_______________
Deru angin riuh berhembus dari luar sana, suara nyanyian binatang pun mulai berkecamuk menyambut kehadiran malam. Nampak dari jauh sang rembulan malu-malu keluar dari tempat persembunyiannya.
Terlihat dari dalam musholla sudah hening, karena shalat 'Isya berjamaah telah selesai dilaksanakan. Kini para santriwati tengah bersiap-siap dengan kitab ditangannya. Jejak kaki mereka terdengar jelas berlalu-lalang di tangga asrama. Ada yang berjalan pelan, berlari dan bercengkrama ria dengan teman-temannya sambil menuju ke kelasnya masing-masing.
Senja tersenyum senang, karena jadwal mengajar dikelasnya malam ini adalah Ustazah Farihah, guru yang paling dikaguminya. Beliau adalah putri sulung dari Almukarram Abah Ahmad, pimpinan pesantrennya.
Selain sholehah, Ustazah Farihah juga sangat cantik, meski wajahnya terbalut dengan niqab.
Tidak mau berlama-lama lagi Senja dengan kedua sahabatnya itu bergegas langsung menuju kekelas mereka, takutnya Ustazah Farihah lebih dulu berada dikelas dibanding mereka.
***
Kini Semua santriwati kelas 3A sudah menyiapkan barisan duduk dibangku nya masing-masing. Jika sudah dikelas, memang dianjurkan untuk tidak boleh banyak bicara, apalagi perkara yang tidak penting. Meski terkadang ada juga santriwati yang masih saja berbisik-bisik, entah topik apa yang mereka bicarakan sehingga tidak memiliki penghabisan. Sampai suara mereka terhenti ketika seseorang mengucapkan salam saat memasuki ruang kelas.
"Assalamu'alaikum ...." suara salam dari seorang laki-laki.
"Wa'alaikumussalam ...." jawab seisi kelas dengan serentak.
'Rafi! Apa yang dia lakukan disini?' tanya Senja membatin.
"Bismillahirrahmanirrahim ... Sebelum kita memulai membaca kitabnya, saya ingin memberitahukan bahwa, Ustazah Farihah sedang kurang sehat. Jadi untuk sementara saya yang akan mengisi jadwal mengajar beliau," ucap Rafi membuka percakapan.
Senja terdiam dengan seribu pertanyaan, baru 2 tahun dia tidak bertemu dengan Rafi, ternyata sekarang Rafi sudah sangat paham tentang ilmu agama. Mungkin sebentar lagi pasti akan dipanggil Ustad.
***
Rafi memulai membaca kitab, sambil mengartikan dan menjelaskannya. Tertangkap oleh pendengaran Senja, para santriwati lain tengah berbisik membicarakan dan memuji Rafi yang sedang duduk didepan mereka itu. Rafi memang sangat tampan, berkulit putih, hidungnya mancung, jika dilihat sekilas dia lebih mirip keturunan Belanda. Ditambah lagi dengan penampilannya yang sekarang, memakai sarung serta memakai koko dan juga kopiah. Benar-benar idaman.
Jauh berbeda dengan gayanya saat masih SMP dulu. Kemana-mana selalu memakai topi. Jika diluar sekolah, dia memakai baju kaos serta kemeja luarannya, lalu padukan oleh nya dengan celana jins, dia bahkan dulu juga memakai kawat digiginya, alias behel. Benar-benar gaul, sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilihat Senja sekarang.
'Masya Allah.' Lagi-lagi batin Senja melirih, dia begitu takjub dengan Rafi. Sekali lagi Senja melamun, entah apa yang ada dipikirannya. Yang jelas kini hatinya sedang tidak bisa di ajak kompromi, berdebar tanpa alasan. Seketika sebuah pertanyaan membuyar lamunan Senja.
"Ada yang ingin ditanyakan? mungkin ada yang kurang jelas. Yang disudut sana, apa ingin bertanya?" Sambil menunjuk kearah Senja. "Dari tadi saya perhatikan hanya melamun dan tidak menyimak apa yang saya sampaikan," kata Rafi pada Senja.
Senja kaget sekaligus malu, hanya terdiam tidak bersuara, dia hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. Tandanya tidak memiliki pertanyaan.
"Ustad, saya ingin bertanya!" kata Amel sambil mengangkat tanganya.
"Maaf sebelumnya, jangan panggil saya Ustad. Panggil saja Kak Rafi, sebab saya belum layak dipanggil Ustad." Sambil tersenyum Rafi mempersilahkan.
Amel melanjutkan pertanyaannya, lalu di susuli jawaban oleh Rafi.
Saida menertawakan Senja yang kini menunduk malu, "kamu sih, melamun mulu. Suka ya sama kak Rafi?" tanya Saida berbisik menggoda Senja.
"Iiih ... engga lah, aku cuma lagi kangen aja sama Ustazah Farihah," bantah Senja pada Saida yang masih menertawakannya itu.
Senja belum menceritakan pada sahabatnya itu, bahwa Rafi adalah mantan cinta monyetnya dulu. Dia malu, mungkin mereka juga tidak akan percaya, karena jika dilihat Rafi yang sekarang sungguh tidak pantas dibilang pernah berpacaran dimasa lalunya. Senja berpikir untuk melupakan saja tentang masalah itu. 'Rafi juga pasti sudah melupakannya,' pikir Senja.
***
Pengajian selesai, para santriwati kelas 3A menutupnya dengan shalawat kepada Baginda Rasulullah SAW. Disusuli dengan ucapan salam dari Rafi. Kemudian dia berlalu dari ruang kelas tersebut.
Setelah Rafi keluar, para santriwati yang lain langsung heboh membicarakan Rafi, memujinya dan bahkan sempat terdengar ada yang berdo'a semoga dijodohkan dengan Rafi.
Lalu senja menanyakan kepada dua sahabatnya itu. "Memangnya Kak Rafi itu idola ya disini? heran aja kenapa mereka begitu menggilakannya."
"Kak Rafi memang cukup populer di pesantren ini. Dia adalah murid kesayangan Abah. Selain pintar, dia juga ketua dari organisasi santri putra." Dengan nada sombong Saida menjelaskan pada Senja, dan dianggukinya.
"Kenapa jadi ngebahas Kak Rafi sih? balik ke asrama yuk! Aku ngantuk." Ajak Amel pada Saida dan Senja yang sedang asik mengobrol tentang Rafi.
Akhirnya mereka pun kembali ke asrama, menemui singgahsana kasur untuk merajut beberapa mimpi.
~Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments