Pagi hari di pasar tampak cerah, Aris terlihat memakai handuk kecil dan topi pancing sudah siap untuk bekerja sebagai kuli panggul.Walaupun tidak seramai hari minggu, tetapi tetap semangat demi tambahan uang jajan. Setiap dapat pelanggan Aris biasa diberi uang antara lima ribu sampai lima belas ribu tergantung banyak tidaknya barang yang dipanggul.Aris sudah melakukan pekerjaan kuli panggul sekitar satu tahun.Aris terlihat sangat cekatan membawa barang bawaan dimasukkan kedalam kendaraan pribadi atau kendaraan umum.
Hasil hari ini lumayan untuk beli baju melamar kerja dan tambahan uang jajan, Aris mengistirahatkan badannya di warung untuk sekedar minum kopi.
"Kopi hitam gak pake gula taruh diluar saja ya budhe."
"Siap," ucap ibu pemilik warung yang biasa dipanggil bu dhe.
Aris memang suka kopi pahit, mungkin untuk mewakili kehidupannya yang memang pahit.
Sambil menikmati kopi Aris melihat dari kejauhan seorang wanita berjilbab yang kesulitan membawa barang bawaannya. Aris menghampiri wanita tersebut berniat untuk menawarkan jasa kuli panggul.
"Butuh bantuan, Bu?"
Wanita itu menoleh kearah Aris, betapa terkejutnya Aris ternyata itu adalah wanita muda yang sangat cantik. Aris sejenak terpana dengan mulut yang menganga, matanya seolah tidak berkedip melihat kecantikan wanita itu.
"Mas kuli panggul dipasar ini ya?" Aris masih mematung membuka mulutnya seperti orang yang terkena hipnotis. Gadis muda itu tampak heran, dia melambaikan tangan didepan wajah Aris hingga tersadar.
"Iya!" jawab Aris spontan yang membuat gadis muda itu terperanjat.
"Tolong bawain barang saya Mas,dari tadi saya cari kuli panggul gak ada," ucap gadis yang memakai jilbab pasmina itu.
"Baik mbak, mau dibawa sampai mana?"
"Ketempat tukang ojek," jawab gadis itu
Aris dengan semangat membawa barang belanjaan gadis itu menuju tempat tukang ojek mangkal.
"Ojek bang," ucap Aris sambil meletakkan barang bawaan didepan jok motor.
"Siapa itu Ris, pacarmu ya?" canda bang Jupri yang melihat gadis cantik dibelakang Aris.
Aris tersenyum menaikan kedua alisnya seolah mengiyakan perkataan bang Jupri. Gadis cantik itu terlihat menunduk malu mendengar celetukan bang Jupri.
"Berapa Mas?" ucap gadis itu sambil mengambil dompet yang ada di tas kecilnya.
"Gak usah Mbak."
"jangan Mas, gak enak saya," ucap gadis itu sambil mencari dompet yang ada di dalam tas kecilnya.
"Kenapa Mbak?" tanya bang Jupri.
"Dompet ku gak ada." Gadis itu terus mencari dompetnya hingga mengeluarkan isi yang ada di tas kecilnya.
Gadis cantik itu terlihat panik. "beneran gak ada."
"Tadi mbak nya taruh dimana?" tanya Aris
"Tadi aku taruh didalam tas ini, pasti jatuh di pasar," ucap gadis itu sambil menunjuk tas kecil yang melingkar di bahunya.
"ya iyalah jatuh dipasar,masak jatuh dilaut," celetuk pak Jupri.
"Ya sudah Mbak, nanti biar saya cari sama temen temen nyari dompet nya, mbak nya pulang dulu saja,"
"Cie...perhatian bener," sindir bang Jupri
"Tapi uang ku ada di dompet semua," ucap gadis itu masih panik.
"Dompet mbak nya warnanya apa biar lebih gampang nyarinya," ucap Aris.
"Merah muda...tapi saya lagi buru buru gak bisa ikut nyari,maaf Mas ya."
"Nama kamu siapa?"
"Modus," gumam bang Jupri yang masih terdengar Aris.
"Nama ku Salma."
"Kamu ada ongkos?" tanya Aris.
salma menggeleng tersenyum simpul yang memperlihatkan lesung pipit di bagian kiri wajahnya, membuat Aris ingin sekali mencubitnya.
"Pulang kemana?" tanya Aris.
"Desa M*g*rs*r*," jawab Salma singkat.
Aris memberikan uang dua puluh ribu kepada bang Jupri untuk mengantar salma kerumahnya.
Bang Jupri menghidupkan mesin motornya bersiap untuk jalan.Aris terus memandangi salma dari belakang, tak disangka salma menoleh dan tersenyum ke arah Aris. Aris membalas dengan senyum terindah nya.
"Mimpi apa aku semalam! ketemu gadis secantik Salma," ucap Aris setelah Salma sudah tidak terlihat dari pandangannya.
Aris pun memulai mencari dompet warna pink itu, dia mencari di segala arah bertanya pada orang yang masih ada didalam pasar.
"Ris ngapain kamu?" panggil pak Edi yang melihat Aris sedang mencari sesuatu.
Aris menoleh ke sumber suara tersebut. "Eh...Pak Edi."
Pak Edi berjalan mendekati Aris. "lagi nyari apa kamu, clingak clinguk?"
"Lagi nyari dompet warna Pink," ucap Aris.
"Memang punya kamu?"tanya Edi.
"Bukan,tapi punya temen."
"Terus temen kamu mana?"
"Sudah pulang, dia lagi buru-buru." ucap Aris sambil melihat dompet berwarna merah muda ditangan pak Edi.
"Ini maksudnya," ucap Edi sambil memperlihatkannya kepada Aris.
"Mungkin."
"Kok mungkin...memang temen kamu namanya siapa?"
"Salma," jawab Aris singkat
Pak Edi mengeryitkan dahinya langsung membuka isi dompet itu. Terdapat kartu identitas pelajar atas nama Salma Al Habsy.
"Kamu kenal sama yang punya dompet? tanya Edi penasaran.
"Tadi baru kenalan, waktu ngangkat barang belanjaannya," jawab Aris dengan nada santai.
Aris dan pak Edi duduk dikursi panjang didepan kios yang tutup sambil menjelaskan siapa itu Salma Al Habsy.
"Orang yang punya dompet ini itu anaknya Pak Azis, pemilik kios baju terbanyak di pasar ini," jelas Edi.
"Anak orang kaya dong?"
"Kiosnya Pak Azis itu tidak hanya disini saja, sudah tersebar di beberapa kota bahkan di Jakarta juga ada."
Aris tampak tidak terlalu mendengarkan ceritanya pak Edi, dia malah meminta dompet merah muda yang ada ditangannya pak Edi.
"Mana dompetnya, biar aku kembalikan kerumahnya," ucap Aris sambil menodongkan tangan ke pak Edi.
"Ngapain, titip aja ke pegawainya pak Azis yang ada dipasar ini," ucap Edi.
"Soalnya aku sudah janji mau balikin dompet itu ke rumahnya," tandas Aris.
"Bilang aja kamu mau deket sama Salma."
Aris tersenyum sambil menaikan kedua alisnya, karena pemikiran pak Edi memang benar.
"Lagu lama cerita baru." Pak Edi pun memberikan dompet itu kepada Aris.
"Terima kasih Pak Edi, nanti malam dompet ini akan aku berikan secara utuh tanpa lecet sedikitpun," ucap Aris yang langsung pergi meninggalkan pak Edi.
POV Aris
Malam pun tiba, aku sudah berdandan ganteng supaya bisa bertemu lagi dengan gadis cantik pemilik dompet warna pink ini. aku berjalan menuju rumah Rendy barang kali saja dia bisa membantu, minimal mengantarku ke rumah Salma.
Tok...
Tok...
Tok...
"Rendy," panggilku.
"Iya." Terdengar suara bapak-bapak berjalan kearah pintu rumah.
Ceklak...dia adalah pak Harjo ayah dari Rendy.
"Eee...Aris mau cari Rendy ya?" ucap pak Harjo ramah.
"Iya Pak Lek, Rendy nya ada?" tanyaku.
"Sebentar Pak Lek panggil orangnya." Pak Harjo berjalan menuju kamar Rendy yang tidak jauh dari pintu utama.
Aku tau kalau Rendy itu dengar saat aku panggil namanya, pasti dia mau mengerjaiku. Terlihat Rendy sedang bermain hanpone sambil rebahan diatas kasur nya yang empuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
maharastra
lnjt kk
2022-10-29
0
maharastra
emmm..kyk penulis🤔🤔kebetulan mungkin😅
2022-10-29
0
maharastra
magersari
2022-10-29
0