika" ucap Ryan

"Kamu jangan coba-coba melarang atau bahkan mengadukan hal ini kepada Papa dan mama, karena kalau kamu sampai mengadukan ini maka saya akan menghancurkan kamu" ucap Ryan sambil mencengkram kasar kedua pipi istrinya dengan satu tangan. Seirah hanya bisa menangis tanpa melawan perlakuan kasar suaminya karena dia tidak bisa berbuat apa untuk melawan. Laki-laki itu sudah seperi seekor macan yang sangat ganas yang seakan akan menerkam dan mencabik-cabik Seirah.

Setelah menyelesaikan kalimatnya Ryan keluar dengan senyum kemenangan di wajahnya. Meninggalkan Seirah sendirian didalam kamar menangis tersedu-sedu semalaman.

flashback off

" Tiga bulan lagi, pernikahan kita akan masuk di tahun ke tiga. Mas, apa kamu tidak berencana pulang dan membebaskan saya dari penderitaan ini. Berapa tahun lagi saya harus bersabar menjalani pernikahan seperti ini. Di hati hanya ada Farah, apakah hanya dia yang berhak untuk cintamu aku juga istrimu" ucap Seirah pelan, obat tidur yang dia komsumsi sudah bekerja kini mata Seirah perlahan-lahan mulai tertutup dan membawa Seirah kealam mimpinya.

*****

Ryan Pratama adalah putra sulung dari Nugroho Pratama seorang pengusaha sukses yang memiliki kerajaan bisnisnya sendiri. Nugroho kini sudah pensiun menjadi pebisnis dan memilih menjalani masa tuanya bersama istri tercintanya Santi Pratama di sebuah pulau kecil yang berada di New Zealand.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!