Kafe First Love adalah kafe tempat Kay dan sahabatnya biasa berkumpul. Mungkin bisa dibilang markas atau apa lah itu. Karena selain tempatnya yang strategis, kafe ini adalah milik Arfan yang merupakan saudara jauh Gilang.
"Kalian kok bisa kesini juga?" Tanya Kay tanpa ekspresi.
"Kenapa gue nggak boleh datang ke kafe sepupu gue?" Balas Gilang.
"Kafe sepupu lo bukan kafe lo. Sombong banget!" Seru Kay kesal dengan tingkah sok kuasa dari Gilang.
"Gue tadi lihat lo belok kesini jadi gue ikut." Jelas Galih jujur.
"Kalau lo sendiri ngapain kesini nggak ngajak kita?" Tanya Gilang.
"Gue mau mendinginkan pikiran. Gue baru saja hampir menabrak mobil."
"Kok bisa?" Tanya Galih dan Gilang bersamaan.
Tak menjawab, Kay hanya menggeleng sambil mengangkat bahu.
"Ck. Ini bukan lo banget sih, Kay. Lo sama jalanan bagaikan jiwa sama raganya. Sejak kapan lo bisa hampir nabrak kendaraan lain di jalanan?" Komentar Galih yang tak percaya.
Sedangkan Gilang hanya diam dengan menggigit bibir bawahnya, sembari mengetukkan jemarinya pada permukaan meja.
Berbicara mengenai pendapat yang baru saja Galih katakan, memang benar, biasanya walau sekencang apapun Kay mengendarai motornya, ia tak pernah sekalipun luput sedikitpun. Jalanan se-mengerikan apapun tak pernah menjadi masalah baginya. Ia tak pernah dikalahkan oleh jalanan. Maka kejadian 'hampir menabrak mobil' adalah merupakan hal yang tak mungkin terjadi bagi seorang Kay menurut Galih. Namun sehebat-hebatnya manusia akan kalah oleh kehendak yang Maha Kuasa, bukan?
Kay melirik sekilas pada Gilang yang menatap lekat pada meja, seolah meja itu merupakan benda yang sangat menarik baginya.
"Kebetulan gue lagi kurang fokus. Ada beberapa hal yang bikin kepala gue hampir pecah." Kata Kay setelah berlangsung keheningan beberapa saat.
"Sejak kapan lo peduli sama hal-hal yang mengganggu pikiran?" Tanya Galih yang seolah memperjelas bagaimana Kay menjadi tak berperasaan beberapa waktu terakhir. Dibarengi munculnya sebuah tawa mengejek setelah menyelesaikan kalimatnya.
Sebenarnya Galih adalah orang yang dingin, persis seperti yang dikatakan siswi-siswi yang mengagumi Galih namun tak berani menyapanya karena takut tak direspon.
Begitupun pada Kaynuna, meskipun agak sedikit lebih hangat namun masih kental sesuai julukannya yang dingin. Bersama Kay dia bisa banyak bicara namun tetap saja menggunakan nada dingin.
Sangat berbeda dengan Gilang yang selalu dengan santainya mengucapkan kata-kata yang ingin diucapkan tanpa disaring terlebih dahulu. Gilang yang selalu banyak bicara dengan berbagai jenis keusilannya. Gilang yang memiliki sejuta cara untuk mengganggu Kay. Namun mengapa kali ini dia hanya diam seribu bahasa?
Iya. Sejak tadi Gilang sama sekali tak bersuara kecuali saat bertanya bersamaan dengan Galih.
"Jujur," Kay menggantungkan kalimatnya.
Merasa penasaran Galih langsung menatap Kay tak sabar. Sedangkan Gilang masih tetap lebih tertarik pada permukaan meja yang hanya berisi dua gelas ice latte dan satu gelas ice espresso. Namun sebenarnya dirinya sempat melirik pada Kay sebentar.
Melihat perbedaan sikap Gilang yang begitu menonjol tentu saja membuat Galih ingin bertanya, namun ia tahan sementara waktu.
"Gimana pendapat kalian tentang gue?" Kay kembali melanjutkan kalimat yang sempat terjeda.
Terkejut sekaligus takut. Itulah alasan Galih dan Gilang tetap diam tanpa menjawab. Mereka ingat betul bagaimana menyeramkannya Kay dua tahun yang lalu. Mereka takut jika mereka salah menjawab maka mereka akan disembelih seperti sapi kurban.
"Gue cuma nanya, bukan mau bunuh kalian!" Sarkas Kay seperti tau apa isi otak kedua sahabatnya.
"Ehem." Galih berusaha menetralkan suaranya.
"Gue nggak akan banyak komentar," kata Galih yang ternyata disela oleh Gilang.
"Gue tau lo nggak nyaman dengan diri lo yang sekarang." Pincing Gilang dengan senyum meremehkan.
"Jadi menurut lo yang bisa menentukan kenyamanan gue itu elo?" Sarkas Kay pada Gilang.
"Menurut lo aja sih!" Balas Gilang tetap tenang.
Melihat bagaimana sikap Kay dan Gilang membuat Galih terpaksa menatap tajam pada Gilang sambil menggerakkan gigi memberi isyarat 'Lo mau mati?'
"Kay, lo nggak harus dengerin omongan Gilang kok."
"Sepertinya dia benar, Gal. Gue nggak seharusnya bikin mereka ketakutan setiap kali mereka lihat gue. Gue benci ditatap dengan tatapan seolah mereka sedang menatap monster. Gue nggak se-mengerikan itu, kan?"
Galih melongo mendengar penuturan Kay.
Jujur saja Galih merasa lega mendengar ucapan Kay. Ada kemungkinan Kay akan berubah. Namun sesuatu mengganjal dipikirkan Galih.
Gilang meraih gelas berisi ice espresso pesanannya dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas.
"Gue cuma seorang manusia yang pengin diakui keberadaannya tanpa menakuti mereka dengan keberadaan gue."
*****
Setelah percakapan di kafe First Love waktu itu, kini perlahan Kay sedikit lebih banyak berinteraksi dengan teman sekelasnya. Tidak bisa langsung berubah drastis seperti sebelum kejadian dua tahun lalu, karena banyak dari mereka yang masih memiliki perasaan takut untuk berdekatan dengan seorang Kaynuna.
Perlahan namun pasti, dua bulan berikutnya Kay kembali masuk dalam tim bela diri dan berhasil membuat pak Bowo selaku pelatih di tim itu merasa gembira. Kay tidak lagi melulu menghabiskan waktu dengan buku, namun air pods ditelinganya masih tetap selalu menempel. Alasannya adalah untuk mencegah suara-suara yang tak diinginkan masuk kedalam gendang telinganya.
Untuk perubahan Kay yang signifikan ini tentu saja harus berterima kasih pada Gilang yang mampu menyelamatkan Kay dari kegelapan hati.
Ternyata seorang Gilang yang terkenal banyak membuat masalah juga bisa berbuat bijak dalam suatu situasi tertentu. Terutama untuk Kaynun.
*****
Siang ini Gilang tidak masuk kelas saat mata pelajaran sejarah. Menurutnya mengingat segudang rumus matematika dan fisika lebih mudah dari pada harus menghafal tanggal-tanggal dalam sejarah.
Kebiasaannya masih belum bisa dihilangkan. Tempat melarikan dirinya masih tetap di ruang UKS.
Kebetulan hari ini adalah kebetulan yang sudah sering terjadi saat Gilang melarikan diri ke UKS, yaitu Sabrina yang bertugas di ruang UKS.
Sabrina adalah salah satu pengagum fanatiknya Gilang yang paling menonjol. Sabrina tak gentar berusaha mendapatkan perhatian khusus dari Gilang seperti seorang yang tak lagi memiliki urat malu. Segala hal gila sudah ia coba lakukan termasuk menyebar foto dirinya sendiri yang penuh tanda merah dilehernya dengan menuding Gilang sebagai pelaku pelecehan terhadap dirinya.
Untuk beberapa saat sekolah gempar akan berita hot tersebut. Namun tentu saja Gilang tak tinggal diam. Tak butuh waktu lama untuk Gilang melenyapkan berita yang mencemarkan nama baiknya itu.
Setelah tahu kebenarannya tentu saja segala macam hujatan bertubi-tubi dilempar pada Sabrina yang dijuluki tak punya otak. Namun hal itu tak membuat Sabrina mundur, melainkan akan menjadi lebih gila dari sebelumnya.
Gilang sudah sangat jengah pada tingkah Sabrina yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Namun Gilang tak bisa keluar dari ruang UKS ini meskipun ada Sabrina disana. Karena hanya ruang UKS lah tempat paling memungkinkan untuk kabur dari kelas. Yang bisa Gilang lakukan saat ini adalah tidak peduli dengan keberadaan Sabrina.
Sabrina diam-diam memperhatikan Gilang yang berbaring diatas kasur dengan satu tangannya ia gunakan sebagai alas kepala.
Perlahan Sabrina mendekati Gilang dengan senyum licik terlukis di bibirnya.
Duduk ditepi kasur, Sabrina membelai pipi Gilang yang begitu menggoda menurutnya.
Gilang yang tidak benar-benar tidur, dia bangkit dan berbalik menekan Sabrina diatas kasur. Gilang sama sekali tak menyangka beberapa kancing teratas seragam Sabrina terbuka, memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Sebagai lelaki normal tentu saja pemandangan tersebut dapat membuatnya kehilangan akal sehat.
Gilang memejamkan mata kuat dan menghembuskan nafas dengan kasar.
"Gue tahu lo akan menyukai ini. Eat me, babe."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Elbi
kapan up nih thor
2020-12-03
0
ՏհҽɾӀվɑ Տɑɾí༄᭄
yg mergoki risha nyanyi di ruang musik bukan nya ardit thor. kok itu arfan
2019-08-16
3
senja
Ardan yg gombalin, Ardit yg ulum senyum?jd dia tau?
2019-08-12
2