Insiden 10 Miliar
New York
Senyum secerah mentari yang biasanya terpatri di bibir tipis gadis yang mengenakan kemeja putih dengan rok pensil itu surut bersamaan bulir-bulir kristal jatuh di pelupuk matanya.
"Kerugian 10 Miliar! Bagaimana bisa kau melakukan penjualan yang merugikan perusahaan sebesar ini?!"
Bentakan itu sukses menghentakkan irama jantung gadis itu. Ia menunduk takut dengan tangan yang bertautan.
"Kau pasti mata-mata dari perusahaan lain yang di kirim ke sini!"
Tuduhan itu sukses membuat gadis itu mengangkat kepala dan menggeleng. Ia bukan mata-mata. Namun, tidak ada yang percaya padanya.
"Ak--aku tidak tahu bagaimana bisa melakukan itu semua. Aku hanya melihat catatan yang diberikan dan mempelajarinya," ucapnya terbata. Suaranya semakin bergetar.
"Alea, kau akan menanggung akibat dari perbuatanmu ini dan camkan! CEO di perusahaan kita tidak akan membuat penghianat lolos!"
Tubuh Alea semakin dingin dan hampir ambruk, tetapi ia mencoba untuk tetap berdiri di hadapan manajer pemasaran. Ia ingin mengatakan banyak hal, tetapi bibirnya keluh.
"Ini bukan salahku," batinnya pilu.
Di dalam ruangan semua menatap Alea dengan tatapan rendah. Bagi yang membenci Alea sejak dulu sudah pasti bahagia melihat gadis itu terjatuh.
Tubuh Alea seketika merosot ke lantai saat semua orang pergi setelah menghakiminya. Ia terisak.
"Hiks, aku tidak mengambil apapun," isaknya.
***
Sepatu fantovel itu menginjak keramik dengan begitu tenang. Aroma maskulin yang menyeruak dari tubuhnya membuat kaum hawa menelan ludah sendiri.
Ini pertama kalinya melihat CEO mereka datang ke kantor cabang. Terlihat sekali begitu tampan melebihi potret-potretnya di majalah bisnis.
"Alea, kau ikut!"
Alea yang berjejer bersama staff lain mengangkat wajahnya dan mengekori manajer pemasaran, Edgar.
Ia semakin takut saat berada tepat di belakang atasannya. Bagi Alea lebih baik ia bekerja tanpa jeda daripada berhadapan dengan CEO-nya.
Edgar saja tidak mampu dia hadapi, apalagi CEO dan jajarannya. Ia tidak terbiasa berhadapan dengan orang besar. Lolos di perusahaan ini saja sudah membuat ia berkali-kali mengucapkan syukur.
"Silakan duduk, Alea."
Alea mengambil tempat cukup jauh dari Edgar. Ia melirik pria yang mempersilakannya untuk duduk. Pria itu dengan perawakan tinggi, kulit putih dan alis tebal dan satu lagi yang paling Alea sukai pancar mata pria itu sangat tenang. Namun, meski begitu Alea merasa ada alarm berbunyi di kepalanya sebagai tanda bahaya.
"Kami sudah mendapat laporan tentang kerugian 10 Miliar yang kamu lakukan hari ini."
Alea mengangguk pasrah.
"Untuk itu sekarang kamu dalam pengawasan perusahaan."
Alea merasa dirinya seperti tahanan yang diawasi perusahaan dan sekarang jantungnya semakin mencolos mendengar perkataan pria di depannya.
"Kamu harus mengganti 10 miliar itu atau segala aset milikmu dan keluargamu kami sita."
"Sa--saya mohon, Pak. Saya tidak tahu akan kerugian ini dan demi Tuhan, saya hiks hanya melakukan sesuai catatan yang diberikan. Harga yang saya jualkan sesuai yang diberikan devisi," ucapnya menangis.
Edgar mendelik mendengar ucapan Alea. Tatapan pria itu berubah kesal. "Jadi, kau menganggap saya membuat perancangan yang salah?!"
Alea terkesiap mendengar perkataan Edgar. Ia menggeleng lemah.
"Sudah. Mana catatan yang kamu maksud itu?"
Alea segera mengambil tas jinjingnya dan membuka dokumen di sana yang sudah di print out. Dengan cepat dia menyerahkan map merah.
"Alea, sebaiknya kamu lihat sendiri."
Alea mengambil map merah itu dan matanya melemah. Tidak mungkin, pikirnya, karena ini tidak sesuai yang dia pegang saat di lokasi.
"Pasti ada yang menjebak saya, Pak," ucapnya.
"Kamu tidak bisa mengelak, selama tidak ada bukti."
"Hiks, saya bersumpah jika map yang saya pegang tidak seperti ini," isaknya.
Alea menutup wajahnya dengan telapak tangan. Derai air mata menjadi saksi betapa gadis itu sekarang frustrasi. Ia tidak tahu di mana ia bisa mengambil uang 10 miliar. Gajinya saja tidak cukup untuk mengganti kerugian itu. Bahkan ia yakin aset yang dimiliki orang tuanya tidak akan mampu menggantinya.
"Saya mohon," lirih Alea.
"Carilah bukti kebenarannya jika kamu merasa tidak salah."
Edgar dan bersama pria itu pergi setelah melihat CEO mereka mendekat. Tentu saja mereka diusir dengan gerakan tangan yang melambai.
Alea masih terisak dan tidak melihat pria di depannya telah berganti.
"Saya mohon, Pak ...." Alea mengangkat wajahnya dan menatap pria di depannya dengan bingung.
Ia menoleh ke samping dan nihil. Hanya mereka berdua. Alea tidak tahu siapa pria di depannya. Yang ia tahu sekarang ia berada di sekeliling orang-orang yang punya jabatan tinggi di Xavinder Crop.
"Penghianat tidak akan pernah lolos di tangan saya."
Deg.
Alea kini tahu siapa pria di depannya ini. Siapa lagi kalau bukan CEOnya dan Alea tidak menyangka kini ia berada di ujung tanduk.
"Sa--saya tidak--" Ucapannya dipotong.
"Saya tidak peduli."
Alea bangkit dan bersujud di kaki CEOnya. Tak peduli harga dirinya ia jatuhkan. Mengingat keluarganya bisa saja tinggal di jalanan akibat kesalahannya membuat ia tidak tega.
"Saya hiks tidak pernah berniat hiks merugikan perusahaan ini," isaknya pilu.
Namun, seorang Athar Calderon Xavinder tidak pernah iba terhadap siapapun. Ia memang dikenal kejam atas penghianat di perusahaannya.
"Apa yang bisa saya lakukan agar bisa menebus kesalahan saya?" tanya Alea.
"Apa kamu akan melakukan apapun yang saya minta?"
Alea mengangguk tanpa ragu.
"Jadilah pelacur untuk saya."
Plak!
Alea dengan refleks berdiri dan melayangkan tamparan keras di wajah Athar. Baginya ucapan Athar sangat keterlaluan. Ia tidak akan pernah sudi menjadi pelacur.
"Beraninya kau!" Wajah Athar memerah marah. Seumur hidup tidak ada yang berani menamparnya dan gadis di depannya sudah menamparnya dengan keras.
Pipinya terasa ngilu akibat tamparan Alea. Namun, ia tidak memperlihatkan apapun selain ekspresi datar dengan tatapan tajam bak elang.
"Kesalahanku tidak sepatutnya Anda membuat saya menggadaikan kehormatan saya!" Alea merasa marah atas pelecahan tidak langsung dari Athar.
Athar menatap Alea dengan seringai tajam. Wanita yang berbeda dari wanita-wanita sebelumnya yang ia temui.
"Siap-siaplah kamu hidup gembel bersama keluargamu dan persiapkan dirimu mendekam di jeruji besi."
Athar meninggalkan ruangan membuat Alea seolah ditampar balik. Ia telah membuat kesalahan kembali, tetapi demi Tuhan ucapan Athar membuat ia marah besar.
"Kau memang bodoh, Alea," lirih Alea.
Ia pergi dari ruangan Athar dengan hati yang hancur. Ia tidak mungkin menggadaikan kehormatannya untuk menggantikan uang perusahaannya.
"Cari uang 10 Miliar dalam sehari itu sangat mustahil. Memang tidak ada cara mudah mendapat uang dari hasil jual diri, tetapi aku tidak mau," lirih Alea.
***
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Yuda Pagulidag
lumayan daripada gabut mending baca nopel
2023-05-13
0
Desi Banafsha
Saya baca novel yg pertama, dan makin kesini novel berikutnya dari susunan kata dan alurnya sudah tertata dengan sangat baik. Terlihat ada pendewasaan dalam hal berfikir author, semangat thor. Aku mendukung semua karyamu, jangan anggap komen yg selalu nyinyir...
2021-11-25
2
Aretha Artha
Ketemu di sini juga 🥰😘terima kasih mengikuti sampai di platform di sini
2021-09-09
0