Sang Dewa Kematian

Sang Dewa Kematian

Dilema Zhang Chen

Jauh di sebelah selatan kekaisaran Ming, terdapat sebuah desa terpencil yang bernama desa Chang'an yang terletak di pinggir hutan kegelapan.

di sana terdapat seorang anak kecil berusia 10 tahun yang sangat tampan dengan kulit yang halus, terlihat anak itu tengah berada di pinggiran desa sambil duduk di atas batu besar dan memainkan sebuah seruling bambu dengan sangat indah, siapapun yang mendengar alunan seruling tersebut di pastikan tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum bahagia, di pagi hari yang cerah dengan hembusan angin spoi-spoi, daun yang melambai-lambai seolah olah menari mengiringi alunan seruling indah anak tersebut.

''Ahhhh.. pagi yang cerah, sebentar lagi kakek akan datang, lalu aku akan menemani kakek berburu di hutan.'' gumamnya dengan suara mungil sambil turun dari batu besar tempat ia duduk, dan menyelipkan kembali seruling tersebut pada pinggangnya.

bersamaan dengan itu seorang pria paruh baya dengan rambut dan janggut panjang yang sudah memutih, sambil membawa sebilah pedang di pinggangnya datang menghampiri anak tersebut sambil tersenyum, pria paruh baya itu tidak lain adalah kakek Zhang Chen.

''kau terlihat bersemangat chen'er'' ucap kakek tersebut yang bernama Zhang moi.

''kakek benar, ayo kita berangkat.'' ucap Zhang Chen dengan suara imutnya.

''Baiklah, mau kakek gendong?'' kata sang kakek sambil mengusap-usap kepala Zhang Chen kecil.

''tidak!'' ucapnya tegas sambil menggelengkan kepalanya,''aku sudah bukan anak kecil lagi kakek''

''hhh.. yasudah ayo kita jalan'' kata kakek moi sambil terkekeh ringan

setelah itu Zhang Chen dan kakek moi memasuki bagian luar hutan kegelapan untuk berburu, dan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka setelah mendapatkan hewan buruan Zhang Chen dan kakek moi membagikan hasil buruannya kepada penduduk desa agar semua dapat merasakan daging hewan spiritual, tapi untungnya kakek moi memiliki sebuah resep agar daging hewan spiritual dapat di konsumsi orang-orang yang tidak berkultivasi, di desa tersebut hanya kakek Zhang moi yang merupakan seorang kultivator.

...~...

Klan Zhang adalah klan kuno yang sudah berdiri sejak puluhan ribu tahun dan juga termasuk dalam klan kuno terkuat, tetapi itu semua tidak berlangsung lama karena 8 tahun yang lalu, terdapat seorang penghianat Zhang guo bersama para pengikutnya yang ingin menguasai warisan para leluhur klan sehingga membuat para penghianat tersebut berkomplot dengan sekelompok organisasi misterius, dengan imbalan yang telah mereka sepakati.

saat klan Zhang di serang oleh sekelompok organisasi misterius, para pemberontak itu menangkap seluruh anggota keluarga Zhang dan memberikan sebuah pilihan yaitu , hidup atau mati, jika memilih untuk hidup mereka semua harus tunduk di bawah perintah Zhang guo, dan jika memilih mati, kultivasi mereka akan di hancurkan lalu di kirim ke penjara bawah tanah dan di biarkan kelaparan agar mereka semua mati dengan mengenaskan.

sebagian besar anggota keluarga Zhang memilih untuk melawan, daripada harus menyerah dan tunduk di bawah seorang penghianat, lalu sebagian lagi memilih untuk bergabung bersama Zhang guo, karena mereka takut untuk mati dan mensia-siakan hidup mereka di penjara bawah tanah.

saat itu juga, Zhang zhu ayah dari Zhang Chen, dan lu xuan Yun, ibu dari Zhang Chen serta kakek moi dan para tetua keluarga bertarung mati-matian untuk melakukan perlawanan dan mencoba mencari cara agar dapat melarikan diri dari klan, akibat bertarung sambil menggendong Zhang Chen kecil dan berusaha untuk melindunginya, lu xuan Yun harus terkena tebasan di punggungnya sehingga membuatnya sekarat dan mengalami luka berat, sementara itu Zhang zhu dan kakek moi melakukan segala cara agar dapat membuka jalan untuk lu xuan Yun membawa Zhang Chen kecil melarikan diri, namun saat mereka berhasil menemukan cara, lu xuan Yun malah meminta kakek moi membawa Zhang Chen kecil melarikan diri dan menyerahkan sebuah cincin kepada kakek moi, saat itu juga lu xuan Yun untuk terakhir kalinya mencium kening anaknya sambil meneteskan air mata di pipinya.

awalnya kakek moi tidak ingin melakukannya namun, saat anak dan menantunya itu memohon padanya, ia tidak punya pilihan lain selain membawa Zhang Chen pergi, berat rasanya meninggalkan mereka begitu saja, namun ia juga memikirkan kondisi cucunya itu yang baru berusia 2 tahun dan masih memiliki masa depan panjang.

tanpa berkata apapun sambil berusaha untuk tetap tegar kakek moi melesat pergi meninggalkan mereka berdua, sedangkan Zhang zhu dan lu xuan Yun berusaha mati Matian untuk menghalangi para pemberontak dan para anggota organisasi misterius untuk memberi sedikit waktu pada kakek moi agar melarikan diri.

setelah berhari hari berlalu, Kakek moi terus berlari menjauh dari klan Zhang, pakaian yang berlumuran darah dan tidak perduli dengan luka yang ada di sekujur tubuhnya, ia terus berlari dan berlari menjauh dari klan Zhang, selama beberapa Minggu berlari tanpa henti dan merasa sudah sangat jauh dari klan Zhang, akhirnya kakek Zhang moi memutuskan untuk beristirahat.

saat itu kakek Zhang moi merasa sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri, untungnya beberapa orang datang menghampirinya untuk memberikan bantuan kepadanya, lalu membawanya pergi ke desa terpencil tempat ia tinggal sekarang untuk di obati, setelah cukup lama tinggal di desa tersebut dan merasa nyaman, kakek Zhang moi memutuskan untuk menetap di desa itu untuk dan memulai hidup baru sebagai orang biasa bersama Zhang Chen kecil.

kembali ke Zhang Chen dan kakek moi yg sedang berburu hewan, merasa buruannya sudah cukup dan hari juga mulai gelap, kakek moi dan Zhang Chen memutuskan untuk kembali ke desa.

''Chen'er sebaiknya kita kembali ke desa sebelum larut.'' ucap kakek moi sambil mengendong babi hutan sepanjang 2 meter dan lebar 1 meter di atas pundaknya.

''Baik kek.. lagi pula itu lebih dari cukup untuk di bagikan pada penduduk desa.'' ucapnya sambil mengangguk.

setelah berjalan beberapa langkah dari tempatnya berdiri, Zhang Chen merasa ada sesuatu yang menariknya untuk masuk lebih dalam, ia seperti merasakan ada sesuatu yang sangat familiar namun ia tidak mengetahuinya, ia juga tidak berani untuk masuk lebih dalam, karena dia pernah mendengar dari orang orang bahwa tidak ada orang yg selamat setelah memasuki bagian dalam hutan, karena hutan kegelapan terdapat sesosok makhluk iblis yg sangat mengerikan. entah itu benar atau tidak, karena tidak ingin mendapat resiko, Zhang Chen hanya mengabaikanny lalu kembali menyusul kakeknya yang telah berjalan lebih dulu, beberapa saat kemudian mereka sampai di desa tempat ia tinggal, di desa terdapat orang-orang desa yg sedang beraktivitas seperti desa desa pada umumnya.

''Chen'er kemari bantu kakek memotong daging untuk di bagikan pada penduduk desa..''ucap kakek moi sambil memotong paha babi tersebut.

''Baik kek..'' jawabnya sambil mengangguk lalu berjalan menghampiri kakek moi.

setelah membagikan daging tersebut Zhang Chen pergi untuk membersihkan diri, dan kakek moi pergi menyiapkan makanan untuk mereka berdua.

sebenarnya Zhang Chen berbeda dan memiliki kecerdasan luar biasa, dengan pemikiran cerdas seperti orang dewasa, Zhang Chen tidak seperti anak-anak pada umumnya yg hanya bermain dan bermain, ia lebih suka ketenangan karna menurutnya tidak ada suasana yang nyaman selain ketenangan.

...~...

langit menjadi semakin gelap matahari mulai terbenam dan tergantikan oleh sinar rembulan yang memancarkan suasana sayu dengan bintang-bintang yang bersinar menghiasi indahnya malam.

di dalam kediaman, Zhang Chen dan kakek moi mulai makan malam bersama dengan tenang, setelah selesai makan malam, Zhang Chen pergi keluar rumah dan duduk di atas batu besar sambil memandang ke langit melihat sinar rembulan yg di hiasi indahnya bintang.

''Sungguh malam yang tenang..'' ucap Zhang Chen sambil menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya perlahan.

karena merasa ada yang kurang dari suasana malam itu, Zhang Chen kemudian meraih seruling yang ia selipkan di pinggangnya kemudian memainkan seruling tersebut dengan sangat indah, membuat suasana tenang dan nyaman, nada yang terdengar lembut meresap kedalam hati, nada yang memiliki perasaan, sangat nikmat untuk di nikmati, namun itu semua hanya bersifat sementara, perasaan yang tenang kini di gantikan dengan teriakan warga desa yang menjerit kesakitan dan minta pertolongan.

''Ha ha ha.. bunuh semua penduduk desa, ambil semua barang berharga yang ada, dan jangan lupa tangkap para gadis untuk menemani kita malam ini ha ha ha..'' teriak pemimpin perampok tersebut sambil mendekap seorang anak gadis.

mendengar teriakan warga desa, Zhang Chen lalu menghentikan permainan serulingnya, saat ia melihat sebagian rumah penduduk terbakar dan teriakan warga desa di mana mana, ia terlihat sangat panik, gelisah dan juga khawatir.

tanpa pikir panjang Zhang Chen lari kedalam rumah untuk menemui kakeknya dan mengajaknya pergi meninggalkan desa, namun belum sempat ia kembali untuk pergi menemui kakeknya, sepuluh pria berjubah hitam menghalangi langkahnya.

''Ha ha ha aku sangat senang membunuh anak yang tampan.'' teriak salah satu anggota dari sekelompok orang tersebut.

Zhang Chen nampak pucat dan tubuhnya gemetar ketakutan saat melihat pedang yang di ayunkan ke arahnya, seketika kakinya lemas dan terjatuh ketanah ia pun mulai menutup mata hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, namun belum sempat pedang itu mengenainya, sebilah pedang di ayunkan ke atas untuk menahan serangan tersebut.

Zhang Chen yg dari tadi menutup matanya terlihat bingung kenapa tidak terjadi apa apa padanya, saat ia membuka mata terlihat seorang pria paruh baya yg di kenalinya membawa sebilah pedang berdiri dengan gagah di hadapannya.

''Chen'er pergilah dari sini, lari sejauh mungkin, kakek akan coba menghalangi mereka untuk tidak mengejar mu''. ucap sang kakek membuyarkan lamunannya.

Zhang Chen yang mendengar ucapan kakeknya terlihat air mata yang berlinang sampai membasahi pipinya.

''tidak!! aku tidak akan meninggalkan kakek, aku tidak ingin kehilangan kakek, aku sudah kehilangan ayah dan ibu, aku tidak ingin kehilangan kakek''.

teriak Zhang Chen yang tampak pucat dengan tubuh gemetaran.

Kakek moi yang mendengar itu hanya tersenyum pahit sambil memejamkan matanya.

''Chen'er, mungkin ini ke inginan terakhir kakek, tetaplah hidup, jalani apapun itu, rasa sakit akan membuatmu menjadi semakin mengerti tentang apa tujuan manusia di lahirkan, sesulit apapun itu, seberat apapun itu, yakinlah pantang menyerah adalah kuncinya.'' ucapnya sambil mlempar cincin hitam berbentuk seekor naga pada Zhang chen dengan senyum tipis terlihat di wajah tuanya

''pergilah dan jadilah orang kuat, kakek sudah merasa bangga mempunyai cucu sepertimu.'' teriaknya kepada Zhang Chen sambil bersiap dengan posisi menyerang.

setelah menyelesaikan kalimatnya kakek moi langsung melesat kearah bandit-bandit itu,

melihat kakek nya yang bersungguh-sungguh ingin ia tetap hidup, dengan tekad yang kuat ia langsung berdiri dan berlari secepat mungkin sambil mengepalkan tangannya, tanpa ia sadari air mata menetes dari sudut matanya, ia akan mengingat semuanya dan berjanji untuk menjadi kuat agar bisa melindungi orang orang yang ia sayangi.

melihat Zhang Chen melarikan diri kesepuluh perampok itupun memecah menjadi dua kelompok.

''Kalian berlima kejar anak kecil itu jangan biarkan dia kabur.'' teriak pemimpin perampok sambil menunjuk ke arah Zhang Chen, melihat ke 5 perampok itu mengejar Zhang chen, kakek moi ingin menghentikannya namun ia di halangi oleh perampok lainnya.

Kakek moi yang sudah sangat marah langsung melesat dengan pedangnya menyerang para perampok itu, walalupun tidak bisa mengimbangi kekuatan para perampok tersebut, kakek moi tetap berusaha mati Matian, dengan luka di sekujur tubuhnya ia mulai tak sanggup lagi untuk bertarung, dia juga sudah siap jika ia harus mati saat ini.

melihat musuhnya mulai terpojok dan tak sanggup lagi untuk melawan, pimpinan perampok itu kemudian melesat ke arah kakek moi dan menebas kepalanya, melihat serangan itu kakek moi hanya tersenyum dan bergumam ''semoga kau baik baik saja nak'' setelah mengucapkan kata itu darah segar membasahi tubuhnya lalu membuatnya roboh ke tanah.

slashh.. buuk..

''Ha ha ha..dasar tua Bangka.'' ucap sang perampok sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

di tempat lain Zhang Chen mulai berlari memasuki hutan kegelapan. tanpa pikir panjang Zhang Chen langsung menerobos memasuki pedalaman hutan. para perampok yg melihat itu hanya diam dan tidak ingin mengejar lagi, karna mereka semua tau jika hutan kegelapan adalah hutan yg mengerikan, karena tidak ingin mengambil resiko akhirnya semua orang berhenti kenudian saling pandang sambil menganggukkan kepalanya, seolah olah sudah menempatkan pemikiran yang sama, mereka kemudian berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.

di tengah hutan yang lebat dengan suasana mencekam, Zhang Chen sudah tidak memperdulikan lagi keadaan di sekitarnya, ia sangat ketakutan tanpa sadar ada sesuatu yang tengah mengintainya. saat Zhang Chen mulai lelah, dan terduduk lesu, tiba tiba 3 ekor siluman serigala telah menerkamnya dari belakang.

''Ahhhhhhhh....'' teriak Zhang Chen kesakitan.

Zhang Chen langsung tersungkur dan menabrak pohon di depannya, saat melihat kawanan serigala di depannya ia terlihat sangat pucat, mencoba menenangkan diri sambil mencari cara agar bisa kabur dari kawanan serigala.

''Gerrr.. Gerrr..'' raungan serigala terdengar sambil meneteskan air liur dari mulutnya

melihat serigala yang mulai berjalan menghampirinya tanpa pikir panjang Zhang Chen bangkit lalu kembali melarikan diri sekuat tenaga, sudah berjam-jam Zhang Chen melarikan diri, sampai ia tak sanggup lagi dan merasa kesal karena di depannya juga ada jurang yang sangat dalam, saat melihat ke belakang ia menjadi semakin panik ketika melihat kawanan serigala itu semakin mendekat, Zhang Chen nampak dilema karna maju mati, mundur mati, Diam pun mati.

'' Sialll.. tidak ada jalan lain, Ayah..Ibu..aku merindukan kalian, mungkin sebentar lagi kita akan di pertemukan kembali, dan kakek maaf, mungkin aku akan pergi bersamamu.'' gumamnya sambil tersenyum menghadap ke langit kemudian memejamkan matanya.

saat serigala mulai melesat ke arahnya tanpa pikir panjang Zhang Chen langsung lompat ke jurang sambil menjulurkan jari tengahnya🖕 ke kawanan serigala sambil tertawa lantang, Zhang Chen mulai menutup mata dengan pasrah akan apa yg akan menimpanya hari ini dan sudah mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang sangat, sangat, sangat adil ini, serigala tersebut mngonggong dengan keras merasa sangat kesal, karena di permainkan oleh bocah yang masih berbau ingus itu.

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

terus

2024-07-02

0

Dita Aprianti

Dita Aprianti

upupup

2022-10-25

0

Ibad Moulay

Ibad Moulay

Tetaplah hidup dan menjadi kuat👍

2022-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!