I Am Fine
Hai perkenalkan nama ku Celinena Aldebarano, orang-orang yang berada di sekitaran ku sering memanggil ku Celin atau Cena. Selama 1 tahun belakangan ini aku tinggal di Indonesia, Tepatnya di kota Jakarta tempat kelahiran ku.
Keluarga ku saat ini l, tinggal dan menetap di Los Angeles dan sudah selama 17 tahun keluarga ku berada dan menetap di Los Angeles.
Dulu, aku dan keluarga ku sempat tinggal di Indonesia. Dari semenjak aku lahir, sampai aku berusia 6 tahun.
Lalu keluarga ku memutuskan untuk pindah ke Los Angeles, karena pekerjaan Ayah ku dan ada suatu kondisi yang tidak memungkinkan aku, untuk tetap berada di Negara kelahiran ku.
Kenapa aku tidak menetap saja untuk tinggal di Los Angeles bersama keluarga ku?
Alasannya simple, karena aku tidak ingin terus-menerus mengenang masa buruk ku saat berada di Indonesia. Karena saat ini, aku harus melawannya dan aku berkeinginan untuk sembuh.
Lagipula, aku sedang membuka galeri seni di kota Jakarta dan masih dalam proses pembangunan.
Ayahku Adalah seorang CEO, sedangkan bundaku adalah ibu rumah tangga dan beliau adalah termasuk dalam kriteria ibu-ibu sosialita.
Aku memiliki adik laki-laki dan adik perempuan, singkatnya aku adalah anak pertama di dalam keluarga ku.
Adik laki-laki ku bernama Dino Aldebarano, sekarang dia berusia 20 tahun dan sedang melanjutkan S1 nya di Inggris.
Sedangkan Adik perempuan ku bernama Winterinara Aldebarano, yang saat ini berusia 18 tahun dan sekarang sedang menyiapkan dirinya untuk masuk universitas impiannya.
Sedangkan aku, aku sudah tamat kuliah dan singkat ceritanya lagi. Aku saat ini bisa disebut sebagai seorang pengangguran bukan? Karena aku sama sekali tidak bekerja.
Kegiatan ku sehari-hari di apartemen hanya menonton acara yang kusukai, melukis, dan aku akan pergi keluar jika hanya aku ingin mencari sebuah inspirasi akan lukisan ku.
Ataupun aku akan keluar dari apartemenku jika aku ingin membeli sesuatu, seperti sabun, makanan, cemilan dan sebagainya.
Sungguh sangat membosankan bukan? Tapi aku sangat menyukainya, aku lebih suka menghabiskan waktu ku sendirian.
Ah iya, usiaku tahun ini adalah 23 tahun.
Kemarin, kedua orang tua ku memberitahu ku lewat Video call, bahwa mereka akan berkunjung ke apartemen ku hari ini.
Kedua orang tua ku, saat ini sudah berada di bandara sekitar 2 jam yang lalu dan beberapa menit yang lalu mereka sudah berada di dalam apartemen ku.
"Selamat datang!" Ucap ku semangat saat menyapa kedua orang tua ku, yang baru sampai dan masuk ke dalam apartemen ku.
Ayah dan Bunda langsung memeluk ku, begitupun denganku yang membalas pelukan Ayah dan Bunda. Berbeda dengan kedua Adikku, terutama Adik laki-laki ku. Kami saling menatap sinis, karena selalu merasa ada dendam yang belum terselesaikan.
Padahal, kami sendiri pun tidak tahu dendam apa yang kami miliki.
"Hai Cena!" Sapa Adik Laki-laki ku yang belum berubah sama sekali dan tetap tidak sopan padaku dengan tidak memanggil ku dengan sebutan Kakak.
"Apa sekarang kau sedang berusaha untuk akrab dengan ku Dino?" Sahutku pada Dino, lalu menoyor kepalanya dan beralih merangkul Rina, Adik bungsu ku.
"Bagaimana? jadi kuliah di Jakarta?" Tanya ku pada Adik perempuan ku, Rina.
"Tentu saja jadi, aku juga sudah mendaftar di universitas yang aku inginkan. Aku hanya tinggal menunggu pengumuman saja Kak. Oh iya Kak, aku sudah diberi izin oleh Ayah dan Bunda untuk tidak tinggal satu apartemen denganmu. Aku sangat ingin bebas dan mencoba hidup mandiri, sungguh!" Jelas Rina senang padaku panjang lebar.
Aku memaklumi Adikku Winterinara yang berkemauan keras untuk tidak tinggal satu apartemen dengan ku. Wajar saja menurutku, dia sudah dewasa.
Lagi pula dirumah Rina selalu di kekang, tidak boleh melakukan ini dan itu karena dia adalah anak bungsu dirumah.
Dan apa kalian tahu? Bukan kedua orang tua ku yang selalu melarangnya melakukan ini dan itu, tapi Dino.
Alasannya karena Dino sangat menyayangi Rina, namun bagiku itu sangat berlebihan sungguh.
Bagaimana menurut kalian?
Oh iya Aku, Dino, dan Rina selalu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Kedua orang tua ku membiasakan kami untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.
Singkatnya, orang tua kami tidak ingin kami tidak pandai berbahasa Indonesia nantinya, karena akan terus berada di Los Angeles.
"Tidak bisa, kau itu anak perempuan Rina astaga. Kalo disini ada kak Cena kenapa kau harus tinggal sendiri? Aku tak akan mengizinkannya!" Protes Dino.
"Ck, kau ini berisik sekali kak sungguh! Bunda dan Ayah saja sudah menyetujuinya wleeeee!" Ejek Rina pada Dino.
"Lihat saja nanti, aku akan menghasut Bunda dan Ayah agar tidak memberi mu izin untuk tinggal sendiri. Kau itu perempuan!" Tegas Dino sekali lagi pada Rina.
"Ck, kau sangat menyebalkan kak!" Sahut Rina lalu berjalan mendahului kami dengan kedua tangannya diletakkan di depan dadanya.
"Cena!" Panggil Ayahku yang sedang duduk di balkon apartemen ku bersama Bunda.
"Iya Yah, sebentar!" Seru ku, lalu pergi menemui keduanya yang sedang berada di balkon.
"Bagaimana?" Tanya Ayahku ku tiba-tiba.
Aku mengernyitkan dahi ku binggung, karena tidak mengerti apa maksud ucapan Ayahku. Apanya yang bagaimana???
"Maksud Ayah? aku tidak mengerti?" Tanyaku.
"Bagaimana dengan pembangunan galeri seni mu? Apa semuanya berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginan mu?" Tanya Bunda padaku.
"Ya begitulah Bun, lancar-lancar saja kalau menurutku. Mungkin akan selesai 3 atau 5 bulan lagi," Sahut ku yang langsung diangguki oleh kedua orang tua ku.
"Nak, kamu sekarang sudah 23 tahun bukan?" Tanya Bundaku tiba-tiba dan aku pun hanya mengangguk canggung.
Aku mengerti kemana arah pembicaraan kedua Orang Tua ku ini.
"Apa kamu tidak ada rencana untuk menikah? atau kamu mungkin sudah memiliki kekasih?" Tanya Bunda ku lagi yang membuat ku agak terkejut.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Bunda, Cena tidak ada rencana untuk menikah dan tidak ingin untuk memiliki seorang pacar. Cena masih ingin meniti karir," Sahutku.
"Apa uang yang Ayah berikan untuk mu kurang cukup? apa perlu Ayah memberi mu 5 black card Cena?" Tanya Ayahku.
"Tidak Ayah, bukan begitu maksudku," Sahutku.
"Menikah lah Cena, apa kau mau Ayah kenalkan dengan anak teman Ayah? Kau sudah mengenalnya sejak lama jika kau mengingatnya" Ucap Ayahku.
"Apa?! aku tidak ingin menikah Yah!" Ucap ku sedikit berteriak.
"Lalu kapan kau akan menikah? Ayah dan Bunda sudah tua, kami ingin menimang cucu. Apa kau akan menunggu kedua orang tuamu mati dulu baru kau menikah?" Sahut Bundaku
Aku terdiam, tidak bisa menjawab.
"Ikut lah makan malam bersama teman Ayah besok malam, Ayah akan mengenalkan mu dengan anak teman Ayah."
"Ayah serius akan mengenalkan ku padanya?" Tanyaku.
"Tidak sayang, kalian sudah saling mengenal. Jadi untuk apa kami mengenalkan kalian lagi?" Sahut Ayahku.
Aku mengerutkan kening ku binggung, saat mendengar penuturan Orang Tua ku, siapa orang yang di maksud kedua Orang Tua ku?
"Terserah Bunda dan Ayah saja!" Sahut ku, lalu pergi meninggalkan kedua orang tuaku dan masuk ke dalam kamar.
Sungguh aku sama sekali belum ingin untuk memiliki kekasih, apalagi untuk menikah.
Yang benar saja astaga.
Lagipula aku sama sekali tidak dekat dengan siapa pun dan tidak memiliki teman pria selain Saka. Ah iya aku ingat, saat aku tinggal di Indonesia dulu aku memiliki seorang teman, namanya Renan. Dia adalah anak laki-laki yang imut dan 2 tahun lebih tua dariku.
Aku dan Kak Renan tinggal di lingkungan yang sama dulu, Kami juga pernah membuat janji untuk menikah saat kami sudah besar nanti.
Hahaha lucu sekali bukan? Aku tau kalau itu adalah omong kosong terbesar yang aku alami sewaktu aku berusia 6 tahun.
Aku sering menertawakan diri ku sendiri, saat mengingat hal tersebut. Dimana saat aku dan kak Renan berjanji untuk menikah diusia kami menginjak20 tahun hahaha.
Namun sayang, aku dan kak Renan mengalami sebuah kejadian yang tidak mengenakkan dan membuatku trauma berat saat berhadapan dengan dunia luar. Sehingga, kedua orang tua ku memutuskan untuk membawa ku ke Los Angeles, meninggalkan Negara kelahiran ku.
Semenjak orang tuaku membawa ku ke Los Angeles, aku tidak pernah bertemu dengan kak Renan lagi. Bahkan ketika aku mengunjungi Kakek dan Nenekku yang berada di Indonesia, aku tidak pernah melihat kak Renan.
Padahal saat aku kembali ke Indonesia, aku selalu melewati rumah kak Renan. Tapi sepertinya rumah itu sudah kosong.
Sungguh aku sangat merindukan kak Renan, aku ingin bermain dengannya lagi di taman komplek perumahan kami.
Apa kak Renan baik-baik saja?
Atau dia sudah meninggal karena kejadian tersebut?
Sungguh aku sangat penasaran dan khawatir.
Mungkin kak Renan yang membuatku terus menunggu kak Renan, untuk tidak menikah dan berkencan dengan siapapun.
Karena aku selalu berpikir suatu saat nanti, aku pasti akan dipertemukan oleh kak Renan, aku selalu mendoakan kak Renan selamat dan baik-baik saja, dari kejadian yang pernah kami alami sewaktu usia muda kami dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Arin
mampir Thor...semoga menarik😍
2022-10-24
0
Rkive
semangat Kak 💪,
aku mampir 😊
2022-01-05
1
Rini
smngt y kak
2021-12-04
1