Batal Calon Kakak Ipar
Arisha Shanika gadis mungil dengan rambut panjang itu berjalan dengan riang saat lamaran pekerjaannya diterima di sebuah perusahaan Kavin Cruise Ship Training.
Gadis itu akan mengajar bahasa asing di sana untuk trainer yang akan diberangkatkan ke luar negeri untuk bekerja di kapal pesiar. Pemiliknya pun saat ini masih berada di luar negeri.
Kabar gembira ini akan ia sampaikan pada sang kekasih, Davanka Pramudya. Pria tampan yang selalu bersikap baik dan sopan, sehingga membuat Arisha jatuh hati padanya.
"Aku tunggu di taman baca Karamel ya, Dav," ucap gadis dengan cardigan putih itu. Ia sedang melakukan panggilan telepon pada sang kekasih. Lalu setelah menganggukkan kepala, gadis cantik itu pun menutup teleponnya dan memasukkannya pada tas tangannya.
Dengan langkah lebar, ia bergegas ke taman baca Karamel tempat favoritnya. Dari sana ia akan menggunakan ojek online yang sudah ia pesan tadi.
Sementara itu, pria dengan tinggi sekitar 175 centimeter, sedang berkutat dengan benda persegi di depannya. Ia tampak serius dan sepertinya sedang terburu-buru mengerjakan sesuatu.
"Arisha pasti sudah sampai, sepertinya aku akan terlambat hari ini," gumamnya dengan tetap mengetikan sesuatu pada benda di depannya.
Namun, stelah beberapa saat ia pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Sha, sepertinya aku akan terlambat datang ke sana. Apa kamu akan menungguku atau nanti setelah pulang kerja kita jalan-jalan?"
Sepertinya, orang yang ia hubungi tak akan menunggunya karena Davanka mengatakan akan langsung menemuinya di tempat biasa setelah pulang kerja nanti. Ya, pria itu Davanka kekasih dari Arisha.
"Aku sudah lelah, ingin liburan dan bersenang-senang," ucap Davanka saat menutup sambungan teleponnya.
****
Arisha yang baru selesai menerima panggilan telepon dari sang kekasih hanya duduk diam di taman baca. Dia akhirnya memutuskan untuk meminjam salah satu buku cerita di sana, lalu kembali pulang.
Sekitar tiga puluh menit, Arisha sampai di rumahnya. Rumah sederhana dengan toko serba ada di samping rumahnya, milik sang mama.
"Ma, aku pulang!" teriak Arisha dari teras depan sambil membuka sepatunya dan menyimpannya di rak sepatu. Gadis itu pulang disambut adik semata wayangnya, Serafina.
"Mama lagi belanja, kalau datang tuh bilang salam, bukan teriak. Kebiasaan," jelas Serafina gadis 19 tahun yang sudah masuk salah satu perguruan tinggi tingkat dua itu dengan menggerutu.
"Iya-iya, jangan ngomel dong entar cantiknya pindah ke aku lo," goda Arisan dengan mengacak rambut adiknya.
"Kak!" pekik Sera sambil menepis kasar tangan kakaknya yang malah tertawa.
Keduanya memang sangat dekat, walau lebih sering berantemnya sih. Namun, karena itu mereka jadi selalu betah berada di rumah dengan keributan yang membuat kedua orangtuanya geleng-geleng kepala.
"Kenapa nggak kuliah?" tanya Arisha akhirnya, saat melihat sang adik masih berbaju santai di rumah.
"Hari ini libur, katanya sih dosennya pada rapat buat acara penerimaan mahasiswa baru," jawab Sera lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan menghela nafas.
"Kenapa muka ditekuk gitu? Cantiknya jadi pindah lagi ke Kakak nih."
"Aku enakan masuk kuliah, daripada libur gini."
"Kenapa? Bukannya enak tuh bisa leyeh-leyeh di rumah," ucap Arisha heran.
"Leyeh-leyeh apaan? Tugasnya nggak kira-kira." Sera menunjuk ke arah meja belajarnya yang berserakan kertas dan buku.
Arisha pun tertawa renyah saat mengikuti tempat yang ditunjuk sang adik.
"Nggak apa-apa, Kakak juga dulu kan kaya gitu. Oya tahu nggak, Dek?" tanya Arisha yang langsung mendapat gelengan kepala dari sang adik.
"Kakak diterima kerja, besok Kakak udah mulai kerja," ucap Arisha antusias.
"Beneran, Kak? Alhamdulillah akhirnya, aku bisa minta jatah ke Kakak tiap bulan," seru Sera sambil loncat-loncat.
"Yeee, kamu tuh ya, kerjanya juga belum udah minta jatah aja." Kini giliran Arisha yang menggerutu.
Bersamaan itu terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Arisha pikir itu sang kekasih, ternyata sang mama yang datang.
"Makasih ya, Gam. Sekalian bawain masuk ke dalam dah ya!" ucap mama Rina setelah memberi beberapa lembar uang puluhan ribu pada tukang ojek langganannya.
Kedua putrinya menyambut sang mama di depan pintu.
"Tumben anak mama ada di rumah barengan, nggak berantem, kan?" Kalimat itu yang pertama meluncur dari bibir sang mama yang tampak kelelahan.
"Iih, Mama kita akur ko hari ini." Sera yang pertama menanggapi ucapan mamanya.
"Oya, Kakak udah diterima kerja lo, Ma," imbuhnya dengan menggandeng tangan sang kakak.
"Benarkah? Alhamdulillah yang rajin ya kerjanya, semoga pemiliknya suka sama kamu, " ucap mama Rina yang membuat Arisha menekuk wajahnya saat kalimat terakhir.
"Iih, Mama. Aku udah punya pacar, Ma," ceplos Arisha.
"Apa? Coba mana cowoknya ajak sini!" tantang mama Rina.
"Saya juga siap kok, jadi calonnya Neng Risha." Tiba-tiba Agam kang ojek langganan mama Rina nyeletuk dari luar.
"Jangan rusuh deh, Bang," omel Arisha pada pemuda yang selalu gencar menggodanya itu.
"Cieee, yang digebet babang ojek," goda Sera dengan tertawa renyah.
"Jangan rusuh juga kamu ya, Dek," kesal Arisha pada sang adik yang malah makin keras tertawanya.
Agam memang sudah menyukai Arisha sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Ya Agam kakak kelas beda satu tingkat dari Arisha.
"Udah sana pulang, Bang!" usir gadis bermata jernih itu pada pemuda yang baru saja selesai membereskan barang belanjaan sang mama.
"Hus! Nggak boleh gitu." Sang Mama menjewer kuping Arisha.
"Maa!"
"Udah sana masuk!"
Agam hanya terkekeh melihat pemandangan barusan, dan ia sudah sering menyaksikannya.
"Ya udah, Bu. Saya pamit," ucap Agam akhirnya.
Ketiga wanita tadi pun ikut masuk ke dalam rumah, setelah Agam pergi. Mereka duduk di sofa ruang tengah. Mama Rina duduk berselonjor, dan itu merupakan kode agar kakinya dipijit.
Arisha dan Sera melakukan suit untuk melakukan keinginan sang mama.
"Ya gusti, timbang mijitin kaki Mama doang sampai harus suit. Ingat ya surga itu ada di telapak kaki ibu," ujarnya.
"Iya Ma," ucap keduanya berbarengan.
Keduanya pun memijit kaki sang mama bergantian.
"Ri, kamu beneran udah punya pacar?" tanya sang mama dengan serius.
"Mm … nggak, eh … iya," jawab Arisha bingung. Gadis itu memang tak pernah mengenalkan Davanka pada sang mama. Dia masih takut jika kedua orangtuanya melarangnya.
"Jangan plin-plan dong, yang penting dia baik dan beriman," ucap sang mama dengan mengusap rambut kedua putrinya.
"Riri, takut Mama nggak suka, terus kaya dulu lagi bilang kalau Riri udah dinikahin," jawab gadis itu.
"Ya dulu kamu pacaran sama cowok nggak bener, Mama nggak mau. Ya udah mama bilang kamu udah nikah sama Agam. Orang waktu itu dia yang ada di rumah," jawabnya sambil terkekeh.
"Iya, gara-gara Mama Bang Agam jadi gencar banget deketin Riri," gerutunya.
"Nggak apa-apa, Agam anak baik, terus kalau dia jadi mantu mama, kan kalau ke pasar bisa gratis," kekehnya.
"Ma! Ih nggak suka."
Bersambung...
Hai semuaa aku balik lagi. Ada yang kangen sama aku kah?
Sekarang aku bikin cerita balu nih, gantiin yang itu wkwkwk.
Mampir ya jan lupa like,komen sama tekan lovenya biar kalian bisa dapat notif kalau aku update.
Happy Reading semuaah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut thor semangat 💪💪💪
2023-03-02
1
🌷💚SITI.R💚🌷
nyimaassk dulu ah..msh blm mudeng
2022-11-09
0
Chietra Dewi
mampir nih kak, gegara liat postingan kk di FB
2021-12-31
1