NovelToon NovelToon

I Am Fine

Perkenalan

Hai perkenalkan nama ku Celinena Aldebarano, orang-orang yang berada di sekitaran ku sering memanggil ku Celin atau Cena. Selama 1 tahun belakangan ini aku tinggal di Indonesia, Tepatnya di kota Jakarta tempat kelahiran ku.

Keluarga ku saat ini l, tinggal dan menetap di Los Angeles dan sudah selama 17 tahun keluarga ku berada dan menetap di Los Angeles.

Dulu, aku dan keluarga ku sempat tinggal di Indonesia. Dari semenjak aku lahir, sampai aku berusia 6 tahun.

Lalu keluarga ku memutuskan untuk pindah ke Los Angeles, karena pekerjaan Ayah ku dan ada suatu kondisi yang tidak memungkinkan aku, untuk tetap berada di Negara kelahiran ku.

Kenapa aku tidak menetap saja untuk tinggal di Los Angeles bersama keluarga ku?

Alasannya simple, karena aku tidak ingin terus-menerus mengenang masa buruk ku saat berada di Indonesia. Karena saat ini, aku harus melawannya dan aku berkeinginan untuk sembuh.

Lagipula, aku sedang membuka galeri seni di kota Jakarta dan masih dalam proses pembangunan.

Ayahku Adalah seorang CEO, sedangkan bundaku adalah ibu rumah tangga dan beliau adalah termasuk dalam kriteria ibu-ibu sosialita.

Aku memiliki adik laki-laki dan adik perempuan, singkatnya aku adalah anak pertama di dalam keluarga ku.

Adik laki-laki ku bernama Dino Aldebarano, sekarang dia berusia 20 tahun dan sedang melanjutkan S1 nya di Inggris.

Sedangkan Adik perempuan ku bernama Winterinara Aldebarano, yang saat ini berusia 18 tahun dan sekarang sedang menyiapkan dirinya untuk masuk universitas impiannya.

Sedangkan aku, aku sudah tamat kuliah dan singkat ceritanya lagi. Aku saat ini bisa disebut sebagai seorang pengangguran bukan? Karena aku sama sekali tidak bekerja.

Kegiatan ku sehari-hari di apartemen hanya menonton acara yang kusukai, melukis, dan aku akan pergi keluar jika hanya aku ingin mencari sebuah inspirasi akan lukisan ku.

Ataupun aku akan keluar dari apartemenku jika aku ingin membeli sesuatu, seperti sabun, makanan, cemilan dan sebagainya.

Sungguh sangat membosankan bukan? Tapi aku sangat menyukainya, aku lebih suka menghabiskan waktu ku sendirian.

Ah iya, usiaku tahun ini adalah 23 tahun.

Kemarin, kedua orang tua ku memberitahu ku lewat Video call, bahwa mereka akan berkunjung ke apartemen ku hari ini.

Kedua orang tua ku, saat ini sudah berada di bandara sekitar 2 jam yang lalu dan beberapa menit yang lalu mereka sudah berada di dalam apartemen ku.

"Selamat datang!" Ucap ku semangat saat menyapa kedua orang tua ku, yang baru sampai dan masuk ke dalam apartemen ku.

Ayah dan Bunda langsung memeluk ku, begitupun denganku yang membalas pelukan Ayah dan Bunda. Berbeda dengan kedua Adikku, terutama Adik laki-laki ku. Kami saling menatap sinis, karena selalu merasa ada dendam yang belum terselesaikan.

Padahal, kami sendiri pun tidak tahu dendam apa yang kami miliki.

"Hai Cena!" Sapa Adik Laki-laki ku yang belum berubah sama sekali dan tetap tidak sopan padaku dengan tidak memanggil ku dengan sebutan Kakak.

"Apa sekarang kau sedang berusaha untuk akrab dengan ku Dino?" Sahutku pada Dino, lalu menoyor kepalanya dan beralih merangkul Rina, Adik bungsu ku.

"Bagaimana? jadi kuliah di Jakarta?" Tanya ku pada Adik perempuan ku, Rina.

"Tentu saja jadi, aku juga sudah mendaftar di universitas yang aku inginkan. Aku hanya tinggal menunggu pengumuman saja Kak. Oh iya Kak, aku sudah diberi izin oleh Ayah dan Bunda untuk tidak tinggal satu apartemen denganmu. Aku sangat ingin bebas dan mencoba hidup mandiri, sungguh!" Jelas Rina senang padaku panjang lebar.

Aku memaklumi Adikku Winterinara yang berkemauan keras untuk tidak tinggal satu apartemen dengan ku. Wajar saja menurutku, dia sudah dewasa.

Lagi pula dirumah Rina selalu di kekang, tidak boleh melakukan ini dan itu karena dia adalah anak bungsu dirumah.

Dan apa kalian tahu? Bukan kedua orang tua ku yang selalu melarangnya melakukan ini dan itu, tapi Dino.

Alasannya karena Dino sangat menyayangi Rina, namun bagiku itu sangat berlebihan sungguh.

Bagaimana menurut kalian?

Oh iya Aku, Dino, dan Rina selalu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Kedua orang tua ku membiasakan kami untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Singkatnya, orang tua kami tidak ingin kami tidak pandai berbahasa Indonesia nantinya, karena akan terus berada di Los Angeles.

"Tidak bisa, kau itu anak perempuan Rina astaga. Kalo disini ada kak Cena kenapa kau harus tinggal sendiri? Aku tak akan mengizinkannya!" Protes Dino.

"Ck, kau ini berisik sekali kak sungguh! Bunda dan Ayah saja sudah menyetujuinya wleeeee!" Ejek Rina pada Dino.

"Lihat saja nanti, aku akan menghasut Bunda dan Ayah agar tidak memberi mu izin untuk tinggal sendiri. Kau itu perempuan!" Tegas Dino sekali lagi pada Rina.

"Ck, kau sangat menyebalkan kak!" Sahut Rina lalu berjalan mendahului kami dengan kedua tangannya diletakkan di depan dadanya.

"Cena!" Panggil Ayahku yang sedang duduk di balkon apartemen ku bersama Bunda.

"Iya Yah, sebentar!" Seru ku, lalu pergi menemui keduanya yang sedang berada di balkon.

"Bagaimana?" Tanya Ayahku ku tiba-tiba.

Aku mengernyitkan dahi ku binggung, karena tidak mengerti apa maksud ucapan Ayahku. Apanya yang bagaimana???

"Maksud Ayah? aku tidak mengerti?" Tanyaku.

"Bagaimana dengan pembangunan galeri seni mu? Apa semuanya berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginan mu?" Tanya Bunda padaku.

"Ya begitulah Bun, lancar-lancar saja kalau menurutku. Mungkin akan selesai 3 atau 5 bulan lagi," Sahut ku yang langsung diangguki oleh kedua orang tua ku.

"Nak, kamu sekarang sudah 23 tahun bukan?" Tanya Bundaku tiba-tiba dan aku pun hanya mengangguk canggung.

Aku mengerti kemana arah pembicaraan kedua Orang Tua ku ini.

"Apa kamu tidak ada rencana untuk menikah? atau kamu mungkin sudah memiliki kekasih?" Tanya Bunda ku lagi yang membuat ku agak terkejut.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Bunda, Cena tidak ada rencana untuk menikah dan tidak ingin untuk memiliki seorang pacar. Cena masih ingin meniti karir," Sahutku.

"Apa uang yang Ayah berikan untuk mu kurang cukup? apa perlu Ayah memberi mu 5 black card Cena?" Tanya Ayahku.

"Tidak Ayah, bukan begitu maksudku," Sahutku.

"Menikah lah Cena, apa kau mau Ayah kenalkan dengan anak teman Ayah? Kau sudah mengenalnya sejak lama jika kau mengingatnya" Ucap Ayahku.

"Apa?! aku tidak ingin menikah Yah!" Ucap ku sedikit berteriak.

"Lalu kapan kau akan menikah? Ayah dan Bunda sudah tua, kami ingin menimang cucu. Apa kau akan menunggu kedua orang tuamu mati dulu baru kau menikah?" Sahut Bundaku

Aku terdiam, tidak bisa menjawab.

"Ikut lah makan malam bersama teman Ayah besok malam, Ayah akan mengenalkan mu dengan anak teman Ayah."

"Ayah serius akan mengenalkan ku padanya?" Tanyaku.

"Tidak sayang, kalian sudah saling mengenal. Jadi untuk apa kami mengenalkan kalian lagi?" Sahut Ayahku.

Aku mengerutkan kening ku binggung, saat mendengar penuturan Orang Tua ku, siapa orang yang di maksud kedua Orang Tua ku?

"Terserah Bunda dan Ayah saja!" Sahut ku, lalu pergi meninggalkan kedua orang tuaku dan masuk ke dalam kamar.

Sungguh aku sama sekali belum ingin untuk memiliki kekasih, apalagi untuk menikah.

Yang benar saja astaga.

Lagipula aku sama sekali tidak dekat dengan siapa pun dan tidak memiliki teman pria selain Saka. Ah iya aku ingat, saat aku tinggal di Indonesia dulu aku memiliki seorang teman, namanya Renan. Dia adalah anak laki-laki yang imut dan 2 tahun lebih tua dariku.

Aku dan Kak Renan tinggal di lingkungan yang sama dulu, Kami juga pernah membuat janji untuk menikah saat kami sudah besar nanti.

Hahaha lucu sekali bukan? Aku tau kalau itu adalah omong kosong terbesar yang aku alami sewaktu aku berusia 6 tahun.

Aku sering menertawakan diri ku sendiri, saat mengingat hal tersebut. Dimana saat aku dan kak Renan berjanji untuk menikah diusia kami menginjak20 tahun hahaha.

Namun sayang, aku dan kak Renan mengalami sebuah kejadian yang tidak mengenakkan dan membuatku trauma berat saat berhadapan dengan dunia luar. Sehingga, kedua orang tua ku memutuskan untuk membawa ku ke Los Angeles, meninggalkan Negara kelahiran ku.

Semenjak orang tuaku membawa ku ke Los Angeles, aku tidak pernah bertemu dengan kak Renan lagi. Bahkan ketika aku mengunjungi Kakek dan Nenekku yang berada di Indonesia, aku tidak pernah melihat kak Renan.

Padahal saat aku kembali ke Indonesia, aku selalu melewati rumah kak Renan. Tapi sepertinya rumah itu sudah kosong.

Sungguh aku sangat merindukan kak Renan, aku ingin bermain dengannya lagi di taman komplek perumahan kami.

Apa kak Renan baik-baik saja?

Atau dia sudah meninggal karena kejadian tersebut?

Sungguh aku sangat penasaran dan khawatir.

Mungkin kak Renan yang membuatku terus menunggu kak Renan, untuk tidak menikah dan berkencan dengan siapapun.

Karena aku selalu berpikir suatu saat nanti, aku pasti akan dipertemukan oleh kak Renan, aku selalu mendoakan kak Renan selamat dan baik-baik saja, dari kejadian yang pernah kami alami sewaktu usia muda kami dulu.

Makan malam

Malam ini Celine dan keluarganya akan makan malam, bersama dengan sahabat lama Ayahnya. Yaitu Jinata Renandra dan Renabila Rasila serta bersama putra semata wayangnya, Junata Renandra.

"What's up bro! Sudah lama ya kita tidak bertemu, kau ini selalu sok sibuk dengan urusan bisinis mu!" Sapa Jinata pada Tanaro Ayah Celine.

"Hahaha, aku kan memang orang sibuk," Sahut Tanaro dengan kekehannya.

"Bagaimana kabarnya? sudah membaik?" Tanya Jinata berbisik pada Tanaro.

Tanaro pun melirik putri sulungnya Celine Aldebarano sekilas, lalu beralih menatap sahabat karibnya itu, Jinata.

"Ya seperti yang kau lihat, tapi untuk saat ini sudah lebih baik dan tidak separah dulu, sekarang sudah bisa beradaptasi dengan dunia luar," Ucap Tanaro berbisik pada Jinata.

Jinata pun mengangguk mengerti.

"Bagaimana dengan putramu? apa dia mengingatnya?" Tanya Tanaro berbisik.

Jinata menggelengkan kepalanya.

"Hai Jeng, astaga sudah sebulan ini ya kita tidak bertemu sama sekali. Mungkin terakhir kita bertemu di Paris apa ya? Aku lupa hahaha" Sapa Joya bunda Celine pada Rena istri Jinata.

"Iya Jeng, apa di Paris ya? Bukannya di Jepang kita sempat bertemu juga? Ah aku tidak mengingatnya hahaha, bagaimana kabarmu?" Ucap Rena sambil cipika-cipiki pada Joya.

"Hahaha aku juga lupa, aku baik. Bagaimana dengan mu?" Tanya Joya.

"Tentu saja baik, apalagi kantongku. sangat baik hahaha" Ucap Rena hingga terkekeh bersamaan dengan Joya.

"Kau ini bisa saja ya Rena hahaha" Tawa Joya.

"Kalian ini kenapa diam saja sih?" tegur Rena, "Jun ayo berkenalan dengan anak-anaknya Tante Joya," Lanjut Rena.

"Hah? oh iya Ma," sahut Juna lalu mendekat pada Celine, Dino, dan Rina serta memperkenalkan dirinya.

Setelah berkenalan, keempatnya pun langsung duduk di kursi meja makan mereka masing-masing.

"Ternyata anak temannya Ayah sangat tampan, bahkan om Jinata kelihatan tidak menua!" Bisik Rina pada Dino yang masih dapat terdengar oleh Celine.

"Kau ini! Lihat pria tampan mata mu sangat jeli, giliran melihat materi yang aku jelaskan mendadak buram. Jaga matamu Rina! kau ini anak perempuan, jangan seperti ulat bulu!" Peringat Dino sambil berbisik pada Rina.

"Ck, menyebalkan sekali!" Sahut Rina

Celine memutar bola matanya malas, karena Dino selalu melarang Rina dalam hal apapun. Padahal menurut Celine wajar-wajar saja apabila seorang remaja beranjak dewasa seperti Rina, terkagum dengan seseorang pria yang terlihat tampan yang berada di hadapannya saat ini.

Bahkan Celine pun mengakuinya, kalau Juna anak teman dari Ayahnya ini memanglah sangat tampan.

Sebenarnya Celine juga memaklumi Dino yang memberi perhatian lebih pada Rina, namun itu sungguh sudah sangat berlebihan.

Hei ingatkan Dino kalau Rina itu sudah besar.

Dino selalu bertindak seperti seorang pacar untuk Rina, yang cemburu ketika gadisnya melihat ada pria yang lebih tampan darinya.

Lagipula menurut Celine Rina itu sudah besar, jadi sudah pasti Rina dapat membedakan mana rasa cinta, rasa kagum dan sayang.

"Wajar aja kali No, lagipula ku pikir anak om Jinata memang tampan," Sahut Celine mendukung Rina.

"Ck, terserah kalian saja!" Sahut Dino kesal.

Celine hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja, melihat tingkah laku Adik laki-lakinya itu.

"Astaga, apa ini Celine?" Tanya Rena pada Joya dan Joya pun menjawab dengan mengangguk pasti.

"Yaampun sudah besar saja ya sekarang, dulu Tante terakhir ketemu waktu kamu umur 6 tahunan apa ya? Tante lupa" Ucap Rena sambil menatap Celine ramah.

"I..iya Tante," Sahut Celine dengan senyum ramahnya.

Sungguh, Celine tidak mengenali wanita paruh baya yang sedang menggenggam tangannya sekarang. Jangan kan mengenalnya, Celine saja merasa bahwa ini adalah pertemuan mereka berdua yang pertama kalinya.

Lalu bagaimana bisa wanita ini mengatakan padanya, kalau seolah-olah mereka pernah bertemu dan terlihat dekat dengannya.

Setelah perkenalan antara anak-anak Jinata dan Tanaro, kedua keluarga pun memutuskan, untuk menikmati makan malam mereka bersama.

Apa kalian berpikir kedua keluarga ini makan dengan tenang dan diam? Oh tentu saja tidak.

Tanaro dan Jinata sangat berisik, disaat sela-sela makan malam itu. Jinata dan Tanaro tiada hentinya berbicara soal bisnis, bahkan masalah kecil keluarganya.

Ditambah lagi, Joya dan Rena yang selalu bercerita fashion yang sedang trendi baru-baru ini.

Sedangkan anak-anak mereka, sama sekali tidak ada pembicaraan diantaranya. Setelah makan pun Juna, Celine, Dino, dan Rina langsung beralih pada ponsel mereka masing-masing.

"Astaga anak zaman sekarang ya, kalau tidak bermain hp rasanya ada yang kurang," Ucap Rena, sambil memperhatikan anak-anak mereka yang sedang menatap ponselnya masing-masing.

"Iya benar sekali Jeng, anak zaman sekarang kalau sudah bermain ponsel suka tidak ingat waktu, Rina di kamar seharian tidak keluar-keluar aku kira entah ngapain. Eh pas lihat rupanya di kamar ketawa-ketawa sendiri sambil main ponsel," Sahut Joya.

"hahaha" Tawa Rena ala-ala ibu sosialita.

"Oh iya Rina, Tante dengar-dengar mau nyambung kuliah di Jakarta ya?" Tanya Rena pada Rina.

Rina yang sedang menatap ponselnya pun, beralih menatap Rena yang bertanya padanya.

"Iya Tante, lagi nunggu pengumuman," Sahut Rina dan tidak lupa diakhirnya dengan senyum ramahnya pada Rena.

"Oh begitu ya, semangat ya semoga lulus" Ucap Rena tulus sembari tersenyum.

"Iya tante, Terima kasih" Sahut Rina.

"Kalau Dino dan Cena bagaimana?" Tanya Rena.

"Cena udah tamat kuliah Tan, tapi sekarang lagi tinggal di Jakarta," Sahut Celine.

"Dino kuliah di Inggris Tan," Sahut Dino .

"Kalo Juna bagaimana? sekarang kegiatannya apa?" Tanya Joya pada Juna.

Juna pun mendongakkan kepala dan tersenyum ramah pada Joya, lalu menjawab pertanyaan dari Joya.

"Juna kerja di kantor Papa Tan," Sahut Juna.

"Umur mu sudah berapa tahun Jun?" Tanya Joya.

"Sekarang udah 25 tahun Tan," Sahut Juna lagi.

"Wah sudah cocok untuk menikah ya, sudah ada calon belum Jun?" Tanya Tanaro.

Juna menggaruk pundak lehernya yang tidak gatal, "Ya begitulah Om," Sahut Juna malu-malu.

"Ekhem," Sela Jinata pura-pura ingin batuk untuk memperingati anaknya.

Jinata mengetahui hubungan anaknya dengan sekretaris perusahaannya seperti apa, tetapi Jinata tidak menyetujui hubungan Juna dengan gadis itu. Karena latar belakang gadis itu kurang baik, Bukan karena ekonomi, tapi keluarganya.

Juna juga sudah berjanji pada Jinata, akan menerima perjodohannya dengan Celine dan mengakhiri hubungannya dengan sekretarisnya.

Asalkan Jinata tidak memecat sekretarisnya tersebut, karena Juna beralasan ingin bersikap profesional. Namun, itu hanyalah omong kosong saja.

Nyatanya sampai saat ini, Juna sama sekali tidak mengakhiri hubungannya dengan gadis itu. Bahkan mereka diam-diam untuk bertemu dan saling bertemu di kantor, tepatnya di ruang kerja Juna.

"Sebenarnya alasan kita untuk berkumpul disini ada yang ingin Om sampaikan dengan kalian, terutama pada Juna dan Celine," Jelas Jinata membuka pembicaraan, agar anaknya tidak melampaui batasnya.

Deg

"Ini bukan seperti yang aku pikirkan bukan? apa ini yang semalam dibicarakan Ayah dan Bunda padaku?" Batin Celine sambil memperhatikan sekitarannya.

"Oh shi*t! Pasti Celine atau Winterinara perempuan yang di maksud sama papa dulu," Batin Juna.

"Kami semua ingin Juna dan Celine untuk menikah, Om harap tidak ada penolakan sama sekali. Baik itu dari Celine maupun Juna," Tutur Jinata tegas.

Juna memutar bola matanya malas, Juna sudah mengetahui ini akan terjadi. Karena hal ini sudah dibicarakan dari jauh-jauh hari oleh orang tuanya, kalau dia akan dijodohkan dengan anak sahabat dekat Papa nya.

Jadi mau tidak mau Juna harus menurut, daripada harus menjadi gelandangan di luar sana.

Terlihat jelas dari raut wajah Celine, bahwa dia sangat terkejut. Namun, Celine berusaha untuk menetralkan ekspresinya sebaik mungkin.

"Eumm...maaf om sebelumnya," Sela Celine dengan sopan, "Cena sama kak Juna sama sekali tidak mengenal satu sama lain," Lanjut Celine.

"Siapa yang mengatakannya kalau kalian ini tidak mengenal satu sama lain? kalian sudah saling mengenal satu sama lain sejak lama," Sahut Joya tanpa berpikir.

Juna dan Celine yang binggung mengernyitkan dahinya, karena tidak mengerti maksud Joya Bundanya Celine.

Rena tertawa canggung, marrna mengerti ekspresi binggung Juna dan Celine.

"Maksudnya, kalian ini kan sudah berkenalan tadi. Iya kan Joya?" Ucap Rena menatap Joya penuh arti.

"A..ah iya benar, itu maksud Bunda tadi Cel" Sahut Joya merutuki dirinya sendiri, karena berbicara sebelum berpikir dahulu.

"Engga bunda, maksud Cena," Ucap Celine terpotong di sela oleh Juna, yang membuat Celine terkejut dengan ucapan Juna.

"Juna akan menerima perjodohan ini, maksudnya Juna mau di jodohkan dengan Celine," Sahut Juna menatap Celine sejenak, lalu beralih menatap kedua keluarga.

Kedua orang tua tersebut langsung tersenyum sumringah, saat mendengar ucapan Juna. Tanaro berpikir, kalau Juna akan bersungguh-sungguh pada putri sulungnya.

"Apa apaan ini, aku tidak mau!" Batin Celine menatap tidak percaya pada Juna.

Dino dengan Rina? mereka hanya diam saja, lagipula mereka berdua tidak akan bisa membela Celine.

Sebenarnya Dino sama sekali tidak setuju, jika Kakak cantiknya ini dijodohkan dengan pria yang baru saja dikenalnya.

Dino menatap kakaknya itu dengan iba, saat melihat raut wajah Celine yang sangat tidak bersahabat itu.

"Bagaimana Celine? kau sayang kan dengan Bunda dan Ayah?" Tanya Joya pada anaknya Celine.

Celine sungguh tak bisa, Celine sangat membenci saat pertanyaan itu keluar dari buah bibir Bundanya. Bagaimana bisa Celine dapat menolaknya, jika Bundanya sudah menyangkut pautkan ini dengan perihal "kau sayang kan dengan Bunda dan Ayah?."

Karena sudah menyangkut kedua orang tuanya, Celine pun terpaksa untuk menerimanya dengan perasaan yang campur aduk.

"Yasudah karena kita semua memiliki kesibukan masing-masing, jadi kita tidak perlu acara tunangan dan segala ***** bengeknya. Kita langsung saja ke pernikahan bagaimana?" Saran Tanaro pada semuanya.

"Iya Tanaro benar sekali, bagaimana dengan Minggu depan saja?" saran Rena.

"Tante bukankah itu terlalu cepat? Cena dan kak Juna belum mengenal satu sama lain," Sela Celine sekali lagi.

"Kan kalian bisa saling mengenal saat sudah menikah Cena, apalagi hubungan kalian sudah sah nantinya. Jadi mau ngapain saja sudah bebas," Sahut Joya santai.

"Bun, i can't," Bisik Celine pada bundanya, namun tak di ubris oleh sang Bunda.

"Juna setuju, Minggu depan saja Om, Pa. Bukankah lebih cepat lebih baik? lagipula Om dan Tante tidak bisa berlama-lama di Indonesia karena pekerjaan," Sahut Juna tiba-tiba.

"Oke fix Minggu depan, kita masih memiliki waktu untuk membuat rencana susunan acaranya," Sahut Joya.

Setelah membicarakan semua persiapan acara untuk pernikahan Juna dan Celine. Kedua keluarga tersebut hendak pulang kerumah mereka masing-masing, karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Juna kamu antar Celine ya Nak, hitung-hitung sekalian pendekatan," Sahut Rena.

"Ayo Celine, biar ku antar" Ajak Juna pada Celine lembut dan Celine pun menurut.

Di mobil.

Hening.

"Maaf," Ucap Juna tiba-tiba membuka pembicaraan antara mereka berdua.

Celine yang awalnya sedang menatap keluar jendela kaca mobil pun beralih menatap Juna.

"Maaf untuk apa Kak?" Tanya Celine binggung.

"Maaf aku menerima perjodohan konyol ini, aku mengetahuinya kau pasti sangat tidak setuju bukan?" Sahut Juna.

"Hm sudahlah, lagian ini sudah kejadian kan? Jangan di pikirkan lagi," Ucap Celine lalu mengalihkan atensinya kembali ke luar kaca jendela mobil.

"Aku akan mengakhiri hubungan ku dengan kekasihku" Ucap Juna yang kembali membuat Celine menatap Juna terkejut.

"Ka..Kak memiliki kekasih?" Tanya Celine ragu-ragu pada Juna.

Juna mengangguk, "Hm, aku punya" Sahut Juna.

"Maaf" Ucap Celine lalu menundukkan kepalanya tak enak pada Juna.

"It's okay, kita punya alasan yang sama. Karena orang tua," Sahut Juna.

"Apa Kak Juna akan serius dengan hubungan pernikahan ini bersamaku?" Batin Celine.

"Baiklah, karena alasan Kak Juna sama seperti ku, aku nanti akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Kakak" Sahut Celine.

"hm" Balas Juna singkat.

"Yang benar saja gadis ini astaga, lagian mana mungkin aku bisa mengakhiri hubungan ku dengan Lia begitu saja. dasar bodoh hahaha" Batin Juna.

Pernikahan

Tidak terasa, hari demi hari selama seminggu ini terus berlalu.

Hari ini adalah hari dimana Juna dan Celine, akan mengucapkan janji suci di hadapan tuhan.

"Aaaa Kak Cena sudah mau menikah saja huhuhu," Rengek Rina sambil memeluk kakak cantiknya, Cena.

Dino menarik Rina secara paksa dari pelukan Celine "Astaga Rina, jangan merusak riasan kak Cena. Nanti kak Cena ikut menangis juga!" Protes Dino kesal pada Rina.

"Ck, kau ini protes saja dari tadi, Sangat menyebalkan!" Sahut Rina kesal.

Maka dari itu Rina sangat ingin mencoba jauh dari keluarganya, terutama Dino agar tidak ada yang melarangnya ini dan itu.

"Uuuuu sini peluk dulu," Ucap Celine yang berhasil menarik kedua adiknya itu untuk memeluknya erat.

Sedangkan di ruang mempelai pria sangat ramai, disana Juna ditemani oleh ketiga teman dekatnya minus Saka.

Karena Saka saat ini sedang berada di luar negeri, jadi Saka tidak dapat hadir pada hari pernikahan Juna.

"Kenapa hari ini Juna sangat tampan? apa aku baru menyadarinya?" Ucap Tara mencoba menggoda temannya.

"Pengantin baru bro hahaha, bukan kaleng-kaleng ini!" Sahut Kanta sambil tertawa puas.

"Bagaimana dengan kekasih mu Lia?" Tanya Bram tiba-tiba.

"Ck, ya menurut mu bagaimana? aku mana mungkin putus dengannya. Perempuan yang sudah menemani ku dari 0 hingga sekarang," Sahut Juna kelewat santai.

"Ingat Juna, kau ini sudah mau menikah dan memiliki tanggung jawab yang besar. Jangan sampai salah mengambil langkah," Sahut Tara sambil menasehati sahabatnya itu.

Ceklek

"Lah Lia? ku kira kau tidak akan datang di pernikahan kekasihmu sendiri hahaha" Ejek Kanta pada Lia.

"Ck, ya terserah ku! kenapa kau yang repot?!" Sahut Lia kesal lalu berjalan pada Juna.

"Baiklah, ayo kita keluar sebentar. Mereka pasti butuh waktu untuk berdua sebentar," Ucap Tara mengajak Bram dan Kanta untuk keluar.

Dan ketiga teman Juna pun keluar meninggalkan ruangan mempelai pria tersebut, hanya tersisa Lia dan Juna saja di dalamnya.

"Maaf," Ucap Juna.

"It's okay kak, Asalkan kau tidak akan melupakan janji mu pada ku," Ucap Lia sambil merapikan tuxedo Juna dengan rapi.

Juna mengangguk "Tentu saja, bagaimana bisa aku lupa? kau ini adalah my only one. Kau tenang saja oke hm?" Sahut Juna lalu membawa kekasihnya itu ke dalam pelukannya.

...⚡⚡⚡...

Setelah acara pernikahan selesai, sepasang suami istri itu saat ini sedang dalam perjalanan menuju kerumah mereka.

Awalnya rumah itu adalah rumah Juna, namun sekarang rumah itu juga akan di tempati oleh Celine.

Suasana di perjalanan saat ini benar-benar canggung, awalnya Celine ingin mengajak Juna untuk mengobrol santai bersama Juna.

Tapi Celine urungkan, karena setelah acara persepsi pernikahan tadi selesai Juna hanya diam saja dan menatap Celine datar, terkesan dingin dan tak perduli.

Berbeda sekali saat mereka berada di kerumunan ramai, Juna selalu bersikap hangat pada Celine. Hingga membuat Celine merasa aman saat berada di samping Juna.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Juna dan Celine saat ini sudah sampai dirumah. Celine sangat terpukau dengan interior rumah Juna yang dihiasi dengan warna yang gelap, menurut Celine itu sangat terlihat simple dan elegan di matanya.

"Celine" Panggil Juna.

"Iya kak?" Sahut Celine.

"Aku ingin menjelaskan ini, kita akan tidur di kamar yang terpisah. Kau akan memakai kamar yang pintunya bewarna biru tua dan aku akan menggunakan kamar utama yang pintunya berwarna coklat. Jangan sampai salah masuk kamar, Ah iya satu lagi. Urusan pribadi ku, kau tidak berhak untuk ikut campur. Walaupun saat ini status mu sebagai istriku, bukan berarti dirimu ada di hatiku," Jelas Juna panjang lebar pada Celine.

"Ka..kak Juna.." Lirih Celine terkejut saat mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Juna.

"Ah iya, ku rasa aku tidak perlu lagi untuk mengingatkan ini lagi padamu tentang ini. Kita ini hanya di jodohkan, so aku harap kau bisa menjaga imej ku didepan umum. Kau paham kan apa maksud ku Celine?" Jelas Juna pada Celine.

Karena tidak ada jawaban dari Celine, Juna pun akhirnya melangkahkan kakinya untuk menaiki satu persatu anak tangga rumahnya.

Bukan, bukan ini malam pertama yang Celine inginkan. Bahkan Celine tidak pernah membayangkan jika Juna akan bersikap seperti ini padanya.

Tanpa sadar air mata itu sudah mengalir di pipi beningnya Celine.

Celine masih terdiam di tempatnya setelah mendengar penuturan Juna barusan padanya. Juna bahkan memang sengaja bersikap manis pada Celine hanya di depan orang banyak, terutama di depan kedua orang tuanya dan orang tua Juna.

"I..ini kak Juna yang sebenarnya? aku tertipu," Gumam Celine.

Celine pun akhirnya memutuskan, untuk mencari pintu kamar yang bewarna pintu biru tua yang diucapkan oleh Juna tadi.

Juna memang seniat itu, bahkan Juna meletakkan seluruh barang yang ada di apartemen Celine ke kamar yang terpisah dengan kamarnya.

Barang-barang yang dipindahkan dari apartemen Celine masih di dalam box-box besar.

Celine hendak mandi terlebih dahulu, baru setelahnya dia akan membereskan barang-barang tersebut dan membuang barang yang tidak digunakannya.

Celine menangis dalam diam, disaat mandi bahkan disaat setelah mandi tiada hentinya air mata itu turun.

Sungguh Celine rasanya ingin pulang saja kerumahnya.

...⚡⚡⚡...

Hari ini Celine bangun pagi buta dengan matanya yang masih sembab, bahkan matanya sedikit membengkak.

Celine sengaja untuk bangun di pagi hari, untuk menyiapkan sarapan untuknya dan Juna yang saat ini sudah berstatus menjadi suaminya.

Celine sudah bertekad, bahwa dia akan menjadi istri yang baik untuk Juna, serta ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak.

Celine juga sudah berjanji pada dirinya sendiri akan terus berada disamping Juna, apapun yang akan terjadi diantara dirinya dan Juna hingga akhir hayatnya.

Karena Celine berpikir, Celine akan menikah sekali seumur hidupnya. Celine harus menerima Juna dengan segala kekurangan yang dimiliki Juna.

Pagi ini Celine membuatkan sarapan milky beef, makanan favorit Juna. Kenapa Celine dapat dengan mudahnya mengetahui kalau Juna menyukai milky beef? tentu saja Celine mengetahuinya dari Mama Rena, Mamanya Juna.

Celine sudah menyelesaikan masakannya dan meletakannya dengan rapi di atas meja makan.

Celine melihat Juna yang sedang menuruni anak tangga dan tentu saja, Juna sudah rapi dengan pakaian kantornya dengan jas setelan.

Celine sempat terpukau melihat Juna yang berjalan menuruni anak tangga satu persatu, Juna turun sambil merapikan lengannya dan memakai jam tangannya.

Astaga pagi-pagi Celine sudah melihat yang seperti ini, Celine berharap setiap pagi dia akan selalu melihat Juna.

Sungguh tidak terbayangkan.

"Kak Juna, ayo sarapan dulu, aku udah buat sarapan milky beef" ucap Celine.

salam hangat dari author🥰❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!