Chapter 02 : Time Capsule

Semesta Arata

"Bagaimana, jadi daftar?" tanya Arata saat bertemu Ayyara tak jauh dari stan eksul Midori Magz.

Cowok itu sengaja mencari Ayyara untuk menanyakan perihal ekskul fotografi yang ingin diikuti. Namun begitu mereka bertemu, hal pertama yang ingin diketahui justru perihal Ayyara jadi mendaftar Midori Magz atau tidak. Meski Arata sudah tahu pasti jawabannya.

"Jadi dong, tapi belum. Syaratnya lumayan susah. Btw ketua ekskulnya lumayan keren," balas Ayyara dengan tatapan mata berbinar. Sosok Jonathan muncul dalam benak perempuan muda itu. Sedang Arata menanggapi dengan wajah mencibir.

Sudah berpuluh kali sejak zaman SMP, Ayyara selalu tertarik dengan cowok. Entah teman seangkatan ataupun kakak kelas. Namun tak ada satu pun dari khayalan percintaannya yang menjadi kenyataan. Sekalinya jadi kenyataan hanya mampu bertahan selama satu minggu. Ayyara diputuskan karena cowok itu - Andre, merasa cemburu karena Ayyara lebih memilih bermain dengan Arata setiap kali diajak kencan. Arata ingat tanggapan Ayyara saat itu.

"Dih, pacaran ya pacaran aja nggak usah kencan segala. Masih anak SMP juga ini. Ngapain kencan? Mending juga belajar di rumah."

"Trus kenapa kamu pacaran?" tanya Arata waktu.

"Penasaran, tapi ternyata biasa aja. Nggak ada yang spesial. Lagian lucu juga alasannya. Masa dia marah karena aku dekat sama kamu. Aneh. Kan aku kenal kamu lebih dulu. Ngapain dia larang-larang."

Pernah juga seorang adek kelas menyatakan cinta pada Ayyara. Namun cewek itu langsung menolaknya, karena belum jadian pun sudah diminta untuk tidak terlalu dekat dengan Arata.

Sejak saat itu Ayyara tak pernah dekat lagi dengan cowok mana pun selain Arata. Terlebih kelas sembilan menyita banyak waktu dan perhatiannya demi diterima di Midori High School. Sebab hanya siswa-siswa dengan kemampuan otak di atas rata-ratalah yang bisa dengan mudah lulus seleksi sekolah bergengsi itu. Dan, otak rata-rata Ayyara harus berjuang keras agar bisa lulus tes. Beruntung sederet prestasi kepenulisan yang pernah diraih bisa meningkatkan hasil akhir tes yang diikuti.

Begitulah akhir kisah dari khayalan percintaan Ayyara. Selalu berakhir dengan kekecewaan para cowok karena Ayyara lebih peduli pada Arata.

Arata tersenyum mengingat sifat teman masa kecilnya itu. Tanpa sadar dia telah melalui banyak momen bersama gadis periang itu. Lihat saja, dia sudah bercerita banyak hal dan sesekali menggerutu saat membaca syarat yang diajukan untuk bergabung dengan Midori Magz.

"Lihat deh Arata-chan5), masa mau daftar ekskul kayak tes masuk sekolah coba?" Gerutu Ayyara sambil memberikan selembar kertas pada Arata. Cowok itu hanya tersenyum lebar.

Sepertinya Ayyara belum sepenuhnya mengerti tentang sekolah mereka saat ini. Di Midori High School memiliki sistem pembelajaran yang unik. Ekskul ditujukan bagi para siswa agar bisa mengasah kemampuan mereka selain bidang akademik. Untuk itulah ekskul yang diikuti harus sesuai passion masing-masing siswa. Itu agar siswa juga bisa diarahkan untuk menuju dunia profesional setelah lulus. Karena tak sedikit para lulusan yang justru berkembang dari ekskul yang mereka ikuti. Bukan dari nilai-nilai akademik (meski dalam hal ini tetap ada nilai standar kelulusan yang harus terpenuhi). Itulah sebabnya ketika ingin bergabung dengan ekskul ada serangkaian tes yang harus dilalui.

Bukan berarti dalam ekskul yang tidak memiliki passion tidak boleh belajar. Hanya saja jika itu dirasa menjadi beban bagi siswa, guru pembimbing akan mengarahkan ekskul apa yang sebaiknya diikuti oleh siswa tersebut. Jadi, para siswa ini akan mengikuti tes minat bakat untuk menentukan ekskul mereka.

"Ini sih gampang buat kamu," kata Arata setelah membaca beberapa poin persyaratan bergabung dalam ekskul Midori Magz.

"Huft… Tetap aja 'kan harus mikir. Harus mencari ide tulisan biar resumeku bisa diterima," gerutu Ayyara.

Begitulah dia, selalu menggerutu jika menghadapi sesuatu yang dirasa berat sebelum mencoba. Padahal sebenarnya dia mampu jika sudah dikerjakan. Hanya saja dia malas untuk memulai hal-hal yang dianggap berat. Toh nyatanya dia juga bisa lulus tes Midori High School meski dengan nilai pas-pas dan tertolong dengan sertifikat lomba menulis.

"Ganbatte ne6), Ayyara-chan. Daijoube. Kamu pasti bisa."

“Yee… itu sih cara kamu aja biar aku nggak bad mood. Tapi bagaimanapun aku harus lulus tes Midori Magz kalau ingin cita-citaku tercapai.”

“Itu baru Ayyara yang kukenal.”

"Ah ya, gimana ekskul fotografi, jadi gabung?" tanya Ayyara saat dia sadar terlalu mendominasi pembicaraan.

"Entah, aku ingin mendiskusikannya denganmu."

Ayyara memutar bola matanya. Sudah hafal dengan tabiat Arata yang tidak bisa memutuskan sesuatu yang dianggap sulit sendirian.

"Ke kantin yuk. Lapar nih. Pensi juga masih lama," ajak Ayyara begitu menyadari ada peluang meminta traktir pada Arata.

Cowok itu mendengus. Hafal kelakuan Ayyara yang pasti ingin minta traktir begitu Arata ingin meminta bantuan.

"Oke, tapi jangan mahal!"

Ayyara hanya tertawa menanggapi pernyataan Arata. Meski sudah terbiasa bersama, terkadang ada saja aksen Arata yang membuatnya tertawa. Itu pulalah yang akhirnya membuat Arata minder untuk bicara dengan orang lain. Namun bagaimanapun Arata tak pernah bisa marah dengan Ayyara jika cewek itu menertawakan aksen bicaranya.

***

Semesta Ayyara

Kami memilih duduk di meja yang cukup sepi agar Arata lebih leluasa membahas permasalahannya tentang ekskul fotografi. Di depannya sudah ada segelas jus alpukat yang selalu menjadi favoritnya sejak dulu. Sedang aku memilih pesan mie ayam karena benar-benar kelaparan.

"Jadi, tadi aku bertemu perempuan saat merihat foto."

Tanganku berhenti di udara saat mendengar Arata menyebut kata perempuan. Demi apapun di dunia, ini pertama kalinya sejak aku kenal Arata, dia menyebut perempuan dalam pembicaraan kami. Arata dikenal dengan sebutan manusia es di kalangan cewek-cewek saat SMP. Karena seperti yang sudah kubilang, meski wajahnya terlihat ramah, dia adalah sosok yang susah bergaul. Apalagi dengan perempuan.

Dan, hari ini dia menyebutkan dengan lancar bahwa bertemu seorang perempuan. Wow... Ini sesuatu yang patut diabadikan. Setidaknya cukup dalam memori otakku.

Ah ya, kalau saja dia menyadari, sejak hari pertama MOS cewek-cewek Midori High School sudah banyak yang melirik ke arahnya. Dari teman seangkatan yang baru sama-sama ikut masa orientasi hingga kakak-kakak senior yang jelas menggodanya. Namun tak satu pun yang berhasil mendekatinya dan memilih lirik-lirik dari jauh.

"Kenapa, ada yang salah dengan perempuan?"

"Nggak," jawabku tegas setelah tersadar dari lamunan dan melahap mie yang sedari tadi masih mengambang di udara.

"Jadi, kenapa kamu bengong?"

"Nggak, cuma merekam apa yang baru aja terjadi. Ini hal langka. Aku harus ingat-ingat tanggal dan momennya."

"Kamu ngomong apa sih?" tanya Arata bingung dengan maksud perkataanku. Jelas, dia tak mungkin memahaminya jika yang baru saja diucapkan merupakan hal langka yang pernah terjadi dalam hidupnya.

"Nope. Jadi apa yang terjadi, setelah kamu ketemu cewek tadi?"

Sebagai jawaban, Arata menunjukkan formulir pendaftaran bertuliskan Polaroid Island. Aku menatapnya dengan wajah bingung yang tak bisa kusembunyikan. Apa kaitannya cewek yang disebut Arata dengan formulir pendaftaran? Namanya juga terlihat cukup aneh. Apa ini semacam sekte yang merekrut anak-anak sekolah?

"Jangan berpikir aneh. Itu nama ekskul fotografi."

"So?"

"Namanya Kak Metha, dia ketua ekskul fotografi. Karyanya menarik tapi..."

Terdengar nada ragu-ragu dalam suara Arata untuk melanjutkan ceritanya. Aku menunggu. Apa yang akan diucapkan selanjutnya.

"Ada sesuatu yang... apa ya sebutannya,” Arata memikirkan kata yang pas untuk menggambarkan Metha. “A... Misterius. Dia seperti punya dua sisi dalam dirinya."

"Berkepribadian ganda?" tanyaku pada kesimpulan yang kubuat seenaknya saja. Mulut Arata mencebik.

"Bukan, tapi... entah, aku merasa tidak nyaman, tapi aku penasaran."

"Rumit sekali. Ya kalau penasaran ikut aja," kataku memberi saran sekenanya. Arata menanggapi serius ucapanku.

"Begitu ya, jadi menurutmu aku harus ikut?"

"Hmmm..." Jawabku mulai tak tertarik dengan pembahasan Arata. Terkadang dia memiliki pemikiran yang sama sekali tidak bisa kucerna begitu saja. Mungkin nanti jika aku sudah paham betul maksud Arata, aku akan memberitahunya yang terbaik.

***

Selepas pentas seni yang dimanfaatkan ekskul band, pencak silat, teater, hingga karate unjuk kebolehan, seluruh siswa angkatan baru diminta ke kelas masing-masing. Arata yang duduk di sampingku terlihat tidak suka. Sejak tadi cowok itu terlihat murung dan ingin cepat pulang. Aku tahu dia bosan. Baginya pensi hanyalah hal yang paling ingin dihindari karena suara bising bisa membuatnya sakit kepala.

Seorang kakak OSIS memasuki kelas tak lama kemudian. Dia memberi pengumuman yang tak begitu jelas karena sebagian besar cewek di kelasku berteriak histeris saat kakak OSIS itu masuk kelas. Apalagi kalau bukan mengagung-agungkan wajah cowok itu. Selalu seperti itu selama tiga hari masa orientasi.

“Berisik!” teriak Arata membuat seluruh kelas mendadak hening dan menatap ke arahnya tidak suka. Merasa tak nyaman, dia hanya melengos ke arah lain. Namun teriakannya barusan membuat kakak OSIS memiliki kesempatan untuk bicara lebih lantang.

“Sebelumnya perkenalkan, nama saya Ardian Setiawan sebagai ketua OSIS Midori High School,” suara seperti gitar bass itu memperkenalkan diri.

Hmm… jadi ini wajah ketua OSIS Midori High School yang tak pernah muncul di hari pertama dan membuat kehebohan di hari terakhir. Pantas saja mereka semua histeris saat dia masuk kelas.

“Saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung di Midori High School. Sebagai tugas hari terakhir, saya harap kalian membuat surat untuk diri kalian saat berusia 27 tahun. Usia yang diangap matang dalam segala hal. Kumpulkan surat kalian ya. Saya akan membantu mengumpulkannya.”

“Semacam time capsule, Kak?” tanyaku penasaran atas penjelasan panjang seorang cowok di depan kelas yang mengaku sebagai ketua OSIS. Anehnya beberapa cewek yang tadi bersorak histeris juga menatapku tidak suka seperti halnya saat Arata membentak. Apa kira mereka aku mencari perhatian? Maaf saja, aku bertanya karena memang penasaran.

“Yups, tapi kalian nggak perlu susah menyimpannya. Karena kami yang akan menyimpan surat masa depan kalian. Nanti kalau kalian udah berumur 27 tahun, surat itu akan dikirim untuk mengingatkan mimpi-mimpi kalian hari ini.”

Mataku berbinar mendengar penjelasan Kak Ardian. Bagaimanapun sejak dulu aku ingin membuat time capsule dengan Arata. Namun karena minimnya lahan pekarangan rumah kami, ide itu hanya menumpuk dalam laci otakku. Bahkan aku lupa di mana menyimpan kuncinya.

“Are you ready guys? Jadi tulis surat kalian sekarang.”

Rasanya hanya aku seorang di kelas ini yang semangat menyambut permintaan dari Kak Ardian. Terlihat jelas anak-anak yang lain hanya bermalasan. Bahkan Arata hanya meletakkan kepalanya di atas meja. Dia benar-benar sudah berada diambang batas kenyamanannya.

Tanpa berpikir panjang aku menyobek kertas dari agenda yang selalu kubawa ke mana saja. Hal yang kupersiapkan jika sewaktu-waktu memiliki ide yang tiba-tiba muncul. Dan kini ide itu pun berlarian tak terkendali dalam imajinasiku.

Yah, meski aku tak akan menulis panjang lebar. Setidaknya saat aku membaca kelak, cita-citaku hari ini sudah terwujud ketika aku 27 tahun. Bermimpi sah-sah saja kan? Bahkan the founding fathers negeri ini juga pernah berkata,"bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."

 

\==========

5. Sebenarnya Arata tidak suka dipanggil -chan karena terdengar seperti anak perempuan, meski sebenarnya itu bentuk panggilan kesayangan.

6. Seharusnya ada kata yang tepat untuk memberi semangat kepada Ayyara, tapi terkadang Arata lebih memilih bahasa nenek moyangnya karena lebih cocok dengan aksen bicaranya.

Terpopuler

Comments

𝙽𝚊𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚑𝚖𝚊

𝙽𝚊𝚛𝚊 𝚁𝚊𝚑𝚖𝚊

persahabatan mereka pure banget sih

2020-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!