Athar terbangun saat tenggorokannya terasa gatal. Ia mengambil air di nakas. Setelah itu, entah kenapa ia ingin melihat ke arah balkon.
Segera dia mengecek dan ia kaget melihat Alea masih berada di sana.
"Apa gadis itu tidak dingin?" gumam Athar.
Athar mengangkat bahu cuek. Namun, kakinya seolah tertahan. Ia berdecak kesal.
"Apa dia sengaja?" tanya Athar.
Dia segera keluar kamar dan turun untuk membentak Alea. Namun, sampai di sana, saat tangannya menyentuh bahu Alea begitu dingin.
Ia membalikkan badan Alea. Wajah Alea yang pucat pasi membuat Athar segera jongkok dan menepuk bahu Alea.
"Bangun, hey!"
Namun, Alea tidak bergeming.
"Sial, dia pingsan!" umpat Athar.
Athar segera membopong tubuh Alea membawanya masuk. Setelah sampai di kamar Alea, ia segera mengambil ponsel dan menelepon dokter pribadinya.
"Ck, dia akan keburu dehidrasi berat jika dibiarkan dengan pakaian basah," ucap Athar.
Tanpa pikir panjang, dia mengambil piyama baru di lemari Alea dan membuka pakaian Alea.
Tentu sebagai lelaki normal Athar tergoda. Akan tetapi, keadaan Alea sekarang lebih dia pikirkan.
"Hufhh, sangat merepotkan," decaknya setelah selesai mengganti pakaian Alea.
***
Dokter sudah datang dan mengatakan jika Alea maagnya kambuh dan terlalu masuk angin serta kelelahan. Athar tentu penyebab lelahnya Alea, tetapi tidak tahu jika gadis itu belum makan.
"Apa dia bodoh tidak makan?" Athar merasa Alea begitu bodoh.
Ketika Dokter sudah pamit dan memberinya obat untuk Alea. Athar duduk di pinggir ranjang.
Untuk pertama kalinya Athar menatap dengan leluasa wajah Alea. Ia melihat betapa tenangnya wanita itu meski bibirnya kini membiru.
Athar menarik selimut dan keluar dari kamar Alea. Ia butuh tidur sekarang karena besok dia banyak jadwal meeting.
***
Pagi ini matahari lebih bersinar terang. Tampak burung-burung juga mulai berkicau dengan senda gurauan mereka.
Kelopak mata gadis yang semalam itu pingsan kini terbuka. Kepalanya terasa pening. Namun, ia tetap bangun.
Ingatannya kembali ke kejadian semalam saat kepalanya sakit sekali dan perutnya seolah diiris-iris. Kegelapan yang merenggutnya membuat ia pingsan.
"Apa Pak Athar yang memindahkanku ke sini?" batin Alea.
Matanya terbelalak saat melihat piyama pink yang ia kenakan diganti menjadi piyama merah maron. Ia segera menyibak selimut dan tidak menemukan noda, tetapi tetap saja pikirannya kacau.
Dengan marah, ia turun dan mencari Athar. Pria itu duduk santai dengan secangkir kopi.
Plak!
Kopi yang berada di tangan Athar jatuh dan mengenai jas serta sepatu norwich yang ia kenakan. Matanya mengkilat marah.
"Kau menamparku lagi!" teriak Athar murka.
"Ya, karena kau kurang ajar! Beraninya kau mengganti piyamaku!" berang Alea.
Athar menatap sinis Alea. "Tubuhmu, ya, sudah aku cicipi."
Athar langsung pergi setelah mengatakan itu membuat Alea berteriak marah.
"Dasar laki-laki brengsek!"
Wajah Athar merah padam. Ia segera masuk ke dalam mobil dan meminta, Pauline-sekretarisnya menyiapkan jas dan sepatu untuknya.
***
Alea menangis tersedu-sedu di dalam kamar. Ia sangat membenci Athar yang sudah menyentuhnya.
Ting!
Alea mengusap air mata dan melihat siapa yang datang. Ternyata seorang dokter. Alea menatap dokter itu yang melempar senyum ramah.
"Halo, Alea. Apa kabar?"
"Baik, Dok. Dokter mencari siapa, ya?"
"Saya datang untuk memeriksa kembali keadaan kamu karena Pak Athar sudah berpesan kepada saya agar kembali besok," jelas Dokter.
Alea diam mendengar ucapan Dokter. Sampai dia mengeluarkan pertanyaan membuat tawa dokter cantik di depannya menyembur.
"Dokter, apa Pak Athar melakukan sesuatu saat aku tidak sadar?"
"Ayo kita masuk dulu," ajak Dokter itu.
Alea mengangguk dan menutup kembali pintu. Ia menatap dokter di depannya dengan cemas.
"Calm down, Alea. Perkenalkan dulu namaku Kate. Aku dokter pribadi Pak Athar."
"Iya, Dokter Kate."
"Kamu bisa memanggilku Kate saja karena melihatmu pasti umur kita sepantaran atau hanya beda sedikit," ucap Kate.
Alea menggaruk kepalanya. Ia merasa Kate ini sangat baik. Alea tidak habis pikir kenapa orang-orang di dekat Athar semua baik dan ramah sementara pria itu sangat arogan.
"Baiklah, Alea. Kita periksa dulu kondisimu," ucap Kate. Alea mengangguk dan membiarkan Kate memeriksanya.
"Pagi ini kamus sudah sarapan?" Alea menggeleng.
Kate menghela napas. Padahal ia sudah mengingatkan pada Athar agar menyuruh Alea sarapan.
"Ke mana Pak Athar?"
"Sudah berangkat kerja."
"Oh, ya, sudah. Ayo, kita ke dapur."
Alea tercengang melihat Kate menurutnya sangat lancang. Bahkan gadis itu sudah melepas jas putih miliknya dan berjalan santai ke dapur.
Alea mengekori Kate. Jangan sampai ada kegaduhan di mansion Athar dan dia lagi yang kena imbasnya.
"Sekarang kita harus membuat sarapan untukmu."
"Ti--tidak perlu, Dok."
"Kamu harus sarapan, Alea dan ingat panggil saja Kate."
Alea menghela napas saat Kate sudah mengeluarkan bahan-bahan makan dari kulkas.
"Aku tidak tahu rasanya bagus atau tidak karena sudah lama juga aku tidak membuat bubur ayam sendiri. Biasanya aku sering beli di luar," ucap Kate.
"Hm, pasti rasanya enak, Do--Kate," timpal Alea.
"Semoga saja."
Setelah bubur ayam masakan Kate jadi, dia membawa ke meja makan dan makan bersama Alea.
Namun, tatapan Kate tertuju pada sandwich yang tidak tersentuh di atas meja.
"Itu sarapan siapa?" tanya Kate.
"Mungkin punya Pak Athar."
"Hum, pasti dia melewatkan sarapannya."
Alea mengingat kejadian tadi pagi saat dia menampar Athar yang tengah minum kopi. Namun, ia tidak peduli karena pria itu sudah menyentuh tubuhnya.
Alea dan Kate sama-sama menikmati sarapan mereka. Ada rasa lega di dalam diri Alea karena bisa sarapan. Ia kira akan mati kelaparan.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments