NovelToon NovelToon

Perjalanan Cinta

prolog.

Namaku Aris Darmawan aku anak kedua dari dua bersaudara. Berkulit putih tinggi 170cm banyak yang bilang aku ganteng, apalagi kalau aku tersenyum memperlihatkan gigi gingsulku. Tapi setelah ayahku meninggal tepat saat aku lulus SMK aku seperti kehilangan arah. Hampir setiap malam bersama sahabatku Rendy Prayoga, kita selalu nongkrong dipelabuhan kota untuk memalak orang yang sedang pacaran menuju dermaga. Setelahnya uang dari hasil memalak kita pakai membeli minuman keras untuk bersenang senang.

seperti biasa Aris dan Rendy menghitung hasil memalak untuk malam ini.

"Hari ini kita mau minum apa kawan?" tanya Aris dengan semangat.

"Anggur merah," jelas Rendy sambil terkekeh.

"Hasil hari ini lumayan bro bisa buat beli anggur merah lima botol," balas Aris.

Mereka mulai mabuk disebuah dermaga sampai tidak sadarkan diri sampai pagi. Suara burung camar di pelabuhan bersahutan, matahari mulai terlihat dari ufuk timur menandakan pagi telah tiba. Aris dan Rendy mulai membuka mata yang dari semalam tidur di balai tempat para nelayan beristirahat.

"Jam berapa ini," tanya Aris yang masih setengah sadar.

Rendy melihat jam tangan yang ada ditangan kirinya. "Jam tujuh."

"Oo...masih pagi," ucap Aris yang masih ngelantur.

"Ris, katanya hari ini kamu mau cari kerja." Rendy berusaha membangunkan badannya mengubah posisinya bersandar di balai sambil mengingatkan sahabatnya itu.

"Iya Ren...kamu mau ikut?" ucap Aris yang mulai membangunkan badannya.

"Boleh...nanti bareng ya siapa tau diterimanya bareng juga," ucap Rendy.

Mereka pulang menaiki motor butut peninggalan almarhum ayahnya aris untuk makan dan mandi.

Sesampainya dirumah Aris sudah disambut oleh seorang wanita yang berdiri didepan pintu. Wanita itu menatap tajam sambil bertolak pinggang. Dia adalah ibu Aris yang bernama Syamsiyah.

"Dari mana saja kamu," ucap Syamsiah dengan wajah yang sudah merah.

"Biasalah anak muda," balas aris dengan nada ketus.

"kamu disekolahkan mahal mahal setelah lulus malah sering pulang pagi, mau jadi apa kamu!?" bentak syamsiah.

"Jadi apa kek yang penting hidup," ucap Aris dengan nada santai.

Semenjak ayahnya meninggal Aris memang selalu membantah jika ibunya sedang memarahinnya. Tanpa mempedulikan Syamsiah Aris masuk rumah cari makanan, mandi sehabis itu bersiap untuk mencari kerja.

"Mau kemana lagi kamu?" tanya Syamsiah.

"Mau cari kerja, bagi duitnya dong," ucap Aris sambil menodongkan tangannya kearah ibunya.

Syamsiah hanya bisa menggeleng kepala tak habis pikir dengan tingkah anaknya itu. Syamsiah memberi sedikit uang yang ada disaku dasternya dan diam diam mendoakan anaknya supaya bisa segera mendapat pekerjaan.

Rendy datang menemui Aris yang sudah janjian tadi pagi untuk melamar kerja.

"Wiih...motor baru nie," puji Aris

"Iya dong...minggu yang lalu minta, kemaren baru datang," ucap Rendy bangga dengan motor barunya.

Rendy memang termasuk anak yang berkecukupan orang tuanya saja seorang tengkulak dikampung ini. Makanya kalau hanya untuk membeli motor sich pasti orang tua Rendy tidak akan keberatan.

"Ayo kita berangkat," ucap Rendy.

Aris duduk dibelakang Rendy, sebenarnya Aris iri terhadap Rendy bisa dipahami mengapa Aris iri dengan sahabatnya itu. Rendy dengan mudahnya mendapatkan motor hanya dengan meminta sedangkan Aris tidak tahu harus sampai kapan bekerja supaya bisa membeli motor.

Sampailah ditempat melamar kerja, Aris dan Rendy menghampiri Satpam yang bertugas di post.

"Permisi Pak, saya mendengar di pabrik ini ada lowongan kerja jadi saya dan teman saya mencoba melamar, syukur syukur bisa diterima disini" ucap Aris dengan sopan sambil menyerahkan map berwarna coklat.

Satpam pabrik yang di dada kiri bertuliskan nama Cahyono itu memeriksa lamaran Aris dan Rendy. "ini syaratnya sudah lengkap nanti saya serahkan ke HRD perusahaan, tinggal tunggu panggilan saja," jelas satpam pabrik itu.

"Terimakasih, Pak," ucap Rendy dan Aris bersamaan. Mereka berdua pun pergi meninggalkan satpam pabrik itu.

Rendy dan Aris ke alun-alun mampir ke warung kopi langganannya.

"Kelihatannya gak di terima, kayak gini mah lagu lama ujung ujungnya ditaruh dibawah meja," ucap Rendy.

"positif thingking aja mudah mudahan diterima sambil berdoa pada yang maha kuasa," ucap Aris menengadahkan tangan.

"Kayak pernah berdoa aja kamu," cibir Rendy.

Aris tidak menjawab cibiran Rendy dia mencoba mengalihkan pembicaraan, "tumben jam segini warungnya sepi, Bu?" tanya Aris kepada pemilik warung yang biasa dipanggil Bu Ndut.

penjualan warung itu tersenyum simpul sambil membawa kopi pesanan Aris dan Rendy. "Namanya juga jualan kadang sepi kadang rame."

Aris dan Rendy meminum kopi buatan Bu Ndut yang memang pas di lidah dan disaku pengangguran kayak Aris.

"Ahh...mantap," ucap Rendy menikmati minum kopi

Baru sepuluh menit menikmati kopi Rendy sudah di bisingkan dengan ucapan putus asa Aris.

"Ren, pulang yuk bentar lagi anak sekolah mau keluar."

"Disini aja dulu sambil lihat lihat pemandangan, siapa tau ada yang bening," tukas Rendy.

"kamu kan sudah punya cewek ngapain cari cewek lagi."

"Namanya juga cowok, gak pernah ada puasnya," Rendy tersenyum tengil menatap Aris.

"Dasar buaya buntung," cibir Aris.

Arispun mengikuti ajakan Rendy mau gimana lagi diakan tadi bonceng sama Rendy.

***

Dirumah suasana tampak sepi, sedari kecil Aris menghabiskan masa kecil hingga dewasa dirumah ini.

Syamsiah datang membawa belanjaan tersenyum tipis kearah anaknya itu, "Gimana daftar kerjanya, diterima?"

Ucapan ibunya itu seperti orang membalikan telapak tangan, Aris membalas dengan nada ketus. "Namanya juga baru daftar kerja, ya belum lah."

Syamsiah seperti tersinggung dengan ucapan ketus anaknya dia berjalan dengan cepat sambil menghembuskan nafas secara kasar.

"Nasi sudah matang belum, Bu?" teriak Aris.

"Sudah Nak...Ibu buatkan ikan kembung kesukaanmu," ucap Syamsiah yang berada didapur.

Aris berjalan kedapur tidak sabar menyantap makanan kesukaannya itu. "Mantap nie." Dengan cepat Aris menyiapkan piring dan mengambil nasi dengan porsi yang besar.

Sambil makan Aris tidak sengaja melihat ibunya yang mencuci piring tampak terlihat sedih seperti memikirkan sesuatu.Tapi Aris tidak menghiraukannya dia terus makan dan makan pikirnya paling masalah uang. Sehari hari Aris dan Syamsiah memang tidak pernah memegang uang lebih, bahkan bisa dikatakan kurang. Maklumlah syamsiah hanya bekerja dipabrik ikan yang gajinya tidak seberapa sedangkan Aris pengangguran kelas berat.

Sore telah tiba, biasanya Aris dan Rendy bermain bola bersama teman sepantaran. Aris dan Rendy memang sangat menyukai bola sejak duduk dibangku sekolah dasar. Kalau tidak bermain bola rasanya badan pegel semua.

"Ris, entar nongkrong yuk di warung kopinya Mas Wawan," ajak danang teman satu sekolah dasar Aris dan Rendy.

"waduh...gak bisa bro aku ada urusan sama Rendy," ucap Aris sambil menggaruk kepala bagian belangkang yang tidak gatal.

"perasaan kamu sama Rendy mulu, memang ada apaan sich," Danang mulai kepo terhadap Aris dan Rendy.

"ada kerjaan sama si tompel," ucap Aris tersenyum kepada danang.

"Ya udah dech kalau gitu."

hay teman teman namaku Aris ini novel pertamaku maaf klo kurang mengena dihati tolong dibaca ya dan kasih komen.

terimakasih😘😘😇😇

masa lalu

Malam telah tiba Rendy dan Aris bersiap menuju Pelabuhan untuk mencari mangsa. Biasanya mereka berdua suka memalak anak ABG yang pacaran dipinggir Dermaga, karena sepanjang jalan yang ada di Dermaga belum diberi penerangan, jadi sangat cocok untuk para ABG yang sedang dimabuk cinta.

Aris dan Rendy seperti biasa duduk di balai tempat para nelayan istirahat sambil mengawasi kalau ada motor yang berjalan ke arah Dermaga.

Sepuluh menit duduk dibalai, yang ditunggu tunggu akhirnya tiba.Terlihat motor sport berwarna hitam menuju arah Dermaga.

"Ren, ada mangsa tu," ucap Aris sambil terus memperhatikan motor sport itu.

"Sudah tau, jangan didekati dulu biarin aja mereka pelukan, ciuman sampai keenakan."

"Dilihat dari motornya sepertinya anak orang kaya?" Aris memprediksi pemilik motor sport itu.

"bagus dong, berarti kita gak usah ragu,mintain uang yang banyak!" tegas Rendy.

"Ayo kita beraksi sekarang," ajak Aris yang mulai tidak sabar.

"Oke."

Mereka berdua pun berjalan menuju Dermaga menghampiri pemilik motor sport hitam itu. Terlihat seorang pria bertubuh tinggi besar mirip seperti bule memakai jaket dan celana hitam lalu seorang wanita berambut ikal terurai dengan celana pendek diatas lutut memakai jaket hitam yang sama dengan pria tersebut. mereka duduk diatas motor, wanita itu merangkul pinggang si pria dan yang pria merangkul pundak wanita cantik berambut ikal itu. Aris dan Rendy terus mengawasi mangsanya tersebut kemudian mendekat meminta uang.

"Keamanan," ucap Aris pelan sambil menodongkan tangannya tepat disamping pria yang belum diketahui namanya tersebut.

Pria itu menoleh kearah Aris menatap dengan tatapan tajam tersenyum sinis seolah olah pria itu tau kedatangan Aris dan Rendy. "Keamanan apa ya mas."

Rendy yang ada dibelakang memegang bahu pria itu dengan kasar. Sedangkan wanita cantik berambut ikal itu hanya tertunduk sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku jaket yang dipakainya.

"Kalau kamu mau pacaran disini harus bayar uang keamanan," tegas Rendy dengan tatapan membunuhnya.

Pria itu turun dari motor dan berbalik kearah Rendy kemudian melipat kedua tangannya di dada, "memangnya kamu mau berapa?" tanya pria itu dengan tatapan tak kalah tajam.

"Seratus ribu aja...buat beli minum," ucap Rendy dengan senyum tengilnya.

Pria tinggi besar itu memanggil nama wanita disampingnya. "Nadine, sini kasih cepek buat dua orang sampah ini." Pria itu bicara tepat didepan wajah Rendy yang hanya berjarak beberapa centi.

Rendy langsung tersulut emosi memegang erat kerah jaket pria itu dan hendak memukul wajahnya.

Aris dengan sigap menahan pukulan Rendy dengan tangannya. "jangan tambah masalah nanti ketahuan warga sini bisa gawat," bisik Aris.

Aris dan Rendy memang bukan warga sini, mereka dari kampung sebelah yang sering nongkrong dipelabuhan sama teman sekolahnya dulu, kemudian mendapat ide untuk memalak karena disekitar pelabuhan banyak orang berpacaran, sudah sekitar enam bulan Aris dan Rendy melakukan aksi pemalakan.

wanita yang bernama Nadine itu mengambil lembaran uang seratus ribu yang ada disaku celana pendeknya kemudian memberikan kepada pasangan pria nya.

"Nie," ucap pria itu melempar uang didepan wajahnya Aris.

Arispun menjadi geram rahangnya mulai mengeras ingin sekali dia memukul wajah orang itu,tapi dia menahan amarahnya lalu mengambil uangnya yang jatuh ke tanah.

"Puas kalian! sana pergi!" teriak pria itu.

"Oke kami akan pergi," ucap Rendy pergi meninggalkan pria itu.

Aris yang berjalan dibelakang Rendy menoleh kebelakang mendapati pria itu tersenyum menyeringai seperti orang yang sedang merencanakan sesuatu.

Rendy langsung rebahan, tersenyum puas kerena berhasil memalak mangsa yang besar.

"Lumayan buat beli anggur merah dapat dua botol," ucapnya.

Aris malah berpikir lain dengan sahabatnya itu. "sepertinya pria songong itu sedang merencanakan sesuatu," ucap Aris yang duduk membelakangi Rendy.

"jangan terlalu didramatisir, biasalah anak orang kaya, apalagi dia tadi sama ceweknya pastinya dia ingin menunjukan kepada ceweknya klo dia berani,buktinya kena jugakan dia," jelas Rendy.

"duitnya jangan dibuat minum dech, buat beli baju untuk nglamar kerja aja, soalnya bajuku warnanya sudah luntur," ucap Aris.

"Lagian baju dari zaman Dinasti Ming masih aja di pake," cibir Rendy.

"Eh tompel! aku itu gak ada duit buat beli baju, kamu mah enak tinggal minta sama orang tua, lha aku?"

Rendy terkekeh mendengar kejujuran sahabatnya itu. "Ya terserah kamu lah, yang penting bagi dua."

"Iya cerewet."

"Pulang yuk, besok aku kerja disuruh ngantar ikan sama ayahku," ajak Rendy.

"Ayo, aku besok juga mau nguli dipasar buat uang jajan."

**

Pagi yang cerah disambut suara burung yang berkicau membangunkan Aris dari tidurnya. Perut Aris yang berbunyi membuatnya menuju dapur untuk menyantap makan paginya.

"Nasi sudah matang, Bu?" tanya Aris seenaknya sambil membuka penutup nasinya.

"Sudah, kalau mau makan piringnya sudah Ibu siapkan diatas meja," ucap syamsiah yang sedang mencuci baju.

Aris mengambil piring dan sendok bersiap untuk makan. "Enak nie!" seru Aris yang melihat lauknya ikan kembung kesukaannya.

"Kemaren malam kamu kemana kok pulangnya larut malam?" tanya syamsiah.

"Kemaren ada temen yang nawarin kerja, cuman gak jadi," alasan Aris.

"Lho kenapa gak jadi?"

"sudah ada yang mengisi," ucap Aris berbohong.

"kamu gak kepasar?" tanya syamsiah.

"Ini mau kepasar," jawab Aris yang masih makan.

"Gak mandi dulu kamu, Nak?"

"gak usah, lagi malas mandi," ucap Aris yang langsung pergi tanpa pamit ke ibunya.

Syamsiah POV

Aku tau dia berbohong kepadaku, pasti dia semalam ada di Pelabuhan dengan Rendy, entah kenapa akhir akhir ini sering ke Pelabuhan pulang dalam kondisi mabuk, darimana dia dan Rendy dapat uang untuk membeli minuman keras itu, padahal mereka berdua belum bekerja, uang yang aku berikan untuk Aris itu hanya cukup buat jajan saja.

Perasaan khawatir ini selalu menyelimuti ketika Aris pergi malam malam dengan Rendy.

Dahulu Aris adalah anak yang baik dan rajin beribadah, semenjak ayahnya meninggal tiga tahun lalu sikap anakku itu langsung berubah, dia menjadi anak yang pemarah dan keras kepala, dia sangat terpukul dengan kematian ayahnya.

Dihadapan Aris aku berusaha bersikap biasa supaya dia tidak semakin marah padaku. sebagai orang tua aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya.

Author

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," jawab syamsiah menghampiri orang tersebut.

"Aris sudah Berangkat Syam?" tanya Edi pria paruh baya yang bertubuh kekar.

"Sudah, baru saja berangkat," jawab syamsiah dengan senyum manisnya.

"Ya sudah kalau begitu," Pak Edi pun langsung menyusul Aris di pasar.

pak edi adalah tetangga sekaligus orang yang mengajak Aris kerja di pasar. Mungkin Pak Edi kasihan melihat Aris cari kerja sana sini gak pernah diterima, dari pada nganggur Pak Edi mengajaknya jadi kuli dipasar.

Pertemuan.

Pagi hari di pasar tampak cerah, Aris terlihat memakai handuk kecil dan topi pancing sudah siap untuk bekerja sebagai kuli panggul.Walaupun tidak seramai hari minggu, tetapi tetap semangat demi tambahan uang jajan. Setiap dapat pelanggan Aris biasa diberi uang antara lima ribu sampai lima belas ribu tergantung banyak tidaknya barang yang dipanggul.Aris sudah melakukan pekerjaan kuli panggul sekitar satu tahun.Aris terlihat sangat cekatan membawa barang bawaan dimasukkan kedalam kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

Hasil hari ini lumayan untuk beli baju melamar kerja dan tambahan uang jajan, Aris mengistirahatkan badannya di warung untuk sekedar minum kopi.

"Kopi hitam gak pake gula taruh diluar saja ya budhe."

"Siap," ucap ibu pemilik warung yang biasa dipanggil bu dhe.

Aris memang suka kopi pahit, mungkin untuk mewakili kehidupannya yang memang pahit.

Sambil menikmati kopi Aris melihat dari kejauhan seorang wanita berjilbab yang kesulitan membawa barang bawaannya. Aris menghampiri wanita tersebut berniat untuk menawarkan jasa kuli panggul.

"Butuh bantuan, Bu?"

Wanita itu menoleh kearah Aris, betapa terkejutnya Aris ternyata itu adalah wanita muda yang sangat cantik. Aris sejenak terpana dengan mulut yang menganga, matanya seolah tidak berkedip melihat kecantikan wanita itu.

"Mas kuli panggul dipasar ini ya?" Aris masih mematung membuka mulutnya seperti orang yang terkena hipnotis. Gadis muda itu tampak heran, dia melambaikan tangan didepan wajah Aris hingga tersadar.

"Iya!" jawab Aris spontan yang membuat gadis muda itu terperanjat.

"Tolong bawain barang saya Mas,dari tadi saya cari kuli panggul gak ada," ucap gadis yang memakai jilbab pasmina itu.

"Baik mbak, mau dibawa sampai mana?"

"Ketempat tukang ojek," jawab gadis itu

Aris dengan semangat membawa barang belanjaan gadis itu menuju tempat tukang ojek mangkal.

"Ojek bang," ucap Aris sambil meletakkan barang bawaan didepan jok motor.

"Siapa itu Ris, pacarmu ya?" canda bang Jupri yang melihat gadis cantik dibelakang Aris.

Aris tersenyum menaikan kedua alisnya seolah mengiyakan perkataan bang Jupri. Gadis cantik itu terlihat menunduk malu mendengar celetukan bang Jupri.

"Berapa Mas?" ucap gadis itu sambil mengambil dompet yang ada di tas kecilnya.

"Gak usah Mbak."

"jangan Mas, gak enak saya," ucap gadis itu sambil mencari dompet yang ada di dalam tas kecilnya.

"Kenapa Mbak?" tanya bang Jupri.

"Dompet ku gak ada." Gadis itu terus mencari dompetnya hingga mengeluarkan isi yang ada di tas kecilnya.

Gadis cantik itu terlihat panik. "beneran gak ada."

"Tadi mbak nya taruh dimana?" tanya Aris

"Tadi aku taruh didalam tas ini, pasti jatuh di pasar," ucap gadis itu sambil menunjuk tas kecil yang melingkar di bahunya.

"ya iyalah jatuh dipasar,masak jatuh dilaut," celetuk pak Jupri.

"Ya sudah Mbak, nanti biar saya cari sama temen temen nyari dompet nya, mbak nya pulang dulu saja,"

"Cie...perhatian bener," sindir bang Jupri

"Tapi uang ku ada di dompet semua," ucap gadis itu masih panik.

"Dompet mbak nya warnanya apa biar lebih gampang nyarinya," ucap Aris.

"Merah muda...tapi saya lagi buru buru gak bisa ikut nyari,maaf Mas ya."

"Nama kamu siapa?"

"Modus," gumam bang Jupri yang masih terdengar Aris.

"Nama ku Salma."

"Kamu ada ongkos?" tanya Aris.

salma menggeleng tersenyum simpul yang memperlihatkan lesung pipit di bagian kiri wajahnya, membuat Aris ingin sekali mencubitnya.

"Pulang kemana?" tanya Aris.

"Desa M*g*rs*r*," jawab Salma singkat.

Aris memberikan uang dua puluh ribu kepada bang Jupri untuk mengantar salma kerumahnya.

Bang Jupri menghidupkan mesin motornya bersiap untuk jalan.Aris terus memandangi salma dari belakang, tak disangka salma menoleh dan tersenyum ke arah Aris. Aris membalas dengan senyum terindah nya.

"Mimpi apa aku semalam! ketemu gadis secantik Salma," ucap Aris setelah Salma sudah tidak terlihat dari pandangannya.

Aris pun memulai mencari dompet warna pink itu, dia mencari di segala arah bertanya pada orang yang masih ada didalam pasar.

"Ris ngapain kamu?" panggil pak Edi yang melihat Aris sedang mencari sesuatu.

Aris menoleh ke sumber suara tersebut. "Eh...Pak Edi."

Pak Edi berjalan mendekati Aris. "lagi nyari apa kamu, clingak clinguk?"

"Lagi nyari dompet warna Pink," ucap Aris.

"Memang punya kamu?"tanya Edi.

"Bukan,tapi punya temen."

"Terus temen kamu mana?"

"Sudah pulang, dia lagi buru-buru." ucap Aris sambil melihat dompet berwarna merah muda ditangan pak Edi.

"Ini maksudnya," ucap Edi sambil memperlihatkannya kepada Aris.

"Mungkin."

"Kok mungkin...memang temen kamu namanya siapa?"

"Salma," jawab Aris singkat

Pak Edi mengeryitkan dahinya langsung membuka isi dompet itu. Terdapat kartu identitas pelajar atas nama Salma Al Habsy.

"Kamu kenal sama yang punya dompet? tanya Edi penasaran.

"Tadi baru kenalan, waktu ngangkat barang belanjaannya," jawab Aris dengan nada santai.

Aris dan pak Edi duduk dikursi panjang didepan kios yang tutup sambil menjelaskan siapa itu Salma Al Habsy.

"Orang yang punya dompet ini itu anaknya Pak Azis, pemilik kios baju terbanyak di pasar ini," jelas Edi.

"Anak orang kaya dong?"

"Kiosnya Pak Azis itu tidak hanya disini saja, sudah tersebar di beberapa kota bahkan di Jakarta juga ada."

Aris tampak tidak terlalu mendengarkan ceritanya pak Edi, dia malah meminta dompet merah muda yang ada ditangannya pak Edi.

"Mana dompetnya, biar aku kembalikan kerumahnya," ucap Aris sambil menodongkan tangan ke pak Edi.

"Ngapain, titip aja ke pegawainya pak Azis yang ada dipasar ini," ucap Edi.

"Soalnya aku sudah janji mau balikin dompet itu ke rumahnya," tandas Aris.

"Bilang aja kamu mau deket sama Salma."

Aris tersenyum sambil menaikan kedua alisnya, karena pemikiran pak Edi memang benar.

"Lagu lama cerita baru." Pak Edi pun memberikan dompet itu kepada Aris.

"Terima kasih Pak Edi, nanti malam dompet ini akan aku berikan secara utuh tanpa lecet sedikitpun," ucap Aris yang langsung pergi meninggalkan pak Edi.

POV Aris

Malam pun tiba, aku sudah berdandan ganteng supaya bisa bertemu lagi dengan gadis cantik pemilik dompet warna pink ini. aku berjalan menuju rumah Rendy barang kali saja dia bisa membantu, minimal mengantarku ke rumah Salma.

Tok...

Tok...

Tok...

"Rendy," panggilku.

"Iya." Terdengar suara bapak-bapak berjalan kearah pintu rumah.

Ceklak...dia adalah pak Harjo ayah dari Rendy.

"Eee...Aris mau cari Rendy ya?" ucap pak Harjo ramah.

"Iya Pak Lek, Rendy nya ada?" tanyaku.

"Sebentar Pak Lek panggil orangnya." Pak Harjo berjalan menuju kamar Rendy yang tidak jauh dari pintu utama.

Aku tau kalau Rendy itu dengar saat aku panggil namanya, pasti dia mau mengerjaiku. Terlihat Rendy sedang bermain hanpone sambil rebahan diatas kasur nya yang empuk.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!