Perjalanan Cinta
Namaku Aris Darmawan aku anak kedua dari dua bersaudara. Berkulit putih tinggi 170cm banyak yang bilang aku ganteng, apalagi kalau aku tersenyum memperlihatkan gigi gingsulku. Tapi setelah ayahku meninggal tepat saat aku lulus SMK aku seperti kehilangan arah. Hampir setiap malam bersama sahabatku Rendy Prayoga, kita selalu nongkrong dipelabuhan kota untuk memalak orang yang sedang pacaran menuju dermaga. Setelahnya uang dari hasil memalak kita pakai membeli minuman keras untuk bersenang senang.
seperti biasa Aris dan Rendy menghitung hasil memalak untuk malam ini.
"Hari ini kita mau minum apa kawan?" tanya Aris dengan semangat.
"Anggur merah," jelas Rendy sambil terkekeh.
"Hasil hari ini lumayan bro bisa buat beli anggur merah lima botol," balas Aris.
Mereka mulai mabuk disebuah dermaga sampai tidak sadarkan diri sampai pagi. Suara burung camar di pelabuhan bersahutan, matahari mulai terlihat dari ufuk timur menandakan pagi telah tiba. Aris dan Rendy mulai membuka mata yang dari semalam tidur di balai tempat para nelayan beristirahat.
"Jam berapa ini," tanya Aris yang masih setengah sadar.
Rendy melihat jam tangan yang ada ditangan kirinya. "Jam tujuh."
"Oo...masih pagi," ucap Aris yang masih ngelantur.
"Ris, katanya hari ini kamu mau cari kerja." Rendy berusaha membangunkan badannya mengubah posisinya bersandar di balai sambil mengingatkan sahabatnya itu.
"Iya Ren...kamu mau ikut?" ucap Aris yang mulai membangunkan badannya.
"Boleh...nanti bareng ya siapa tau diterimanya bareng juga," ucap Rendy.
Mereka pulang menaiki motor butut peninggalan almarhum ayahnya aris untuk makan dan mandi.
Sesampainya dirumah Aris sudah disambut oleh seorang wanita yang berdiri didepan pintu. Wanita itu menatap tajam sambil bertolak pinggang. Dia adalah ibu Aris yang bernama Syamsiyah.
"Dari mana saja kamu," ucap Syamsiah dengan wajah yang sudah merah.
"Biasalah anak muda," balas aris dengan nada ketus.
"kamu disekolahkan mahal mahal setelah lulus malah sering pulang pagi, mau jadi apa kamu!?" bentak syamsiah.
"Jadi apa kek yang penting hidup," ucap Aris dengan nada santai.
Semenjak ayahnya meninggal Aris memang selalu membantah jika ibunya sedang memarahinnya. Tanpa mempedulikan Syamsiah Aris masuk rumah cari makanan, mandi sehabis itu bersiap untuk mencari kerja.
"Mau kemana lagi kamu?" tanya Syamsiah.
"Mau cari kerja, bagi duitnya dong," ucap Aris sambil menodongkan tangannya kearah ibunya.
Syamsiah hanya bisa menggeleng kepala tak habis pikir dengan tingkah anaknya itu. Syamsiah memberi sedikit uang yang ada disaku dasternya dan diam diam mendoakan anaknya supaya bisa segera mendapat pekerjaan.
Rendy datang menemui Aris yang sudah janjian tadi pagi untuk melamar kerja.
"Wiih...motor baru nie," puji Aris
"Iya dong...minggu yang lalu minta, kemaren baru datang," ucap Rendy bangga dengan motor barunya.
Rendy memang termasuk anak yang berkecukupan orang tuanya saja seorang tengkulak dikampung ini. Makanya kalau hanya untuk membeli motor sich pasti orang tua Rendy tidak akan keberatan.
"Ayo kita berangkat," ucap Rendy.
Aris duduk dibelakang Rendy, sebenarnya Aris iri terhadap Rendy bisa dipahami mengapa Aris iri dengan sahabatnya itu. Rendy dengan mudahnya mendapatkan motor hanya dengan meminta sedangkan Aris tidak tahu harus sampai kapan bekerja supaya bisa membeli motor.
Sampailah ditempat melamar kerja, Aris dan Rendy menghampiri Satpam yang bertugas di post.
"Permisi Pak, saya mendengar di pabrik ini ada lowongan kerja jadi saya dan teman saya mencoba melamar, syukur syukur bisa diterima disini" ucap Aris dengan sopan sambil menyerahkan map berwarna coklat.
Satpam pabrik yang di dada kiri bertuliskan nama Cahyono itu memeriksa lamaran Aris dan Rendy. "ini syaratnya sudah lengkap nanti saya serahkan ke HRD perusahaan, tinggal tunggu panggilan saja," jelas satpam pabrik itu.
"Terimakasih, Pak," ucap Rendy dan Aris bersamaan. Mereka berdua pun pergi meninggalkan satpam pabrik itu.
Rendy dan Aris ke alun-alun mampir ke warung kopi langganannya.
"Kelihatannya gak di terima, kayak gini mah lagu lama ujung ujungnya ditaruh dibawah meja," ucap Rendy.
"positif thingking aja mudah mudahan diterima sambil berdoa pada yang maha kuasa," ucap Aris menengadahkan tangan.
"Kayak pernah berdoa aja kamu," cibir Rendy.
Aris tidak menjawab cibiran Rendy dia mencoba mengalihkan pembicaraan, "tumben jam segini warungnya sepi, Bu?" tanya Aris kepada pemilik warung yang biasa dipanggil Bu Ndut.
penjualan warung itu tersenyum simpul sambil membawa kopi pesanan Aris dan Rendy. "Namanya juga jualan kadang sepi kadang rame."
Aris dan Rendy meminum kopi buatan Bu Ndut yang memang pas di lidah dan disaku pengangguran kayak Aris.
"Ahh...mantap," ucap Rendy menikmati minum kopi
Baru sepuluh menit menikmati kopi Rendy sudah di bisingkan dengan ucapan putus asa Aris.
"Ren, pulang yuk bentar lagi anak sekolah mau keluar."
"Disini aja dulu sambil lihat lihat pemandangan, siapa tau ada yang bening," tukas Rendy.
"kamu kan sudah punya cewek ngapain cari cewek lagi."
"Namanya juga cowok, gak pernah ada puasnya," Rendy tersenyum tengil menatap Aris.
"Dasar buaya buntung," cibir Aris.
Arispun mengikuti ajakan Rendy mau gimana lagi diakan tadi bonceng sama Rendy.
***
Dirumah suasana tampak sepi, sedari kecil Aris menghabiskan masa kecil hingga dewasa dirumah ini.
Syamsiah datang membawa belanjaan tersenyum tipis kearah anaknya itu, "Gimana daftar kerjanya, diterima?"
Ucapan ibunya itu seperti orang membalikan telapak tangan, Aris membalas dengan nada ketus. "Namanya juga baru daftar kerja, ya belum lah."
Syamsiah seperti tersinggung dengan ucapan ketus anaknya dia berjalan dengan cepat sambil menghembuskan nafas secara kasar.
"Nasi sudah matang belum, Bu?" teriak Aris.
"Sudah Nak...Ibu buatkan ikan kembung kesukaanmu," ucap Syamsiah yang berada didapur.
Aris berjalan kedapur tidak sabar menyantap makanan kesukaannya itu. "Mantap nie." Dengan cepat Aris menyiapkan piring dan mengambil nasi dengan porsi yang besar.
Sambil makan Aris tidak sengaja melihat ibunya yang mencuci piring tampak terlihat sedih seperti memikirkan sesuatu.Tapi Aris tidak menghiraukannya dia terus makan dan makan pikirnya paling masalah uang. Sehari hari Aris dan Syamsiah memang tidak pernah memegang uang lebih, bahkan bisa dikatakan kurang. Maklumlah syamsiah hanya bekerja dipabrik ikan yang gajinya tidak seberapa sedangkan Aris pengangguran kelas berat.
Sore telah tiba, biasanya Aris dan Rendy bermain bola bersama teman sepantaran. Aris dan Rendy memang sangat menyukai bola sejak duduk dibangku sekolah dasar. Kalau tidak bermain bola rasanya badan pegel semua.
"Ris, entar nongkrong yuk di warung kopinya Mas Wawan," ajak danang teman satu sekolah dasar Aris dan Rendy.
"waduh...gak bisa bro aku ada urusan sama Rendy," ucap Aris sambil menggaruk kepala bagian belangkang yang tidak gatal.
"perasaan kamu sama Rendy mulu, memang ada apaan sich," Danang mulai kepo terhadap Aris dan Rendy.
"ada kerjaan sama si tompel," ucap Aris tersenyum kepada danang.
"Ya udah dech kalau gitu."
hay teman teman namaku Aris ini novel pertamaku maaf klo kurang mengena dihati tolong dibaca ya dan kasih komen.
terimakasih😘😘😇😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Yuni Triana
Mampir di sini juga thor🤗🤗🤗
2022-04-12
0
Tyara Lantobelo Simal
Semangat Aris
Next
2022-03-14
0
Indah Nihayati
bagus thorr
2022-02-23
0