"Kay temenin gue ke kantin dong." Kata Gilang yang baru saja datang. Gilang meletakkan tasnya di kursi sebelah Galih, kemudian menghampiri Kay yang tempat duduknya satu baris lebih depan daripada bangku Galih dan Gilang.
"Ngapain?" Tanya Kay cuek. Dia tetap fokus membaca buku ditangannya.
"Makan. Gue belum sarapan." Gilang mengusap-usap perutnya sebagai isyarat.
"Kenapa nggak sarapan dirumah aja?"
"Bosan sama makanan dirumah." Celetuk Gilang membuat Kay memutar bola matanya jengah.
"Suka banget ngerepotin orang lo!" Ketus Kay.
"Temenin ya ya ya." Gilang menunjukkan puppy eyes nya.
Biasanya Kay tidak pernah bisa menolak jika puppy eyes itu sudah dikeluarkan. Namun kali ini untuk pertama kalinya Kay memberikan respon yang berbeda dari biasanya.
"Sama Riani aja deh, gue sibuk! Ri, temenin Gilang ke kantin gih." Tunjuk Kay pada teman sebangkunya.
Yang ditunjuk ikut menunjuk pada dirinya sendiri. "Gue?" Tanya Riani.
"Nggak!" Tolak Gilang cepat.
Riani memasang muka menantang pada Gilang. "Jangan terlalu percaya diri! Gue juga ogah nemenin lo."
"Ngerepotin! Biar gue aja yang temenin lo!" Galih menarik Gilang begitu saja sampai Gilang terhenyak beberapa kali karena tarikan Galih membuat langkah Gilang sedikit tak seimbang.
Melihat kepergian kedua sahabatnya Kay hanya bisa menggeleng dan memijat pelipisnya.
"Gue nggak ngerti sama mereka berdua." Ujar Kay.
"Apalagi gue?" Timpal Riani dan kemudian meninggalkan Kay yang masih sibuk dengan bukunya.
Dari sekian banyak teman yang pernah duduk sebangku dengan Kay, Riani lah yang bisa dikatakan paling betah.
Kay gadis yang cuek. Dia hanya fokus pada urusannya sendiri, tidak pernah ikut campur urusan orang lain apalagi bergosip. Bergosip sama sekali bukan dirinya.
Kay sangat suka membaca buku, tapi tidak bisa dikatakan sebagai kutu buku. Buku yang dia baca kisaran novel dan komik. Entah berapa banyak stok buku yang dia miliki sehingga tak pernah ada habisnya walau waktunya selalu dihabiskan untuk membaca.
Perihal bagaimana seorang Kay bisa masuk dalam persahabatan Galih dan Gilang itu akibat keusilan dari Gilang. Gilang selalu menggangu Kay sejak awal semester pertama mereka berada di SMA PANDAWA. Tentu saja Kay merasa terganggu dan jengah pada kelakuan Gilang yang terus menggodanya. Namun bersama Gilang, Kay jadi bisa kenal lebih dekat dengan Galih sang ketua kelas. Pasalnya Galih selalu menjadi penengah antara Gilang dan Kay. Sejak dari itu pulalah ketiganya bisa dikatakan bersahabat.
Awalnya banyak yang merasa iri dengan kedekatan Kay dengan Galih. Siapa sih yang tak terpesona dengan Galih yang tampan, pintar, tegas, dan disiplin. Kalau saja dia tidak bersikap dingin pada semua orang, mungkin akan banyak cewek-cewek yang berebut mendekatinya.
Bagi Kay menjadi sahabat Galih adalah sebuah keberuntungan sekaligus sebuah petaka.
Bagaimana bukan petaka kalau teror-teror datang bertubi-tubi padanya. Lokernya selalu berisi barang-barang yang mengerikan seperti potongan jari imitasi lengkap dengan darahnya. Seragam olah raga yang tidak lagi berbentuk. Buku-bukunya yang banyak tertulis kalimat caci maki. Jebakan yang di pasang di pintu toilet dan membuat Kay terguyur air. Sampai permen karet yang dipasang di bangkunya dan berhasil membuat rok Kay robek waktu itu.
Semua perlakuan tak mengenakkan itu datang dari mereka yang iri pada kedekatan Kay dengan Galih. Pasalnya bukan hanya populer di kelasnya, Galih merupakan salah satu most wanted-nya SMA PANDAWA. Dan most wanted yang lain adalah Gilang.
Bisa dibayangkan bagaimana irinya mereka pada kedekatan Kay dan dua most wanted Gilang dan Galih.
Meskipun Kay terlihat serasi dan enak dipandang ketika bersama Galih dan Gilang, namun banyak hati yang penuh kecemburuan tidak bisa berpikir logis dan akhirnya mengirim teror-teror itu bahkan sampai ke kediaman Kay.
Suatu hari Kay mendapati sebuah kotak besar didepan pintu rumahnya. Setelah dibuka kotak itu berisi beberapa bangkai ayam dengan darah berlumuran. Bangkai itu sangat berbau busuk. Ditambah secarik kertas yang tertulis 'kalau masih belum sadar maka nasib lo akan sama kayak ayam ini'
Tentu saja Kay adalah orag yang cuek, namun apakah orang yang biasanya cuek tidak akan bisa marah?
Suatu pagi Kay datang ke sekolah pagi buta dengan amarah menggebu terpancar dari sorot matanya. Dia masuk ke setiap kelas dan menulis di masing-masing white board disana.
'yang masih nggak punya otak silakan datang ke gue langsung!'
Kaynuna.
Tulisan itu sengaja dibuat super besar agar semua mata dapat membaca dengan jelas.
Selama satu hari itu, tatapan Kay terlihat sangat mengerikan. Tak ada yang pernah menyangka bahwa Kay memiliki sisi menyeramkan seperti ini.
Mereka yang selalu sengaja mengeraskan suara bergosipnya ketika Kay datang, kini hanya bisa diam seribu bahasa. Mereka yang selalu memandang dengan sebelah mata terhadap Kay, kini hanya bisa menundukkan pandangannya.
Satu kata yang begitu cepat tersebar di seluruh penjuru sekolah adalah 'siapa pun yang masih berani ngirim sampah ke gue, maka dia akan hancur!'
Dari mulut ke mulut kalimat itu tersebar begitu cepat, seolah melebihi kecepatan cahaya. Mendengarnya dari mulut orang lain saja masih bisa merasakan hawa membunuh dari kalimat Kay, apalagi jika mendengar langsung dari mulutnya, mungkin mereka akan mati berdiri karena ketakutan.
Setelah itu, pagi berikutnya semua benda sampah telah hilang dari penglihatan Kay. Semua kalimat sampah telah ditelan dalam-dalam. Mulai saat itu, Kay tidak pernah dianggap rendah. Siapa yang masih berani berbuat masalah dengannya, maka dia tak akan berbelas kasih.
Apalagi selama teror-teror itu berlangsung Kay memilih masuk dalam tim bela diri untuk menyalurkan emosinya dengan sesuatu yang bermanfaat. Semua orang jadi semakin yakin bahwa Kay bisa jadi tidak berperikemanusiaan apabila mereka masih mencari masalah. Maka sejak saat itu tak ada lagi yang bergosip dan mencela kedekatannya dengan Galih dan Gilang. Dan sejak saat itu pula Kay disebut sebagai salah satu most wanted sama sepeti Galih dan Gilang.
Dan sejak saat itu pula Kay menjadi jauh lebih tak banyak bicara. Dia hanya menghabiskan waktunya dengan buku-bukunya. Dan air pods yang selalu terpasang ditelinganya adalah untuk mencegah semua kata-kata buruk agar tidak masuk kedalam pendengarannya. Seperti yang diketahui Galih, air pods itu sama sekali tak bersuara.
*****
Guru matematika telah masuk kedalam kelas beberapa saat lalu. Kini ketua kelas sedang mengumpulkan buku-buku tugas untuk diserahkan pada Bu Kokom.
Entah kenapa setiap Bu Kokom masuk suasana kelas menjadi hening dan mencekam. Tidak tau siapa yang salah. Bu Kokom atau matematika? Namun kentara sekali ketakutan dari wajah-wajah penghuni kelas ini.
Mungkin banyak yang tidak menyukai pelajaran matematika, apalagi ditambah Bu Kokom yang sangat killer dalam mengajar. Wajar saja mereka akan ketakutan. Namun berbeda dengan mereka kebanyakan. Kay malah sangat menyukai cara mengajar Bu Kokom dan dia menyuki matematika.
"Tugas lo belum ditumpuk." Kata Galih pada Gilang.
"Santai, bro. Anak pintar nggak pernah khawatir soal tugas." Seloroh Gilang sangat tenang.
"Jadi?" Galih menyadongkan tangannya meminta buku Gilang, namun Gilang malah mengangkat tangan pada Bu Kokom.
"Maaf Bu, boleh saya pinjam soal nya? Saya akan mengerjakan tugas itu sekarang." Seru Gilang.
"Itu tugas rumah. Kenapa baru akan mengerjakan sekarang?" Kata Bu Kokom lantang.
"Saya sudah mengerjakan Bu, tapi bukunya buat bobo kucing, terus bukunya dikencingi kucing itu. Ibu mau saya tumpuk buku yang bau kencing kucing?" Suasana dalam kelas tiba-tiba riuh akibat pernyataan Gilang yang menurut mereka tak masuk akal namun menghibur.
"Siapa yang suruh kalian ribut?" Seru Bu Kokom. Seketika kelas kembali hening.
"Jadi kamu mau mengerjakan tugas sekarang, Gilang?"
"Iya Bu, mau."
"Kalau begitu silakan ambil sapu dan bersihkan halaman belakang sekolah, sekarang!"
"Kok? Itu kan tugasnya mang Ujang, Bu."
"Kalau gitu ditambah bersihkan toilet."
"Bu, bisa kurangi hukumannya nggak Bu?" Gilang mencoba bernegosiasi. Bu Kokom mendekik. Dan sebelum hukumannya ditambah lagi, Gilang lebih dulu berlari keluar kelas.
"Baik saya sapu halaman belakang sekarang." Seru Gilang sebelum keluar dari pintu kelas.
Kay kembali memijat pelipisnya. Apa sih yang dilakukan sahabatnya itu?
Sebenarnya Gilang tergolong orang pintar. Hanya saja dia sering bermalas-malasan. Dia diberi hukuman bukan karena dia bodoh, tapi karena dia malas. Boro-boro mengerjakan tugas, bisa masuk kelas saja sudah sebuah keberuntungan. Biasanya dia lebih memilih berbaring di UKS daripada harus masuk kelas yang menurutnya membosankan.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
senja
Ka, itu typo gak ucapan Dinda? "ternyata beginilah cinta terbalas"
2019-08-12
3