MIMPI
Dering telepon menghentikan kesibukan Dewi membereskan kertas-kertas kerjanya. Dengan segera, ia beranjak mengangkat gagang telponnya.
“Iya, Tik, ada apa?”, kata Dewi
“Maaf, mbak Dewi, mengingatkan saja sekarang sudah pukul lima sore. Malam ini ada janji dengan dokter Pam jam tujuh di kliniknya. Sekalian, saya mau tanya, mbak Dewi mau makan apa sore ini, mumpung mas Tono, suami saya mau menjemput”, jawab Tutik sekertarisnya.
“Oke, terima kasih ya. Tolong belikan saja nasi goreng yang biasanya dan air mineral ya”, jawab Dewi
“Baik mbak Dewi, nanti saya sampaikan mas Tono”, kata Tutik menutup pembicaraannya.
Dewi menaruh gagang telponnya dan kembali menekuni kertas-kertas kerjanya. Memilah-milahkan nota-nota tagihan dan pembayaran. Lalu memisahkan nota-nota itu menurut nama toko dan mengurutkan berdasarkan tanggal transaksinya.
Dewi mengambil buku penjualan dan pembelian barang. Lalu Dewi mulai mencocokan tanggal dan jumlah nominal transaksinya. Dengan cermat dan teliti, Dewi menghitung semuanya. Dewi menandai dengan bolpoin merah setiap tanggal atau nominal yang tidak sesuai dengan nota. Ia juga menuliskan selisih angkanya di samping nominal yang tercatat dengan tinta merah.
Lembar demi lembar diselesaikannya setiap transaksi minggu lalu. Dewi mulai menyusun semua nota transaksi minggu lalu yang sudah sesuai nominalnya di map kuning, dan semua nota yang selisih dimasukkan di buku penjualan. Dewi berdiri dan mengembalikan semua data ke atas rak kerjanya.
Dewi mengambil nafas panjang dan kembali duduk di kursi kerjanya lalu mengeluarkan laptop ungu kesayangannya. Ia mulai mengecek semua transaksi rekeningnya hari ini dan mulai menghitung sisa debit yang ada. Mengingat lusa, Dewi harus segera melunasi semua tagihan kain dan membayar gaji karyawan.
Dewi mendongakkan kepalanya saat mendengar suara pintu kantornya diketuk dan dibuka perlahan oleh Tutik.
“Mbak Dewi, ini nasi gorengnya. Silahkan dinikmati selagi masih hangat”, sapa Tutik sambil meletakkan sepiring nasi goreng dan sebotol air mineral yang dipesan Dewi di meja tamu di sudut ruangan itu.
“Terima kasih Tutik. Mau pulang sekarang?”, sahut Dewi sambil menyelesaikan pekerjaannya.
“Iya mbak, Mas Tono sudah menjemput. Masih ada yang tugas lagi mbak?”, tanya Tutik.
“Tidak ada Tik, kamu pulang saja. Ohya, besok siapkan daftar gaji karyawan sebelum makan siang dan tolong sampaikan Pak Dar, tiga puluh menit lagi aku turun. Terima kasih ya Tik. Hati-hati di jalan”, jawab Dewi.
“Baik Mbak Dewi, nanti saya sampaikan Pak Dar. Berkas gaji karyawan besok pagi saya selesaikan. Mari Mbak Dewi, saya pulang duluan”, lanjut Tutik sambil menutup pintu kantor Dewi.
Dewi menutup laptop ungu kesayangannya lalu meletakkannya di laci meja kerjanya. Dewi beranjak ke meja tamu lalu duduk dan menyantap nasi goreng. Dewi menikmati setiap suap nasi gorengnya. Ia merasa setiap suap nasi goreng itu menenangkan gejolak hatinya, yang entah mulai kapan, mengganggu tidurnya. Nasi goreng menjadi sesuatu yang begitu dekat dan nikmat yang membuatnya nyaman. Tak butuh waktu yang lama sepiring nasi goreng itu telah tandas.
Dewi segera membereskan meja sudutnya dan bersiap-siap untuk pulang. Ia mengambil tas kerjanya, mematikan AC dan lampu lalu mengunci pintu kantornya. Dewi berjalan menyusuri lorong dan keluar gedung menuju tempat parkir. Ia masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh Pak Dar untuk segera meluncur ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ellaa🎭
Mampir juga kak ke karyaku 'Kay and Say'😘
jangan lupa yaa siapa tau suka 🤗😊
2020-09-13
0
💐Novi_Naira💐
like.
2020-09-11
0
ikat rambut
👍👍
2020-08-17
0