TERBELENGGU KARENA SUAMI CEMBURUAN
Suasana hari ini masih seperti kemarin. Rasa dingin membuat tubuh gemetar meski badan sudah dilapisi dengan jaket tebal. Hujan mengguyur pedesaan dengan deras, layaknya air tertumpah dari langit. Suara gemuruh atap gedung sekolah membuat para siswa yang sedang mengikuti pelajaran tambahan di sore itu merasa terganggu.
Guru yang sedang membawakan materi tak dapat berbuat apa-apa. Mereka duduk di bangku dengan pikiran masing-masing sambil menunggu redahnya hujan agar bisa pulang ke rumah.
SMA Negeri I Harapan terletak di ujung desa Aren. Di desa ini banyak ditumbuhi pohon aren, dan mungkin itulah sebabnya orang memberi nama 'Desa Aren' Desa ini masih tergolong sebagai wilayah yang terpencil, namun kualitas pendidikannya bisa diandalkan. Setiap ada perlombaan di tingkat kabupaten, mereka tidak pernah pulang dengan tangan kosong.
Fira duduk dengan gelisah. Sebentar-sebentar ia menengok ke luar dan berharap hujan segera berhenti. Ia membayangkan wajah garang ibu Susi yang selalu marah-marah ketika ia pulang terlambat.
Fira menumpang di rumah ibu Susi karena masih punya hubungan keluarga yang dekat dengan orang tuanya Fira.
Hujan mulai reda. Guru mengizinkan para siswanya untuk pulang, meskipun hujan masih rintik-rintik. Setidaknya tidak kemalaman dalam perjalanan pulang ke rumah. Hanya ada beberapa siswa yang pergi dan pulang sekolah menggunakan kendaraan roda dua. Pada umumnya mereka berjalan kaki.
Demikian juga dengan Fira, ia berjalan kaki setiap hari ke sekolah dengan jarak tempuh kurang lebih satu setengah kilo meter.
Sore ini mereka pulang dari sekolah dengan langkah yang lebih cepat dari biasanya karena sudah hampir gelap. Jalan yang dilalui penuh dengan lubang yang berair. Semua orang yang sering melewati jalan ini pasti mengeluh dengan kondisi seperti ini, terutama anak-anak sekolah yang mengenakan sepatu.
Karena terlalu fokus dengan jalanan yang berlubang tiba-tiba pakaian Fira terpercik air. Ia langsung berhenti dan memperhatikan dari mana asal percikan itu.
"Siapa sih yang jalan tidak hati-hati? Lihat nih baju saya sampai kotor begini." Kata Fira dengan kesal. Ia yakin bahwa seorang pria yang baru saja berpapasan dengannya sengaja melakukan hal ini. Pria ini bersama beberapa temannya baru pulang main bola. Pakaian mereka basah dan berlumpur.
"Saya yang melakukan. Masalah buat loh!" Jawab pria itu dengan wajah angkuh dan menatap wajah Fira dengan sedikit melotot. Fira tertunduk karena takut. Hatinya sangat kesal dan tanpa sepata kata ia dan teman-temannya segera meneruskan perjalanannya.
Aron merasa tertantang dengan sikap Fira. Ia masih terpaku di tempat.
"Ayolah! Buat apa sih berurusan dengan gadis yang tak jelas itu?" Kata Jona sambil menarik tangannya. Aron dan teman-temannya pun melanjutkan perjalanannya. Rumahnya sudah dekat.
Setelah membersihkan diri, Aron langsung békumpul dengan keluarga untuk menikmati makan malam. Aron adalah anak terakhir dari enam bersaudara. Ia sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya, terutama mamanya. Karena itu ia sangat dekat dengan mamanya.
Aron memang tampan dengan perawakan sedang, hidung mancung, alis tebal, rambut yang selalu rapi, sorot mata yang tajam, dan kulit sawo matang. Wataknya sedikit keras. Mungkin karena terlalu dimanja.
Ibu Dira melayani anak kesayangannya dengan senang hati. Aron sudah berumur 23 tahun tapi mamanya selalu menyiapkan makanan untuknya layaknya anak balita.
Pak Agung sebenarnya kurang setuju dengan sikap istrinya yang dianggapnya terlalu berlebihan, namun ia juga tidak bisa bersikap tegas.
Sudah terbukti bahwa ada dampak buruk yang ditimbulkan dari sikap memanjankan seorang anak. Aron hanya tamat Sekolah Menengah Atas. Ketika lulus SMA ia tidak punya niat lagi untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Sangat disayangkan karena orang tuanya adalah orang yang berada.
Ada banyak orang di luar sana yang punya keinginan untuk terus mengecap pendidikan hingga ke perguruan tinggi, namun kandas karena masalah biaya.
Setelah selesai makan malam, Aron masuk ke dalam kamarnya dan berbaring. Tiba-tiba ia teringat dengan gadis yang sempat berpapasan dengannya tadi di jalan. Ia berusaha untuk menepis bayangan itu namun justru semakin mengganggu pikirannya.
Wajah kesal gadis tadi seolah-olah menari di pelupuk matanya. "Kenapa yah, saya selalu kepikiran sama dia? tidak penting bangat." Ucapnya dalam kesendirian.
Aron lalu duduk di tepi ranjang, diambilnya sebatang rokok, menyalahkan, dan menyulutnya dalam-dalam. Ia berusaha menepis segala pikiran yang menurutnya tidak berguna.
Sementara itu Fira juga sudah berada dalam kamarnya. Ia baru saja menyelesaikan tugasnya membersihkan perabot yang baru saja digunakan oleh seisi keluarga untuk makan malam Rasa kesal masih berkecamuk di benaknya. Wajah angkuh pria yang telah membuat masalah dengannya tadi sore kini terbayang kembali. Dalam hatinya muncul rasa benci.
Tatapan mata tajam dan kata-kata pria itu seolah merendahkan Fira. "Semoga saya tidak akan pernah lagi berpapasan dengannya. Mentang-mentang orangnya tampan, seenaknya saja meremehkan orang lain." Gumannya dalam hati.
Fira berdiri di depan cermin dan memperhatikan wajah dan penampilannya. Dilihatnya secara detail. ia merasa rendah dengan penampilannya yang dekil meski berwajah cantik. Ia jadi penasaran dan merasa terhina dengan ucapan pria tadi yang belum dikenalnya.
Fira adalah seorang gadis dari sebuah dusun yang terletak di pedalaman. Ia datang ke desa ini untuk melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Harapan. Kebetulan ada kerabat yang tinggal di desa ini, maka Fira menumpang di rumahnya.
Fira seorang gadis yang cantik. Tinggi semampai, Kulitnya putih bersih, rambut hitam dan lurus, hidung mancung, bibir tipis, dan bulu mata lentik. Ia selalu berpenampilan sangat sederhana. Mungkin karena ia memang berasal dari keluarga yang sederhana.
Fira adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, tapi ia tidak manja. Dari kecil ia sudah diajar untuk melakukan pekerjaan di rumah. Itulah sebabnya ketika datang ke rumah ibu Susi setahun yang lalu ia tidak pernah merasa terbebani dengan berbagai pekerjaan rumah, seperti: mencuci, memasak, dan membersihkan.
Pagi hari Fira berangkat lagi ke sekolah. Ia dan beberapa temannya jalan bareng. Mereka berjalan sambil bercerita.
Aron yang sedang menikmati segelas kopi di teras rumahnya sambil menatap ke arah jalan, tiba-tiba melihat gadis yang kemarin sore terpercik air karena ulahnya. Ia memandangnya tak berkedip. Ternyata gadis itu sangat cantik dan menawan. Mungkin karena kemarin Aron tidak terlalu memperhatikan wajahnya karena sudah hampir gelap, namun ia yakin bahwa yang barusan lewat di depan rumahnya itu adalah gadis yang berpapasan dengannya kemarin sore.
Fira juga melirik sepintas ke arahnya. Namun dengan cepat ia buang muka. Ia masih kesal dengan kejadian kemarin sore. Karena merasa diperhatikan oleh pria tersebut, Fira sengaja mengajak teman-temannya untuk mempercepat langkahnya.
"Pantas aja dia sombong karena punya rumah layaknya istana." Fira berguman dalam hati sambil terus berjalan agak tergesa, berharap ingin segera berlalu dari tempat itu.
Aron menatapnya hingga hilang dari pandangan. Kemudian ia duduk kembali. "Aku harus tahu siapa dia. Aku mau buat perhitungan sama dia karena telah berani membentakku kemarin. " Katanya dalam hati.
Aron masuk ke dalam rumah dengan berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Ia terus berpikir, bagaimana cara untuk balas dendam kepada gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
B⃟cIka🕊️⃝ᥴͨᏼᷛKartika🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
Gak kebalik ya yang harusnya marah kan Fira kena jadi kenapa lo Ron yang ikutan panas lagian bener kog yang dikatakan Fira lo itu sombong belagu minta ampun, anak mama lagi 😒😒🤣🤣🤣🤭🤭🤭 hadeh ws gerang kog ya jek wae apa2 mama Aron2. Fira jangan sampai loo ketemu dengannya lagi kalau iya berarti Jodoh tu 🤭🤭🤭🤭😍😍😍
2023-02-07
0
ᴾᵘᵗᵃᵉ_Risa Virgo
Aron kamu cinta pandangan pertama sama Fira
2023-02-07
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻offsibukkuliahdulu
Siapa yang gak kesal coba?
Orang sekalinya kena pas lagi pakai baju sekolah.
2022-08-10
0