Alea sudah menyumpahi berkali-kali Athar yang membuat ia kelelahan. Pria itu membuatnya bolak-balik ke dapur membuat coffe dengan varian rasa yang beda-beda, tetapi pasti ada saja komentar Athar yang mengatakan tidak enak dan mau rasa yang lain.
"Ini americanonya, Pak." Alea sengaja menekan kata agar Athar tidak menyuruhnya kembali lagi.
Athar dengan santai mengambil coffe yang disediakan Alea. Kali ini tidak protes membuat Alea bernapas lega. Baru saja ia ingin istirahatkan sejenak bokongnya, tetapi Athar kembali menyuruhnya keluar mencari makan.
Demi Tuhan, sejak sampai di kantor pusat Xavinder Crop tidak pernah ia istirahat barang sejenak pun. Athar bener-bener seolah sengaja mengerjainya.
"Ingat uang 10 miliar kerugian saya banyak. Tenaga yang saya keluarkan untuk mendapat itu banyak."
Ucapan itu kembali di dengar Alea. Ia mengangguk pasrah karena jika sudah menyinggung masalah uang 10 miliar Athar, maka ia mendadak menjadi penurut.
Alea menatap tumit kakinya yang terlihat lecet akibat gesekan hig heelsnya. Jarak dapur dan ruang CEO memang lumayan jauh. Pikir Alea ia akan ke lokasi untuk melakukan pemasaran, ternyata ia malah disiksa.
Ia menatap Athar yang tidak memberinya uang. Dengan berat hati Alea keluar ruangan dan mengambil selembar tiga lembar uang merah di tasnya. Gajinya yang kemarin sudah ia pake membayar uang komite adiknya dan keperluan rumah. Sekarang tinggal tiga ratus dan ia tidak mungkin membeli makanan di pinggir jalan. Bisa-bisa ia dapat masalah baru lagi.
***
Alea memasuki restoran bintang lima yang jaraknya lumayan jauh dari kantor. Ia menggigit bibir bawah karena lupa menanyai Athar mengenai makanan yang diinginka pria itu.
Dengan takut dia menghubungi Edgar meminta nomor Athar dan untungnya Edgar tidak banyak tanya dan langsung memberinya.
Tutttt ....
Alea menatap kesal ponselnya. Sudah lima kali dia menelepon dan Athar tidak mengangkatnya. Ia akhirnya memilih masuk dan memanggil waiters.
"Permisi, Mbak. Saya mau tanya menu makanan paling enak di sini apa, ya?" tanyanya.
"Butter chicken rice, chicken marsala, Dan untuk burgernya whiskey king burger dan untuk jus ada cranberry juice."
Alea meminta buku menu untuk melihat harganya dan lumayan cukup uangnya. Akan tetapi, ia tidak bisa beli makan siang untuk dirinya sendiri. Semua ini karena Athar. Bos gilanya!
Alea membayar semua dan keluar. Terpaksa ia mencari ojek yang murah untuk kembali ke kantor.
***
Tok ... tok ....
"Masuk."
Alea segera masuk dan melihat Athar sedang duduk santai dengan rokok yang menyelip di jarinya. Ia tidak tahu jika Athar merokok. Namun, ia tidak peduli.
"Lama sekali," protes Athar membuat Alea menahan napas untuk tidak mengumpat di depan Bosnya.
Tanpa banyak kata, ia meletakkan di atas meja di ruang tamu dalam ruangan Athar. Selanjutnya, ia ke dapur mengambil piring dan juga sendok, dan garpu.
Athar mematikan rokoknya dan mendekat duduk di sofa. Ia memperhatikan Alea yang begitu cekatan memindahkan makanan yang dibelinya di restoran.
"Saya tidak mau menu chicken."
Pergerakan tangan Alea berhenti. Ia menoleh melihat Athar yang berada duduk di sampingnya.
"Tapi, Pak, ini adalah menu makanan paling enak di restoran bintang lima," jelas Alea.
"Saya tetap tidak mau. Kamu belikan saya margherita pizza dan saya mau minumannya fruits juice," kata Athar tanpa rasa bersalah.
"Say--"
Tap.
Athar meletakkan lima lembar uang merah di atas meja. Mata Alea memanas dan dia mengambilnya. Sebisa mungkin ia menahan air mata agar tidak menetes di depan Athar. Ia keluar dengan cepat dari sana.
"Hiks, apa kesalahanku begitu fatal sampai dia memperlakukanku seperti ini? Hiks, lagipula bukan aku yang salah," isak Alea saat berada di kamar lift.
Dia menghapus air matanya dan pergi ke restoran lain untuk membeli pesanan Athar. Perut Alea mulai berbunyi karena lapar, tetapi uangnya sudah habis membeli makanan untuk Athar.
Tidak mungkin dia menggunakan uang yang diberinya Athar untuk beli makanan walau bahkan sekadar air minum.
"Hufhhh, semangat Alea!" ucap Alea memberi dirinya semangat.
Ia kembali ke kantor setelah hampir 45 menit di luar. Setibanya di ruang Athar, Alea menatap Athar sudah sibuk bekerja.
"Permisi, Pak. Ini makanannya," ucap Alea, tetapi Athar hanya meresponsnya biasa.
"Simpan saja di atas meja."
"Apa Anda mau makan Sekarang, Pak?"
"Saya sudah makan."
Alea merasa dirinya blank mendengar ucapan Athar. "Sudah makan?" lirihnya. Sontak lehernya bergerak memutar melihat ke atas meja dan di sana makanan yang ia beli tadi sudah ludes.
"Bukannya tadi dia bilang tidak mau makan menu chicken?" batin Alea, "ternyata dia memang sengaja mengerjariku."
Alea dengan lesu berjalan ke meja dan meletakkan sesuai perintah Athar. Ia merasa tenggorokannya sangat kering. Perutnya bahkan tidak berhenti meronta-ronta minta diisi.
"Saya permisi sebentar, Pak."
Athar hanya berdehem. Mendapat persetujuan membuat Alea segera berdiri dan berjalan tergesa-gesa sampai dia menabrak dada bidang seseorang yang beberapa kali ia temui. Namun, sayangnya tidak pernah ia tahu namanya.
"Perhatikan jalanmu, Alea."
"Maaf, Pak."
Alea menunduk minta maaf. Pria itu mengangguk dan memberi jalan kepada Alea.
"Silakan," ucapnya.
Alea mengangkat wajahnya dan ternyata lumayan dekat dengan wajah dari pria itu, meski ia harus mendongak karena tinggi mereka terlampau jauh.
"Khm," deheman Athar membuyarkan tatapan Alea. Ia segera keluar dari sana.
"Hahaha, calm down, Dude." Pria itu mengangkat tangannya dengan tawa renyah melihat pria yang tak lain merupakan Bos dan juga sahabatnya.
"Kamu sudah menyelidiki mengenai uang 10 miliar itu, Ken?"
Ken mengangguk. "Sudah, tetapi tidak ada titik temu. Sangat rapi jejaknya," ucap Ken dan duduk di depan Athar.
"Sebenarnya Alea ini siapa?" gumam Athar.
"Kau masih yakin jika dia pelakunya?"
"Ya, semua bisa dilakukan orang. Jangan tertipu dengan wajah polosnya. Kau tahu, aku sering melihat dia di club dan dia pura-pura lupa denganku, padahal dia menggodaku," ucap Athar dengan wajah datar.
"Entah kenapa setiap kali melihatnya, aku malah tidak menemukan kebohongan dalam dirinya. Matanya begitu polos dan tersirat lugu," ucap Ken yang memang memperhatikan detail Alea.
Athar berdecak, "Jangan sampai kamu ketipu dengan wajah polosnya. Dia pemain ulung di club."
"Jika benar Alea seperti itu. Maka dia satu-satunya wanita yang berhasil menipulasiku, karena tidak ada satupun yang berhasil menipulasiku," ucap Ken bersamaan Alea datang dengan wajah pucat.
Terlihat sekali Alea lelah. Ia berjalan gontai menuju sofa dan membuka ponselnya untuk mengecek email yang masuk.
Betapa sedihnya dia ketika tahu posisinya di kantor cabang kini diganti. Ia merasa kehilangan sesuatu dalam dirinya.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Afternoon Honey
penasaran siapa yg menjebak
2023-08-16
0