Arisha Shanika gadis mungil dengan rambut panjang itu berjalan dengan riang saat lamaran pekerjaannya diterima di sebuah perusahaan Kavin Cruise Ship Training.
Gadis itu akan mengajar bahasa asing di sana untuk trainer yang akan diberangkatkan ke luar negeri untuk bekerja di kapal pesiar. Pemiliknya pun saat ini masih berada di luar negeri.
Kabar gembira ini akan ia sampaikan pada sang kekasih, Davanka Pramudya. Pria tampan yang selalu bersikap baik dan sopan, sehingga membuat Arisha jatuh hati padanya.
"Aku tunggu di taman baca Karamel ya, Dav," ucap gadis dengan cardigan putih itu. Ia sedang melakukan panggilan telepon pada sang kekasih. Lalu setelah menganggukkan kepala, gadis cantik itu pun menutup teleponnya dan memasukkannya pada tas tangannya.
Dengan langkah lebar, ia bergegas ke taman baca Karamel tempat favoritnya. Dari sana ia akan menggunakan ojek online yang sudah ia pesan tadi.
Sementara itu, pria dengan tinggi sekitar 175 centimeter, sedang berkutat dengan benda persegi di depannya. Ia tampak serius dan sepertinya sedang terburu-buru mengerjakan sesuatu.
"Arisha pasti sudah sampai, sepertinya aku akan terlambat hari ini," gumamnya dengan tetap mengetikan sesuatu pada benda di depannya.
Namun, stelah beberapa saat ia pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Sha, sepertinya aku akan terlambat datang ke sana. Apa kamu akan menungguku atau nanti setelah pulang kerja kita jalan-jalan?"
Sepertinya, orang yang ia hubungi tak akan menunggunya karena Davanka mengatakan akan langsung menemuinya di tempat biasa setelah pulang kerja nanti. Ya, pria itu Davanka kekasih dari Arisha.
"Aku sudah lelah, ingin liburan dan bersenang-senang," ucap Davanka saat menutup sambungan teleponnya.
****
Arisha yang baru selesai menerima panggilan telepon dari sang kekasih hanya duduk diam di taman baca. Dia akhirnya memutuskan untuk meminjam salah satu buku cerita di sana, lalu kembali pulang.
Sekitar tiga puluh menit, Arisha sampai di rumahnya. Rumah sederhana dengan toko serba ada di samping rumahnya, milik sang mama.
"Ma, aku pulang!" teriak Arisha dari teras depan sambil membuka sepatunya dan menyimpannya di rak sepatu. Gadis itu pulang disambut adik semata wayangnya, Serafina.
"Mama lagi belanja, kalau datang tuh bilang salam, bukan teriak. Kebiasaan," jelas Serafina gadis 19 tahun yang sudah masuk salah satu perguruan tinggi tingkat dua itu dengan menggerutu.
"Iya-iya, jangan ngomel dong entar cantiknya pindah ke aku lo," goda Arisan dengan mengacak rambut adiknya.
"Kak!" pekik Sera sambil menepis kasar tangan kakaknya yang malah tertawa.
Keduanya memang sangat dekat, walau lebih sering berantemnya sih. Namun, karena itu mereka jadi selalu betah berada di rumah dengan keributan yang membuat kedua orangtuanya geleng-geleng kepala.
"Kenapa nggak kuliah?" tanya Arisha akhirnya, saat melihat sang adik masih berbaju santai di rumah.
"Hari ini libur, katanya sih dosennya pada rapat buat acara penerimaan mahasiswa baru," jawab Sera lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan menghela nafas.
"Kenapa muka ditekuk gitu? Cantiknya jadi pindah lagi ke Kakak nih."
"Aku enakan masuk kuliah, daripada libur gini."
"Kenapa? Bukannya enak tuh bisa leyeh-leyeh di rumah," ucap Arisha heran.
"Leyeh-leyeh apaan? Tugasnya nggak kira-kira." Sera menunjuk ke arah meja belajarnya yang berserakan kertas dan buku.
Arisha pun tertawa renyah saat mengikuti tempat yang ditunjuk sang adik.
"Nggak apa-apa, Kakak juga dulu kan kaya gitu. Oya tahu nggak, Dek?" tanya Arisha yang langsung mendapat gelengan kepala dari sang adik.
"Kakak diterima kerja, besok Kakak udah mulai kerja," ucap Arisha antusias.
"Beneran, Kak? Alhamdulillah akhirnya, aku bisa minta jatah ke Kakak tiap bulan," seru Sera sambil loncat-loncat.
"Yeee, kamu tuh ya, kerjanya juga belum udah minta jatah aja." Kini giliran Arisha yang menggerutu.
Bersamaan itu terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Arisha pikir itu sang kekasih, ternyata sang mama yang datang.
"Makasih ya, Gam. Sekalian bawain masuk ke dalam dah ya!" ucap mama Rina setelah memberi beberapa lembar uang puluhan ribu pada tukang ojek langganannya.
Kedua putrinya menyambut sang mama di depan pintu.
"Tumben anak mama ada di rumah barengan, nggak berantem, kan?" Kalimat itu yang pertama meluncur dari bibir sang mama yang tampak kelelahan.
"Iih, Mama kita akur ko hari ini." Sera yang pertama menanggapi ucapan mamanya.
"Oya, Kakak udah diterima kerja lo, Ma," imbuhnya dengan menggandeng tangan sang kakak.
"Benarkah? Alhamdulillah yang rajin ya kerjanya, semoga pemiliknya suka sama kamu, " ucap mama Rina yang membuat Arisha menekuk wajahnya saat kalimat terakhir.
"Iih, Mama. Aku udah punya pacar, Ma," ceplos Arisha.
"Apa? Coba mana cowoknya ajak sini!" tantang mama Rina.
"Saya juga siap kok, jadi calonnya Neng Risha." Tiba-tiba Agam kang ojek langganan mama Rina nyeletuk dari luar.
"Jangan rusuh deh, Bang," omel Arisha pada pemuda yang selalu gencar menggodanya itu.
"Cieee, yang digebet babang ojek," goda Sera dengan tertawa renyah.
"Jangan rusuh juga kamu ya, Dek," kesal Arisha pada sang adik yang malah makin keras tertawanya.
Agam memang sudah menyukai Arisha sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Ya Agam kakak kelas beda satu tingkat dari Arisha.
"Udah sana pulang, Bang!" usir gadis bermata jernih itu pada pemuda yang baru saja selesai membereskan barang belanjaan sang mama.
"Hus! Nggak boleh gitu." Sang Mama menjewer kuping Arisha.
"Maa!"
"Udah sana masuk!"
Agam hanya terkekeh melihat pemandangan barusan, dan ia sudah sering menyaksikannya.
"Ya udah, Bu. Saya pamit," ucap Agam akhirnya.
Ketiga wanita tadi pun ikut masuk ke dalam rumah, setelah Agam pergi. Mereka duduk di sofa ruang tengah. Mama Rina duduk berselonjor, dan itu merupakan kode agar kakinya dipijit.
Arisha dan Sera melakukan suit untuk melakukan keinginan sang mama.
"Ya gusti, timbang mijitin kaki Mama doang sampai harus suit. Ingat ya surga itu ada di telapak kaki ibu," ujarnya.
"Iya Ma," ucap keduanya berbarengan.
Keduanya pun memijit kaki sang mama bergantian.
"Ri, kamu beneran udah punya pacar?" tanya sang mama dengan serius.
"Mm … nggak, eh … iya," jawab Arisha bingung. Gadis itu memang tak pernah mengenalkan Davanka pada sang mama. Dia masih takut jika kedua orangtuanya melarangnya.
"Jangan plin-plan dong, yang penting dia baik dan beriman," ucap sang mama dengan mengusap rambut kedua putrinya.
"Riri, takut Mama nggak suka, terus kaya dulu lagi bilang kalau Riri udah dinikahin," jawab gadis itu.
"Ya dulu kamu pacaran sama cowok nggak bener, Mama nggak mau. Ya udah mama bilang kamu udah nikah sama Agam. Orang waktu itu dia yang ada di rumah," jawabnya sambil terkekeh.
"Iya, gara-gara Mama Bang Agam jadi gencar banget deketin Riri," gerutunya.
"Nggak apa-apa, Agam anak baik, terus kalau dia jadi mantu mama, kan kalau ke pasar bisa gratis," kekehnya.
"Ma! Ih nggak suka."
Bersambung...
Hai semuaa aku balik lagi. Ada yang kangen sama aku kah?
Sekarang aku bikin cerita balu nih, gantiin yang itu wkwkwk.
Mampir ya jan lupa like,komen sama tekan lovenya biar kalian bisa dapat notif kalau aku update.
Happy Reading semuaah
Pagi ini Arisha sudah siap dengan celana panjang hitam, kemeja putih dan blazer hitam. Gadis cantik itu akan pergi bekerja di hari pertamanya. Rambut panjangnya ia ikat dengan rapi, hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang putih.
"Pa, Ma, doain Riri ya biar hari ini lancar." Arisha mencium punggung tangan kedua orangtuanya, saat mereka selesai sarapan.
"Papa doakan semoga kamu selalu sukses dan ilmu mu bermanfaat bagi yang lain." Pria paruh baya itu mengusap kepala putri sulungnya.
"Oya, satu lagi semoga kamu dapat jodoh pemilik perusahaannya," imbuhnya dengan tergelak.
"Iih, Papa sama Mama sama aja," gerutu gadis yang sudah rapi itu.
"Aamiin, Ri. Didoain orang tua tuh, bukannya ngomel," sela sang mama yang saat itu sedang meminum teh manisnya.
"Ya udahlah Aamiin," jawab Arisha akhirnya.
"Kak Riri, udah kepentok sama kang ojek si, Pa," celetuk Sera yang saat itu baru selesai dengan sarapannya.
"Aku nggak kasih jatah jajan, baru rasa loh, Dek," sewot Arisha sambil mendelik kesal.
Namun, gadis itu sepertinya masih betah menggoda sang kakak. "Bang Agam dilawan, mama aja nggak mau naik ojek lain selain dia."
"Bodo amat." Arisha pun langsung pamit untuk berangkat bekerja. Dia sekarang menggunakan angkutan umum. Moodnya ancur saat melihat aplikasi ojek online di ponselnya. Karena yang terbayang jadi kang ojek offline-nya sang mama.
Padahal hari pertama kerja ini, ih ngeselin deh. Arisha berbicara dalam hati, saat dirinya sudah duduk di deretan kanan angkutan umum.
Setelah menarik nafasnya dalam, ia pun mengambil ponsel dari saku jasnya, lalu mengetikan sesuatu di sana.
Arisha : Ini hari pertama aku kerja, Dav.
Davanka : Semangat sayang😘
Arisha menarik kedua ujung bibirnya saat mendapat balasan chat dari sang kekasih. Tak berselang lama, kantor yang kemarin ia datangi sudah tampak di depan mata. Gadis itu pun menyetop angkutan umumnya dan turun, lalu membayar sesuai ongkos.
"Bismillah, aku pasti bisa," gumam Arisha sebelum memasuki gerbang kantor tersebut. Setelah itu ia membenarkan tali tasnya yang agak melorot, lalu melangkah masuk ke dunia barunya, dunia kerja.
Arisha masuk dan bertanya pada seseorang yang berpakaian hampir sama dengan dirinya.
"Maaf, Mbak. Saya pegawai baru di sini. Saya harus ke ruangan mana ya?" tanya Arisha sopan.
"Oh iya, kamu yang kemarin lolos wawancara ya. Mari ikut saya!" ajaknya lalu melangkah ke arah lorong sebelah kanan.
Bangunannya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak terlalu kecil. Jadi, karyawan baru tidak akan kesulitan untuk menghapal semuanya. Arisha dan wanita yang ditaksir hanya beda beberapa tahun darinya itu, masuk ke sebuah aula yang lumayan besar. Di sana juga ada beberapa orang lain.
"Kamu duduk saja dulu di sana!" Wanita berperangai ramah itu menunjuk salah satu kursi di bagian depan.
"Nanti Pak Raka yang akan memberi pengarahan tentang tugas kalian. Oya nama saya Olivia," imbuhnya.
Arisha pun mengangguk dan berterima kasih, lalu melangkahkan kakinya menuju kursi, yang sebagian sudah diisi oleh yang lainnya. Sementara itu Olivia kembali ke tempatnya semula.
Arisha tampak tenang, dan terkesan biasa saja, sampai seseorang di sampingnya menyapanya.
"Hei, kamu karyawan baru juga ya?" tanya gadis yang ditaksir seusia dengannya.
"Iya," jawab Arisha singkat.
"Kenalin nama aku Adelia." Gadis berambut ikal itu mengulurkan tangannya.
Arisha menerima uluran tangan itu dengan senang hati dan menyebutkan namanya. "Arisha."
"Katanya pemiliknya masih di luar negeri lo ini?" ucap Adelia memulai percakapan.
"Iya kah? Bagus dong biar banyak peminat yang masuk sini," jawab Arisha yang mulai santai berbicara dengan orang yang baru dikenal.
"Kamu melamar sebagai admin apa pengajar di sini?" Adelia kembali mengutarakan pertanyaan.
"Aku pengajar, mudah-mudahan lancar lah biar ilmu ku bermanfaat," jawab Arisha.
Saat keduanya asyik berbincang, tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan. Suasana menjadi hening saat seorang pria tinggi tegap masuk ke aula. Dengan pakaian rapi dan berkacamata. Pria itu pun menyapa semua orang dan memperkenalkan diri sebagai Pak Raka Bramantyo.
Pria berkacamata itu menjelaskan tugas dari setiap karyawan baru. Mereka ada yang lolos sebagai admin dan sebagai pengajar. Setelah selesai memberi pengarahan. Pria itu memberi tugas pada Olivia untuk memberikan surat kontrak yang harus ditandatangani oleh karyawan.
Saat tiba giliran Arisha. Raka menatap gadis itu dengan mengerutkan keningnya.
Wajahnya mirip sekali dengan calon istri bos yang menghilang itu, pikirnya.
"Siapa nama kamu?" tanya Raka pada Arisha yang sudah duduk berhadapan dengan keduanya.
"Arisha Shanika, Pak," jawab gadis itu dengan sopan.
"Oke, semoga kamu betah di sini ya," ucap Raka akhirnya, karena walaupun mirip mereka mirip, tetapi memang orang yang berbeda.
Setelah semuanya selesai, Olivia mengajak semua karyawan baru yang berjumlah sepuluh orang itu berkeliling, untuk mengenal tempak kerja mereka saat ini.
Arisha berjalan berdampingan dengan Adelia, teman barunya di dunia kerja.
Semuanya tampak serius memperhatikan apa yang sudah dijelaskan oleh wanita cantik di depan mereka.
"Oya, saya lupa jam kerja kalian mulai pukul 08.30-15.00 WIB," pungkas Olivia setelah selesai berkeliling bangunan itu.
"Jam istirahat selama satu jam pukul 12.00-13.00 WIB."
Kesepuluh karyawan itu mengangguk, mengiyakan dan untuk hari ini, mereka belum mulai melaksanakan tugas masing-masing. Semuanya masih dalam pengenalan lingkungan kantor dan harus saling mengenal satu sama lain, itu juga merupakan aturan di kantor ini.
Semetara itu, di ruangan lain di lantai atas tampak seseorang sedang berbincang lewat ponselnya.
"Saya sudah menemukan seseorang yang sangat mirip dengan nona Kiandra," ucap pria berkacamata itu.
"…"
"Akan saya urus semua, jadi bos akan pulang bulan depan?"
"…"
"Baiklah semua sudah saya rencanakan," pungkas pria berkacamata yang ternyata Raka.
Lalu ia pun menutup sambungan teleponnya. "Semoga kali ini bos bisa bahagia. Aku yakin kalau gadis itu baik dan dari keluarga baik-baik juga, tidak seperti Kiandra …." Raka berlalu menuju kursinya dan mulai membuka benda persegi di depannya. Ia mengetikan sesuatu di sana.
Rencana Bulanan Kavin Cruise Ship Training di Hotel Agatha.
Terlihat judul yang sedang diketik oleh Raka. Namun senyum di bibirnya tak pernah lepas saat jarinya menari indah di papan keyboard benda persegi itu.
Sekitar satu jam ia fokus pada layar di depannya dan menyusun semua acara yang akan digelar bulan depan.
"Aku harap semua sesuai rencana dan berhasil," gumamnya setelah ia menekan enter pada papan keyboardnya.
"Aah, aku ingin segera berlibur jika Kavindra sudah kembali ke sini, setidaknya satu bulan aku menikmati liburanku." Raka menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, sambil memejamkan netranya. Baru saja ia akan terlelap tiba-tiba ponselnya berdering dengan nyaring. Dengan malas ia mengangkat teleponnya.
"Apa?"
Bersambung…
Happy Reading
Makasih ya buat kalian yang udah mau mampir ke karya baru aku.
Jan lupa like sama komennya ya wkwkwk aku rindu celotehan kalian.
Arisha baru saja masuk kantin bersama rekan lainnya. Mereka akan makan siang di sana.
Arisha, Adelia, Reva dan Rangga duduk di meja nomor delapan. Sementara itu, Dila, Silvi, dan Davi duduk di meja 9. Raksa dan Mahesa masih belum datang, mereka berdua tadi pami ke toilet.
Kesepuluh orang itu adalah tim baru dalam Kavin Cruise Ship Training. Dalam satu hari mereka harus saling mengenal satu sama lain dengan baik. Tidak ada istilah geng dalam perusahaan itu, semuanya bekerja sama.
"Kamu mau pesen apa, Sha?" tanya Adel panggilan Adelia.
"Aku nasi uduk aja deh," jawab Arisha.
"Ya udah samain aja deh semua, gimana?" usul Rangga yang saat itu duduk di sebelah kanan Arisha.
"Iya deh udah lapar juga, hari pertama bikin deg-degan, tapi seru," timpal Reva.
Setelah itu, datang Raksa dan Mahesa lalu ikut bergabung bersama yang lainnya. Hingga akhirnya semua menikmati hidangan makanan mereka dengan lahap.
Sementara itu, di lantai atas Raka kembali menerima telepon dari seseorang yang membuatnya geram.
"Apa?"
"…"
"Saya akan segera ke sana." Raka menutup panggilan teleponnya. Pria itu lalu beranjak dari duduknya dan menyambar jaketnya di sofa.
Pria itu bergegas pergi dengan langkah yang lebar. Sebelum ia benar-benar meninggalkan kantor, pria itu memberikan beberapa berkas pada Olivia.
"Kamu susun semuanya, saya ad inia keperluan mendesak. Jika bisa diselesaikan cepat,saya akan kembali." Pria tinggi itu menjelaskan pada wanita cantik di depannya.
Olivia mengangguk dan pandangan keduanya begitu intens.
"Apa ada masalah lagi, Ka?" ucapnya pelan.
Namun, pria itu hanya menggeleng dan refleks mengusap rambut gadis itu.
Olivia pun mengangguk, lalu pria tinggi itu pergi.
"Bikin masalah apa lagi si dia?" geram Raka saat ia mulai mengemudikan mobilnya.
Raka tinggal bersama sang ibu dan pamannya yang ikut numpang tinggal di sana. Namun, pria pengangguran itu sering kali berbuat onar. Seperti saat ini, pria yang sudah tidak muda lagi itu berkelahi dengan tetangganya hanya gara-gara masalah sepele.
Raka memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, pria itu khawatir dengan sang ibu. Jika pamannya itu berbuat onar, pelampiasannya pasti sang ibu.
Jarak yang ditempuh dari kantor Raka ke rumahnya biasanya ditempuh dalam waktu tiga puluh menit. Namun, kali ini pria itu sampai dalam waktu dua puluh menit.
"Bu, ibu di mana?" teriak Raka saat membuka pintu rumahnya.
"Ibu di sini, Nak!" Terdengar sahutan sang ibu dari arah dapur, tapi suaranya tampak biasa saja tidak ketakutan seperti biasanya.
Raka pun bergegas menuju dapur, tampak wanita paruh baya itu sedang menata makanan di atas meja.
"Tumben sudah pulang jam segini, Ka?" tanya wanita paruh baya itu tanpa menghentikan tangannya yang sibuk.
Raka menghela nafas lega, melihat wanita kesayangannya baik-baik saja. "Ibu tidak apa-apa, kan?"
Bu Dina, ibu dari Raka itu mengerutkan keningnya heran. "Ibu baik-baik saja, seperti yang kamu lihat, memangnya kenapa?"
Sebelum Raka menjawab pertanyaan sang ibu, wanita paruh baya itu mengajak putra semata wayangnya duduk di meja makan.
"Ibu tahu kamu pasti belum makan siang, ayo kita makan siang bareng," ajaknya.
"Paman ke mana, Bu?" tanya Raka akhirnya.
"Ibu sudah mengusirnya, dia berkelahi dengan tetangga kita, putranya Pak Robi. Masa berantem sama anak ingusan." Wanita paruh baya itu menyendok kan nasi pada piring sang putra.
"Bagaimana bisa dia tidak melakukan apa-apa sama ibu, saat ibu mengusirnya?" Raka terkejut mendengar penjelasan sang ibu.
"Ibu seperti memiliki kekuatan ajaib tadi," jawabnya sambil terkekeh.
"Terus kenapa kamu udah pulang jam segini? Nggak mungkin kan kalau cuma gara-gara ingin makan siang di rumah?" imbuhnya.
"Raka tadi dapat telepon dari seseorang, katanya paman berkelahi dan juga memukuli ibu," jawab pemuda itu dengan sedikit mengeratkan rahangnya.
"Bukan dia, tapi ibu yang pukul dia," jawab sang ibu singkat. Namun, saat Raka hendak mengomentari ucapan ibunya, tiba-tiba sang ibu sudah menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. "Sudah makan dulu."
Pria tinggi itu pun, akhirnya menuruti sang ibu. Mereka menikmati makan siang bersama. Lalu, setelah selesai Raka pamit kembali ke kantor pada sang ibu.
***
Keesokan harinya, Arisha dan rekan-rekan yang lain sudah siap dengan tugas pertama mereka. Sekitar jam tujuh tiga puluh menit, mereka sudah sampai di kantor. Pakaian yang dikenakan bebas, tapi harus rapi dan sopan.
"Sha, kamu ngajar di ruang mana?" tanya Adel yang sibuk menyiapkan beberapa buku sumbernya.
"Hari ini, aku di ruang B. Katanya di sana sudah pada berumur, bener nggak sih? Aku ngajar bapak-bapak di mari?" tanya Arisha pada Adel dan Vanya yang malah terbahak.
"Lupa ya di sini kita emang ngajar orang tua, jarang lah kalau anak keluar SMA, tapi tahun ini banyak sih kata Kak Oliv," jawab Vanya.
"Aku bagian yang bocah aja dah, gantian dong, Nya," rayu Arisha yang malah mendapat sentilan di keningnya.
"Ini tugas pertama lo, Sha. Mau baru pertama langsung diberhentikan?" timpal Dila yang saat itu baru saja ikut bergabung.
Namun, saat ketiga gadis itu sedang ribut dengan tugas pertama mereka, tiba-tiba Davi datang dan mengalungkan kedua tangannya pada bahu Arisha dan Adelia. "Tenang aja kalau ada yang genit, bilang Aa Davi," selorohnya.
Arisha dan Adelia kompak menepis kasar tangan kurang ajar yang tiba-tiba bersandar di bahu mereka. "Ogah." Kedua wanita itu menjawab berbarengan.
Davi memang orang yang gampang akrab tapi juga so pahlawan, saat perkenalan mereka kemarin, tetapi juga selalu membuat suasana jadi ramai dan rusuh lebih tepatnya.
Setelah keributan tak bermakna itu, akhirnya jam masuk pun tiba. Semuanya masuk ke ruang masing-masing. Arisha yang hari ini mendapat giliran di ruang B, ternyata benar semua yang akan ia ajar, pria berusia di atas dua puluh lima tahun semua.
Arisha mencoba tenang, lalu ia pun mulai memperkenalkan diri di depan kelas.
"Assalamu'alaikum, selamat pagi nama saya Arisha Shanika. Kalian bisa memanggil saya dengan Miss Riri," ucap Arisha dengan menggunakan bahasa Inggris.
Namun, suasana tampak hening dan tak ada tanggapan dari peserta. "Apa kalian baik-baik saja?" Arisha kembali berucap menggunakan bahasa asing.
"Pake bahasa Indonesia dulu dah, kita kagak ngarti," celetuk pria bertubuh tambun yang duduk di depan.
"Oh maaf," kata Arisha.
"Kita di sini bener-bener belum bisa bahasa asing, jadi campur aja dah. Lagian kita kan udah pada tua juga, Neng," imbuh pria sekitar tiga puluh tahunan lebih.
"Oh baiklah, kalau begitu kita perkenalan dulu ya, nggak apa-apa menggunakan bahasa Indonesia saja," lanjut Arisha.
Perkenalan pun dimulai, dalam satu kelas hanya terdiri dari sepuluh orang saja, dan setiap kelas diatur sesuai dengan usia.
Arisha mendengarkan semua perkenalan dari setiap peserta training. Ternyata ada yang mantan pelayan minimarket, ada juga pedagang, bahkan ada juga yang baru kena PHK karena kontrak mereka habis.
Semuanya berjuang demi keluarga, karena hanya dua orang yang belum menikah di kelas ini, yang lainnya sudah berkeluarga.
Arisha merasa semangat saat berada di kelas B ini, karena semangat mereka untuk belajar dan berjuang demi keluarga patut mendapat acungan jempol.
Arisha pun mulai memberi pelajaran mengenai perkenalan. Semua tampak serius mengikuti apa yang diajarkan oleh Arisha. Hingga waktu terasa begitu cepat berlalu, karena bel istirahat sudah berbunyi.
"Nanti abis istirahat, sama Neng Risha lagi ya," ucap salah seorang trainer.
"Nanti siang, saya bagian kelas A," jawab Arisha sopan.
"Yaaah,"
Bersambung.…
Happy Reading semuaah
Masih awal-awal ya, masih perkenalan dulu, pemainnya juga belum muncul semua wkwkwk.
Tetap ikutin ceritanya ya, jan lupa jempolnya.
Semoga kalian selalu sehat dan bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!