Arisha benar-benar diantar Agam untuk bertemu dengan sang kekasih.
Miris memang pemuda itu mengantarkan gadis pujaannya bertemu dengan kekasihnya.
"Makasih ya, Bang," ucap Arisha setelah turun dari motor dan membuka helmnya, lalu memberikannya pada Agam.
"Sama-sama,Neng. Nanti perlu abang jemput lagi nggak?" jawab Agam dan menawarkan diri untuk menjemputnya.
Namun, gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak usah, Bang."
Lalu, pemuda itu pun pamit dan meninggalkan gadis itu sendirian di taman baca Karamel. Gadis itu pun mengambil ponselnya saat ada panggilan masuk. Ternyata sang kekasih.
"Iya, aku ke sana sekarang." Gadis itu langsung beranjak masuk dan menutup panggilan teleponnya.
Arisha masuk ke taman baca, tampak pria tinggi tegap dengan kemeja hitamnya yang terbuka kancing atasnya.
"Siang, Sayang," sapanya dengan menampilkan senyuman khasnya yang selalu sukses membuat Arisha berdebar.
"Siang." Hanya kata itu untuk membalas sapaan kekasihnya.
Lalu gadis itu pun duduk di hadapan pria tampan itu.
"Kita mau makan siang di mana?" tanyanya.
"Terserah kamu, yang penting makan bareng kamu," kekeh gadis itu. Arisha memang gadis yang periang dan kadang sering menggoda Davanka walau akhirnya malah dia sendiri yang kegeeran.
"Ya udah ayo!" Pria tampan itu menarik tangan Arisha dan menggenggamnya erat, lalu mengajaknya pergi dari sana.
Kini keduanya sudah berada dalam mobil Davanka. "Kenapa sih kamu nggak mau jemput aku ke rumah?" Pertanyaan itu yang pertama kali terlontar dari bibir mungil Arisha .
"Aku mau, tapi kamu kan yang bilang kalau mama kamu nggak setuju," jawab Davanka yang mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
"Mm … aku udah bilang kok, sama mama dan katanya boleh, asal kamu daztang ke rumah," papar gadis cantik itu.
"Baiklah, nanti setelah kencan kita hari ini, aku akan mengantarmu pulang ke rumah." Pria itu menarik tangan gadisnya lalu menciumnya mesra.
Arisha merasa pipinya panas. Saat jari-jari tangannya tak berhenti pria itu ciumi. Akhirnya, gadis itu menarik tangannya dan memilin kedua jari tangannya.
Hening membentang diantara mereka. Arisha melihat ke arah jendela, sementara Davanka fokus pada kemudi. Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah resto Almahera.
Davanka membuka sabuk pengamannya, begitu juga dengan Arisha. Davanka lebih dulu keluar dari mobil dan bergegas membukakan pintu untuk gadisnya.
"Makasih." Arisha memberikan senyuman termanisnya pada sang kekasih.
Davanka pun menggandeng tangan sang kekasih dengan mesra. Davanka mengajak Arisha duduk di salah satu meja dekat dengan jendela.
"Di sini makanannya enak-enak lo, Sha. Kamu pilih apa yang kamu suka," ucap Davanka sambil menyodorkan buku menu pada sang kekasih di hadapannya.
Mereka pun memilih makanan kesukaan masing-masing. Davanka fokus pada makanannya begitu juga dengan Arisha, sepertinya keduanya masih bingung harus bercerita tentang apa, setelah sekitar dua minggu tak bertemu. Mereka memang melakukan hubungan backstreet. Jadi, selalu sembunyi-sembunyi jika bertemu. Alasannya memang Arisha masih takut untuk memperkenalkan sang kekasih pada kedua orangtuanya.
Sementara itu, Davanka terlihat biasa saja saat hubungannya seperti ini. Walaupun pria itu selalu baik dan perhatian pada Arisha.i Namun, seperti ada rahasia yang belum terungkap dari pria itu.
"Bagaimana hari pertama kerja kamu, Sha?" Davanka memulai percakapannya setelah makan siangnya hampir habis.
"Alhamdulillah sih selama sepekan ini lancar." Gadis itu mendongak dan menjawab pertanyaan pria di depannya apa adanya.
"Oh iya, kamu kerja di mana? Aku lupa namanya," ucap Davanka dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal oleh satu tangannya.
"Kavin Cruise Ship Training, Dav," jawab Arisha santai.
"Apa?" Davanka hampir tersedak saat mendengar nama itu.
Arisha terkejut dengan reaksi kekasihnya, lalu ia menyodorkan gelas berisi air putih ke Davanka. "Kamu kenapa sih, Dav?"
"Ng-nggak apa-apa," jawab Davanka terbata setelah selesai meminum air yang diberikan Arisha.
"Kamu bener-bener nggak apa-apa? Jangan bikin aku khawatir dong, Dav," panik gadis dengan rambut diikat itu.
"Nggak, udah jangan khawatir," sangkal Davanka.
Aku harap bang Kavin nggak pulang dari luar negeri. Pikir Davanka.
Davanka kembali bersikap biasa, setelah menenangkan dirinya. Kesalahannya yang dulu membuatnya sedikit takut, jika Kavindra bertemu dengan Arisha.
Walau bagaimana pun wajah mereka memang sangat mirip. Namun, Arisha lebih ceria dan apa adanya dibandingkan Kiandra.
"Kamu tahu nggak siapa pemilik perusahaan tempat kamu kerja, Sha?" Davanka bertanya saat keduanya sudah berada dalam mobil untuk pergi ke tempat lain.
Arisha menggerakkan kepalanya. "Aku nggak tahu, kata temenku sih pemiliknya masih berada di luar negeri."
"Oh."
"Kenapa sih, kamu tuh kaya takut banget?" tanya Arisha curiga.
"Nggak, udah jangan dibahas kita jadi jalan, kan?" Davanka mencoba mengalihkan pembicaraan.
Arisha hanya bergeming dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Perasaannya jadi tak karuan. Dia merasa kalau Davanka memang menyembunyikan sesuatu darinya, tapi kenapa? Bukankah dia itu kekasihnya?
Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
Cup!
Sebuah kecupan di pipi, menyadarkan lamunannya. "Dav, apaan sih?" Arisha memegang pipinya yang terasa basah.
"Jangan cemberut gitu dong! Katanya kangen." Davanka membalikkan tubuhnya ke arah sang gadis. Ternyata mereka sudah sampai di area pantai yang memang tidak jauh jaraknya dari resto Almahera.
Arisha memalingkan wajahnya ke arah lain, saat Davanka menatapnya dengan intens. Pria itu terus membujuk sang gadis agar tak marah lagi. Namun, tanpa berkata-kata Arisha oun membuka sabuk pengamannya dan beranjak keluar dari mobil Davanka.
Dengan gegas pria itu, mengikutinya keluar dan mengejar gadisnya. Arisha berdiri di tepi pantai dengan angin yang asyik memainkan rambut panjangnya yang sudah terurai.
Bahkan, sebagian rambutnya menutupi wajah cantiknya, hingga sesekali Arisha menepisnya.
Davanka berjalan di belang Arisha, dan berdiri tepat di belakang gadis itu. Dengan perlahan ia melingkarkan kedua tangannya di perut rata Arisha, hingga gadis itu memekik kaget. Namun, Davanka malah makin mengeratkan pelukannya.
"Maafkan aku," bisiknya parau dan melabuhkan dagunya di bahu Arisha.
Mereka menikmati suasana pantai yang teduh, karena siang ini cuaca agak mendung.
Tanpa sepatah katapun yang keluar dari keduanya. Sampai akhirnya langit menumpahkan rintik air yang makin lama makin deras.
"Hujan, Sha. Ayo buruan masuk mobil!" Davanka menarik tubuh gadisnya menuju mobilnya yang tak jauh dari sana.
Davanka duduk di balik kemudi sambil mengusak rambutnya yang basah. Sementara itu, Arisha berusaha menutupi dadanya, karena kemeja pinknya ternyata basah dan membuat bayangan di dalamnya.
Mana nggak bawa jaket lagi, pikirnya.
Sementara ia sibuk, menutupi semuanya, ternyata pria di sampingnya sudah sangat begitu dekat pada dirinya. Hingga membuat Arisha salah tingkah dan sedikit panik. Sepertinya wajahnya pun sudah memerah.
"Da-Dava …."
Bersambung….
Eeeeaaaaak wkwkw
Pinisirin yak...
Maaf ya sepertinya aku bakal up tiap malam, karena mulai so sibuk akunya.
Happy Reading 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JGN2 HILANGNYA KIANDRA, CALON ISTRI ABANGNYA ULAH SI DAVA NI...
2023-12-24
1
Lilis Dira
Ada yg ga beres nie.....
2022-01-04
1
Elba17
lgsg ke bab berikut nya biar tau
si Dava mo ngpain itu,,
2021-10-20
0