Setelah mempersingkat perjalanan dengan melewati hutan, akhirnya mereka kembali ke rute biasa.
“Lihat, Ruton sudah dekat!” kata Harunio sambil melanjutkan perjalanan.
“Hebat! Dengan begini kita bisa sampai tepat waktu, kan?” Kata Miho.
“Haha, tentu saja!” Kata Harunio.
“Aku lupa menanyakan ini, kenapa kau memilih untuk berjalan? Padahal kau bisa terbang.” tanya Miho.
“Huh? Hhmm ... mungkin karena aku ingin membantumu?” kata Harunio.
“B-begitu, ya. Ngomong-ngomong Extensimu adalah sepasang sayapberwarna hitam, apakah kau dari Klan Yoruhane?” tanya Miho.
“Aku sendiri juga tidak tahu, meskipun aku memiliki Extensi ini tetapi aku bukan berasal dari Darko Tera.” Kata Harunio.
“E-eh ...? Aku baru tahu jika ada Emylier yang memiliki sayapberwarna hitam selain Yoruhane.” Kata Miho.
“Sebenarnya aku juga tidak keberatan jika disebut Yoruhane, lalu bagaimana dengan Emylier dari Klan Shiroku?” tanya Harunio.
“Kami hanya Emylier biasa dengan Extensi Nenbi, kami tinggal di lembah yang berada di balik pegunungan Albaster sehingga Ekor kami memiliki bulu yang tebal untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dingin.” Kata Miho.
“S-seberapa sebal bulunya?!” Harunio terlihat penasaran.
“Y-ya aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya ...” Miho sedikit bingung dengan pertanyaan Harunio.
“K-kalau begitu ... B-bolehkah aku melihat –”
“Hahaha! Ya ampun, dia benar-benar tidak bisa menahan diri!” tiba-tiba seorang pria muncul bersama kelompoknya.
Miho merasa malu karena Harunio ingin melihat sesuatu darinya.
“...! Mi-Miho jangan salah paham ...! A-aku hanya ingin melihat seperti apa Extensimu saja! Aku sangat jarang bertemu dengan Emylier Nenbi atau Hanbi ...! Karena itu aku penasaran dengan Extensimu!” Harunio menahan rasa malunya.
“...! J-jika kau hanya ingin melihat Ekorku ... a-aku rasa tidak apa-apa ...” Miho juga menahan rasa malunya.
“Hei, hei, itu bukan tindakan yang pantas dilakukan oleh anak-anak seperti kalian!” kata pria itu.
“Kalian membuatnya semakin aneh!! Selain itu, siapa kalian semua?!” Harunio sedikit curiga dengan mereka.
“Kami? Kami hanya sekelompok pengembara miskin yang kebetulan lewat. Bolehkah kami meminta sedikit uang
dan makanan? Kami benar-benar lapar.” Kata pria itu.
“B-begitu ya! Harunio kita harus memberikan mereka makanan, kasihan mereka.” Kata Miho.
“Miho, sudah berapa kali kau mendapat misi di wilayah Netral?” tanya Harunio.
“Umm ... belum pernah.” Kata Miho.
“Kau harus berhati-hati, wilayah Netral adalah wilayah bebas dimana kasus kejahatan sering terjadi. Kali ini kau cukup ikuti instruksiku, mengerti?” kata Harunio.
“T-tapi bagaimana jika mereka mengatakan yang sebenarnya?” tanya Miho.
“Sudahlah, percayalah padaku. Maaf! Kami juga tidak punya uang seperti kalian.” Kata Harunio.
“Kalian Emylier dari Conqueron kan? Seharusnya kalian memiliki semacam kartu untuk menyimpan uang kalian.” Kata pria itu.
“...! Maaf, kami sedang buru-buru. Tolong jangan halangi kami.” Kata Harunio.
“Maaf, kami juga butuh sesuatu dari kalian!” lalu mereka mempersiapkan senjata masing-masing.
“...! S-siapa mereka ...?!” Miho takut karena baru pertama kali bertemu dengan perampok saat menjalankan misi.
“Sudah aku duga, biar aku ingatkan sekali lagi. Tempat ini adalah wilayah Netral, aku tidak akan menahan diri. Peringatan terakhir, jangan halangi kami!” Harunio mengancam mereka.
“Maju! Lakukan seperti biasa!” pemimpin perampok memberi perintah.
“Miho! Beriaplah untuk bertarung!” Harunio langsung membuat senjata berbentuk pedang dari Shardnya.
Namun Miho terlalu panik dan tidak mendengarkan perintah Harunio.
“Miho! Hei, Miho!” Harunio terus meneriakkan namanya.
Para perampok itu menggunakan bom asap sehingga mengurangi jarak pandang Harunio dan melancarkan
serangan secara bergantian di dalam kabut asap.
“Sial ...! Dasar pengecut! Keluar kalian!!” Harunio mulai kesal.
“Hmph! Kami tidak sebodoh yang kau kira!” Kata pemimpin perampok.
“A-ada apa ini ..?!” Miho tidak bisa melihat apapun.
Di saat pandangan merekaterganggu, para perampok menyerang Miho dengan racun yang membuatnya melemah.
“...! E-eh ...? Ada apa ini …” perlahan-lahan kesadaran Miho mulai menghilang.
Perlahan-lahan asap itu menghilang.
“Kugh ...! Sial ...! Ini tidak bagus ...!” Harunio langsung mengejar perampok yang menculik Miho.
“Tidak akan kami biarkan!” beberapa perampok menghalangi Harunio.
“Minggir!” Harunio menyerang mereka dengan penuh amarah.
Harunio terpaksa melawan para perampok itu terlebih dahulu.
“Heh! Dia memang kuat, tetapi serangannya payah!” kata seorang Emylier laki-laki dari jauh.
“Ini memang mendadak, tetapi kita tidak bisa membiarkan gadis itu diculik.” Kata Emylier perempuan yang bersamanya.
“Baiklah! Aku akan mengalahkan mereka dengansekali serangan!” kata Emylier perempuan lain.
Lalu ketiga Emylier itu mengejar para perampok yang membawa Miho.
- - -
“I-ini ... dimana ...? Apa yang terjadi ...?” kata Miho dengan lemah.
Racun yang digunakan oleh perampok itutidak bertahan lama jika digunakan pada Emylier.
“Sial …! Seharusnya dosisnya ditingkatkan agar lebih efektif untuk melawan Emylier.” Kata pemimpin perampok.
Miho terbaring dibawah pohon dengan kondisi tangan dan kaki yang terikat.
“...! Apa yang –?! Lepaskan aku!” kata Miho.
“Jadi, apakita akan mulai memeriksanya?” tanya salah satu perampok.
“...! Jangan membuatku berfikiran aneh!” kata perampok lain.
“A-apa yang akan kalian lakukan ...?!” Miho mulai takut karena ia tidak bisa melawan.
“Bukannya tidak setuju, tetapi ... melakukannya kepada seorang gadis, apalagi dia masih remaja ... bagiku itu sedikit … umm ...” perampok tersebut lebih peduli dengan korbannya.
“Dasar bodoh! Kau masih menyebut dirimu perampok jika seperti itu?!” kata perampok lain.
“Sudah cukup! Lakukan!” kata pemimpin perampok.
“Ti-tidak ...! Jangan mendekat ...! Aku mohon ...!” Miho semakin takut.
“Nngaaaahh!! Maaf, aku bisa!” kata perampok itu.
“K-kalau begitu biar aku saja!” kata perampok lain.
“Baiklah kalau begitu, lakukan!” kata pemimpin perampok.
“Dengan senang hati!!” perampok itu termakan nafsunya.
“Tidak ...! Aku mohon jangan ...!” Miho hanya bisa memohon sambil menangis.
“SUDAH CUKUP!!” kata seorang laki-laki.
“...! Siapa itu?!” kata pemimpin perampok.
“Dasar bodoh! Kau membuat kita ketahuan!” kata seorang perempuan.
“Itu benar! Dasar ceroboh!” kata perempuan lain.
“Siapa kalian?! Cepat keluar!” kata perampok tersebut.
Lalu mereka bertiga keluar karena sudah ketahuan.
“Dasar Blues bodoh!” kata Phinyx.
“Maaf, maaf ...! Aku hanya tidak tahan melihatnya!” kata Blues.
“Sudahlah Phinyx, fokuslah pada musuh didepanmu!” kata Finyx.
“Bala bantuan, ya?” pemimpin perampok itu memberikan racun pada Miho lagi.
"...!" Miho mencoba menahan rasa sakitnya.
“Lupakan gadis itu! Kita pergi dari sini!” kata pemimpin perampok.
Tiba-tiba sebuah ledakan terjadi.
“Sialan ...!” seseorang berjalan keluar dari balik ledakan, “Kembalikan Miho ...!” kata Harunio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Anyle Tiwa
nice
2020-08-21
0
Dian Safitri
Lanjut
2020-07-13
0
KRISFFTRII
bagus
2020-06-04
0