"Ren, dicari sama Aris," ucap Harjo.
"Aris yang mana?" ucap Rendy yang hendak mengerjai Aris.
"Aris temen kamu, memang temenmu yang namanya Aris ada berapa?"
"satu," ucap Rendy sambil mengangkat jari telunjuknya
"Mungkin lagi amnesia Pak Lek," sahut Aris yang mendengar ucapan Rendy
Rendy memang menyebalkan, dia selalu saja bisa membuat Aris kesal karena tingkahnya.
Ada saja cara dia untuk membuat orang kesal terhadapnya.
"Suruh masuk aja, biasanya juga nyelonong tanpa permisi," cibir Rendy
"Masuk aja Ris, memang anak ini suka bikin kesel orang," ucap pak Harjo
Aris masuk kekamar Rendy hendak ingin diantar kerumah Salma.
"Ada yang bisa saya banting?" canda Rendy
"Ada, kamu yang mau aku banting," ucap Aris kesal.
Rendy tersenyum lebar hingga terlihat gigi putihnya yang rata.
"Antar aku yuk, kerumah orang," ucap Aris to the point.
"Kemana?" tanya Rendy.
"udah dech jangan banyak tanya, nanti tak ceritain."
"Oke dech," Rendy beranjak dari tempat tidurnya mulai menghidupkan motornya.
diperjalanan, Aris menceritakan kejadian tadi siang saat dia bertemu dengan Salma hingga menemukan dompetnya.
"Itu dompet ada duitnya gak?" tanya Rendy sambil mengendarai motor barunya.
"Gak tau belum aku buka sama sekali," jawab Aris sambil memberi alamat rumah salma.
"Alamatnya gak jauh dari sini?"
sekitar sepuluh menit perjalanan Aris dan Rendy sampai dirumah berwarna putih yang cukup luas dengan pagar berwarna hitam sebahu orang dewasa.
"Rumah ini dulu kan kosong," ucap Rendy heran.
"Mungkin mereka orang baru," ucap Aris.
"Ren, panggil orangnya." Aris menyuruh Rendy memanggil pemilik rumah tersebut.
"Lha kok aku, yang punya urusan kan kamu?" ucap Rendy.
"Ya udah kamu turun dulu sana, nanti tak susul," ucap Aris
"Awas ya kalau kamu nanti gak berani ngomong didepan orangnya," ancam Rendy
"iya, nanti kalau orangnya keluar biar aku yang ngomong."
"Permisi!!" teriak Rendy.
Aris langsung turun dari motornya hendak menegur Rendy. "woy! memangnya ini dihutan, yang sopan pakai assalamualaikum."
"kamu aja yang bilang, aku kurang bakat kalau bertamu dirumah orang," tandas Rendy.
Aris menghela nafas dalam-dalam. "ujung-ujungnya aku juga yang ngomong, Assalamualaikum," teriak Aris.
Pintu mulai terbuka, terlihat seorang Bapak kisaran umur empat puluh lima tahunan berbadan tinggi besar berjenggot panjang dengan jubah yang menambah kharisma dalam diri bapak itu.
"Ada apa," ucap bapak itu yang berdiri di teras rumah sambil melipat tangannya ke belakang.
Aris dan Rendy pun gugup saling menunjuk satu sama lain untuk bicara.
"Ini Pak," ucap Aris bingung harus ngomong apa.
"Ini apa! klo mau bertamu jangan teriak-teriak, disamping ada bel," ucap bapak itu yang langsung menghampiri Aris dan Rendy.
Aris dan Rendy pun menoleh ke tembok ujung pagar rumah dan mendapati bel yang memang diperuntukan untuk tamu.
"Maaf Pak kami gak lihat," ucap Aris sopan.
"Masih muda sudah rabun, ada perlu apa kalian kesini?" tanya bapak itu.
"Apa benar ini rumahnya Salma Al Habsy?" tanya Rendy.
"betul, memang ada urusan apa?" tanya bapak itu
"Ini Pak tadi siang saya menemukan dompet anak Bapak jatuh di pasar," ucap Aris sambil memperlihatkan dompet warna pink ke bapak itu.
"Ya sudah, berikan saja dompet itu sama saya, nanti saya berikan lagi ke Salma."
Aris kemudian memberikan dompet itu ke bapak tersebut. "kalau boleh tau Bapak ini siapa ya?"
"Saya ayahnya Salma, ada masalah!" tegas bapak itu.
"Salmanya kemana ya Pak?" tanya Aris.
Bapak itu bukannya menjawab malah balik bertanya. "bukan urusanmu, tujanmu hanya ingin mengembalikan dompet ini kan?" ucap bapak itu dengan tatapan tajam.
Aris langsung mengiyakan perkataan ayahnya Salma.
"Ya sudah Pak kami pamit dulu," ucap Rendy yang langsung membelakangi ayahnya Salma.
"Tunggu," Rendy dan Aris menoleh ke arah ayah Salma, "Isi dompet ini masih utuh kan?"
Rendy yang tersulut emosi menghampiri ayah salma dan menendang pagar rumahnya. "Bapak pikir kami maling apa!" tegas Rendy.
Aris menghampiri Rendy mencoba menahan emosinya. "Tahan Ren, jangan buat masalah disini."
Rendy melepas cakalan tangan Aris. "kami memang orang miskin Pak, tapi kami masih punya harga diri."
Ayahnya Salma tersenyum sinis. "Baguslah kalau sadar," ujarnya sambil berjalan menuju rumah.
"Sudah Ren, tenang," ucap Aris.
"Kampret tu orang tua, baru dikasih kaya sedikit saja sombongnya selangit," umpat Rendy.
"Jadi seperti itu Pak Azis," gumam Aris yang terdengar oleh Rendy.
"Kamu kenal?"
"Gak juga, tadi siang aku diceritain sama Pak Edi pemilik kios terbanyak di pasar. Namanya Azis, kebetulan Salma itu anaknya" jelas Aris.
"Tadi waktu kesini kamu gak cerita kayak gitu?"
"Sudahlah jangan dibahas, ayo pulang," titah Aris.
"Siap komandan."
Salma POV
Pagi terasa sejuk hari ini, suara burung yang berkicau dihalaman rumah, menambah semangat untuk berangkat ke sekolah baruku. Setiap berangkat kesekolah aku selalu diantar oleh Abiku Azis Al Habsy. Rencana hari ini aku ingin berangkat lebih pagi, supaya bisa berkenalan dengan teman baruku di sekolah.
"Abi! salma sudah siap!" panggilku duduk didepan teras rumah.
"Iya nak, Abi sedang ganti baju," jawab Abi.
Abi pun keluar menuju parkir untuk memanaskan motor, seperti biasa abi selalu memakai jubah berwarna putih setiap kali aku tanya bilangnya sunah Rosul. Kalau abi sudah bilang seperti itu, aku tidak bisa membantah lagi.
"Salma."
"Iya Abi."
kemaren malam ada dua anak laki-laki nakal pengen ketemu sama kamu," ucap abi sambil mengelap motor.
"Siapa Abi?" tanyaku.
"Abi juga gak tau, yang satu anaknya agak tinggi kulitnya kuning langsat, giginya ada gisulnya, yang satu lagi anaknya pendek dibagian pipi kirinya ada tompelnya." Abi mencoba menjelaskan secara rinci ciri fisik dua pemuda itu.
"Memangnya ada urusan apa Abi, Salma kan masih baru, belum punya temen," ucapku
Abi langsung menunjukan dompet warna pink dihadapanku, yang membuat aku terkejut.
aku langsung teringat kuli panggul yang kemaren menolongku, aku belum sempat tau namanya tapi aku berterima kasih karena telah mengembalikan dompet kesayanganku.
"kamu kenal orangnya?" tanya abi.
"Kemaren dompet Salma hilang dipasar Abi, terus Salma ditolong sama kuli panggul, mungkin salah satu pemuda itu kuli panggul yang nolongin Salma?" jelasku.
"Cuman kuli panggul to," ucap abi terkekeh.
"Salma harus ketemu sama pemuda itu Abi?"
"Gak usah, nanti dia minta macem-macem sama kamu," tegas Abi melarangku bertemu dengan pemuda itu.
"Kenapa Abi, kan Salma ingin ngucapin terima kasih sama dia?"
"Ayo berangkat," ucap Abi mengalihkan pembicaraan.
Aku berharap aku bisa bertemu dengan pemuda itu lagi, biar bagaimanapun juga aku telah berhutang budi padanya, rencananya sehabis pulang sekolah aku ingin kepasar berharap bertemu dengan pemuda kuli panggul itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
maharastra
cinta beda kasta😅😅
semangat🥰🥰
2022-10-29
0
maharastra
mungkinkah lakilaki yg dipalak aris dan rendi msh berhubungan dg salma,,,,🤔🤔
2022-10-29
0
Indah Nihayati
kalau baca nama ariss selalu ingat layangan putuss
2022-02-24
0