BADA SARIAK LAYUNG SAREUPNA

BADA SARIAK LAYUNG SAREUPNA

part 1

_______________

"Apa! Masuk pesantren?"

tanya seorang gadis yang bernama Senja itu pada Ayah nya.

"Iya Nak, kamu mau kan?" Sambil mengacak-acak rambut putri tunggal nya sang Ayah bertanya kembali.

"Wah ngga salah nih? memang nya Ayah yakin mau memasukkan Senja ke pesantren?" katanya seraya mengerutkan keningnya.

"Yakin, 100%." kata sang Ayah tersenyum.

"Alhamdulillah, sebenarnya ini adalah saat-saat yang Senja tunggu Yah. Senja sudah lama menginginkan masuk Pesantren."

Sambil tersenyum Senja memeluk Ayahnya.

"Baiklah, besok kita berangkat ya sayang! Tapi kamu tidak marah kan Nak, jika Ayah menyuruh mu untuk nyantri?"

"Tentu saja tidak Ayah, malahan Senja senang. Karena Senja ingin berubah. Tidak mau bar-bar lagi kaya sekarang." katanya cengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya sudah, sekarang pergi tidur biar besok tidak terlambat bangun untuk bersiap-siap. Soal perlengkapan barang mu, Ayah sudah meminta Bi Asih untuk mempersiapkannya."

"Yes! Les't go Mondok." Sambil bersenandung ria, Senja berlari ke kamarnya.

Betapa bahagia nya sang Ayah melihat putri kesayangan nya itu setuju untuk masuk pesantren. Padahal jika di perhatikan tingkahnya hampir menyerupai anak laki - laki, keras dan sangat nakal. Bahkan di sekolah dia dikenal sebagai Queen bar-bar.

Sering ketiduran di kelas, tidak mendengarkan guru mengajar, ribut dikelas, bahkan Senja juga kerap tertangkap basah sedang tidur di Base campnya belakang sekolah karena bolos tidak mau mengikuti pelajaran.

"Senja sebenarnya anak yang cerdas, hanya saja dia malas mengikuti peraturan di sekolah. Kami harap, Bapak bisa mengerti dan lebih memperhatikan Senja." Itulah kata-kata yang sering di ucapkan oleh kepala sekolah, saat Ayah Nya Ridwan dirgantara di panggil ke sekolah, karena ulah bandel putri nya Senja laura.

Setiap saat putri nya membuat ulah, sang Ayah tidak pernah marah sama sekali. Karena beliau yakin, suatu saat Senja pasti bisa merubah dirinya menjadi lebih baik.

Ayahnya begitu percaya terhadap Senja, dia anak yang rajin juga termasuk kategori siswa berprestasi di sekolahnya.

Meski begitu Senja tidak pernah sombong, banyak teman-teman mengagumi dan senang berteman dengannya.

Kecuali satu siswa, Fajar pangestu. King bar-bar, sekaligus sang ketua kelas Setiap hari di sekolah, Fajar dan Senja tidak pernah akur, ada saja pertikaian diantara mereka.

Ruang Kepsek sudah menjadi favorite bagi mereka berdua, wali kelas pun sudah angkat tangan saat mereka adu mulut, tidak sanggup menghentikan aksi mereka. Sampai suatu ketika wali kelas mereka mengadu kepada Ayah nya Fajar dan juga Senja. Meminta agar salah satu dari mereka harus ada yang pindah sekolah, dikhawatirkan jika mereka terus saja satu ruangan, kelakuan King dan Queen bar-bar itu semakin menjadi-jadi dan mengganggu tingkat belajar mereka dan teman sekelasnya.

Berat bagi guru wali kelas memberi solusi tersebut, karena Fajar dan Senja merupakan Siswa yang berprestasi. Peringkat mereka pun selalu bertukar posisi. Awalnya guru sepakat mereka di pisahkan kelas saja, supaya tidak lagi berulah. Namun Ayahnya senja meminta agar Senja di pindahkan saja dari sekolah tersebut. Karena berniat untuk memasukkan Senja ke Pesantren, tujuannya supaya Senja bisa memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.

_______________

Semesta tersenyum disapa mentari, burung-burung berkicau menunjukkan kesetiannya pada pagi. Suara deru kendaraan berlalu lalang membelah kesunyiaan fajar.

Pagi yang begitu cerah, satu senyuman terlukis indah dari bibir seorang gadis yang berusia 17 tahun, siapa lagi kalau bukan Senja laura.

Sungguh hari ini adalah hari terindah baginya, karena impian nya untuk masuk ke pesantren akan terwujud. Dia sadar selama ini banyak melakukan kesalahan, dan sekarang adalah waktunya untuk dia memulai hijrah.

"Sudah siap?" tanya sang Ayah pada putri cantiknya itu.

"Insyaa Allah siap Ayah," jawab Senja sambil mengacungkan dua jempolnya.

"Hiks ... Hisk ...."

terdengar suara tangisan seorang perempuan, tidak lain adalah Bi Asih. Pembantu kesayangan Senja, dia lah yang merawat Senja dari kecil hingga menjadi seorang gadis muda seperti sekarang.

"Bibi kenapa nangis?" ucap Senja seraya menghapus air mata Bi Asih.

"Non yakin mau masuk pesantren? Bibi sedih kalau jauh-jauh dari Non."

"Iya Bi, Senja juga sedih. Tapi ini kan demi hidup nya Senja, biar Senja jadi orang yang lebih baik Bi."

"Sebenarnya Non sudah baik, sangat baik malahan. Tapi kenapa banyak yang bilangin Non anak yang nakal?" kata Bi Asih sambil memeluk Senja.

"Sudah lah Bi, pandangan orang kan beda-beda. Jujur Senja memang sangat nakal di sekolah, tapi Senja janji bakal berubah." Mengacungkan jari kelingkingnya pada Bi Asih sebagai tanda janji, dan di sambut dengan jari kelingking pula oleh Bi Asih.

"Ayo berangkat," kata Ayah yang sedari tadi hanya menonton drama yang dimainkan Senja dan Bi Asih.

"Come on, pamit ya Bi. Do'ain Senja, semoga jadi anak yang sholehah. Aamiin," katanya pada Bi alAsih seraya mencium tangan nya dengan ta'zim.

"Pasti Non, do'a Bibi senantiasa mengalir untuk Non."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, hati - hati ya Non ... tuan ... " Seraya melambaikan tangan pada mereka Bi Asih tersenyum.

***

Setelah pamit dari Bi Asih, Senja dan Ayahnya masuk ke mobil dan langsung berangkat. Tapi sebelum menuju ke pesantren, mereka meluangkan sedikit waktu untuk ziarah ke makam istrinya pak Ridwan dirgantara alias Ibunda Senja, yaitu Laura dewi.

Dari kecil Senja memang hanya tinggal dengan Ayahnya, karena Bunda nya sudah lebih dulu menghadap sang khalik. Lebih tepat nya setelah melahirkan Senja. Jadi Senja di asuh oleh pembantu di yang sudah lama mengabdi di rumahnya yaitu Bi Asih. Kebetulan Bi Asih tidak memiliki keturunan, jadi dia mengasuh Senja dengan baik dan sudah menganggap Senja seperti anak kandungnya sendiri.

Tidak terasa kini Senja sudah berada di depan makam Bundanya, dia tersenyum dan merasa tenang setiap kali berziarah kemari.

"Assalamu'alaikum bunda, Senja datang ni. Hari ini Senja kesini ukan untuk curhat Bun, tapi Senja mau minta izin ke Bunda. Bahwa Senja akan masuk ke pesantren. Bunda pasti senangkan, do'akan Senja ya Bun," katanya meminta restu dari makan Bundanya, sambil mengecup ujung batu nisan yang bertulis nama Bundanya itu.

Ayahnya hanya bisa tersenyum, menyaksikan putrinya itu, bukan hal yang langka momen ini terjadi. Senja sering sekali mengunjungi makam Bundanya setiap dia rindu dan menceritakan keluh kesahnya disana.

Setelah meminta izin, dia melafazkan do'a untuk Bundanya dan aamiinkan oleh Ayahnya.

Lalu mereka kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju pesantren.

***

3 jam perjalan akhirnya tibalah mereka di tempat tujuan, terlihat dari depan pintu gerbang tulisan besar, Selamat datang di Pondok pesantren As-Sasunnajah.

Senja turun dari mobilnya, dan membantu ayahnya mengeluarkan barang-barang miliknya.

Lalu sang Ayah mengajak putrinya masuk ke sebuah rumah, yang diyakini Senja itu rumah pemilik pondok pesantren tersebut.

"Assalamu'alaikum," sapa Ayahnya pada seorang yang seumuran dengannya sambil berjabat tangan.

"Wa'alaikumussalam, akhirnya tiba juga ente ya Ridwan," jawab orang tersebut dan tersenyum.

Senja menyalami tangan laki-laki itu tanda hormat dan Ayahnya meperkenalkan Senja pada beliau.

Lalu mereka dipersilahkan masuk kedalam rumah, terlihat didalam ada seorang wanita tersenyum. Senja kembali menyalami beliau. Sedangkan ayahnya hanya mengisyaratkan saja dengan tangan nya dan wanita tersebut juga melipatkan tangannya di depan dada.

Mereka dipersilahkan duduk dan diberi jamuan, Ayahnya membuka percakapan dengan memberitahukan tujuan dan maksud mereka kesini adalah untuk mendaftar kan Senja sebagai santriwati disini. Lalu Ayah memberi tau Senja, bahwa laki-laki itu adalah pemilik pesantren sekaligus sahabat Ayahnya sejak SMA.

Dan perempuan tadi yang dicium tangannya oleh Senja adalah istri beliau.

"Semoga betah disini ya Nak, jika ada perlu sesuatu beri tau saja pada Ummah atau abah, insyaa Allah bisa membantu," kata wanita yang memanggil dirinya Ummah itu dan tersenyum manis pada Senja.

Senja hanya menjawab "Iya Ummah."

"Siapa namamu Nak?" tanya nya kembali.

"Senja laura Ummah," jawab Senja malu - malu kucing.

Sementara itu Ayahnya mengobrol asik dengan laki-laki yang di panggil Abah tersebut

Tidak lama kemudian 2 santriwati masuk kedalam ruangan itu, mungkin seumuran dengan Senja.

"Ada apa Ummah, memanggil kami kemari?" tanya salah satu diantara mereka.

"Saida, Amel. Perkenalkan ini Senja laura. Santriwati baru disini, kebetulan salah satu satriwati di kamar kalian kan tidak lagi mondok disini. Jadi posisi nya diganti dengan Senja ya! Mari antar kan Senja ke Asrama," kata Ummah pada kedua santriwati tersebut.

"Baik Ummah, kami minta izin dulu," jawab yang salah satunya lagi.

"Mari!" ajak mereka pada Senja, lalu membantu nya membawa barang - barang nya ke asrama.

Di perjalanan, mereka kembali berkenalan dan bertanya-tanya satu sama lain. Saat asik mengobrol tiba-tiba sebuah bola dari belakang tidak sengaja mengenai punggung Senja dan terjatuh.

"Aww ... " ringisnya.

"Hei, siapa yang melempar bola kesini hah?" teriak Saida sambil membantu Senja untuk berdiri

Lalu terlihat satu anak kecil menuju ke arah mereka sambil menunduk.

"Maaf Kak, tadi aku sedang bermain bola. Tidak sengaja menendangnya terlalu keras," ucap anak kecil tersebut.

"Eh, Dek Haikal, iya tidak apa-apa. Ini bolanya." Amel menyerahkan kembali bola tersebut pada anak kecil yang di panggil Dek Haikal itu.

"Siapa anak itu?" tanya Senja sambil melihat anak itu berlari meninggalkan mereka.

"Itu Dek Haikal, anak bungsu dari Abah," jawab Amel.

Senja hanya ber oh ria saja, dan mereka melanjutkan perjalanan menuju asrama.

***

5 menit kemudian mereka sudah sampai di asrama, lalu mereka membawa barang-barang Senja untuk di masukkan kedalam kamar yang mereka tempati.

Mereka mulai akrab sejak di perjalanan tadi, aneh padahal baru kenal. Tapi sudah nyaman mengobrol dan bercerita banyak hal.

Setelah membereskan semua dan memasukkan baju kedalam lemari. Senja pamit sebentar pada teman barunya itu untuk kembali sebentar pada Ayahnya yang masih dirumah Abah.

"Aku minta izin sebentar ya, mau bertemu Ayah sebelum Ayah pulang," kata Senja pada Amel dan Saida.

"Iya, mau ditemenin lagi?" tanya Amel.

"Tidak usah, aku udah hafal jalannya," balas Senja tersenyum.

Senja keluar dari asrama berlari menuju ke rumah Abah, tujuannya agar cepat tiba disana dan bertemu dangan Ayahnya. Tapi saat sedang berlari kakinya tersandung batu dan terjatuh.

"Aduh ... " ringisnya kesakitan karena kepalanya kejedot tanah.

"Ukhti tidak apa-apa?" Suara seorang laki - laki bertanya pada Senja.

'Hah, siapa tuh? suara laki-laki lagi. Ah malu banget aku'. Batin senja.

"Aku baik-baik saja," jawab Senja sambil berdiri dan menunduk malu.

"Sepertinya aku mengenalmu," ucap laki-laki tersebut.

Seraya megangakatkan kepala nya Senja melihat siapa wajah laki-laki itu, penasaran.

Kini mereka saling menatap, betapa terkejutnya Senja saat mengetahui siapa laki-laki dihadapannya ini.

"KAMU!" ucap mereka serentak.

~Bersambung

Terpopuler

Comments

Sitti Asyirah

Sitti Asyirah

aduh ternyata salah...kirain si fajar 😅😅😅😅😅😅😅

2022-01-24

0

Sitti Asyirah

Sitti Asyirah

pasti si king bar bar

2022-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!