_______________
"KAMU!" ucap mereka serentak.
"Masya Allah Senja, ini kamu?" kata laki-laki itu menilik Senja.
"I ... iya, kamu apa kabar Fi? sudah lama ya kita tidak berjumpa." sambung Senja agak sedikit gagap karena canggung.
"Alhamdulillah baik. Baru ya disini? sebelumnya aku tidak pernah lihat kamu."
"Hu'um, ini hari pertama. BTW aku pamit ya, soalnya mau ketemu sama Ayah di rumah Abah."
"Oh iya baik, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam ...."
Senja berlalu pergi dengan senyuman manis terlukis di wajahnya, meninggalkan laki-laki tadi yang mengobrol dengannya. Sungguh tidak terpikir oleh Senja akan bertemu dengan laki-laki itu lagi, tidak lain adalah Muhammad Rafi. Seorang laki-laki yang pernah mengisi ruang hatinya, cinta monyet memang. Karena mereka pernah berpacaran waktu SMP dulu namun setelah lulus mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan karena Rafi katanya mau masuk pesantren. Senja tidak tau kalau Rafi ternyata mondok di Pesantren As-Sasunnajah, tempat yang sama dengannya sekarang. Sungguh kebetulan sekali.
Senja sudah sampai di rumah Abah, Ayahnya masih didalam. Senja masuk dan menemui Ayahnya.
"Gimana? suka dengan asramamu Nak?" tanya Ayah pada Senja.
"Insyaa Allah suka Yah, Senja mau mondok disini." Dengan tersenyum Senja menjawab Ayah nya.
Sebenar nya itu bukan hanya sekedar senyum bahagia mengingat dia ingin bertahan di pesantren ini, tetapi juga senyum bahagia disertai desiran aneh di dadanya karena kejadian barusan. Sejujurnya Senja memang belum sepenuhnya melupakan Rafi, setelah putus darinya Senja tidak pernah mencoba untuk pacaran lagi. Hanya Rafilah satu-satunya mantan Senja.
"Alhamdulillah kalo Nak Senja suka, semoga bisa betah disini ya," ucap Abah disertai anggukan dari istrinya.
"Kalau begitu, Ayah pamit ya sayang. Semoga selama kamu disini, bisa merubah diri kamu. Tidak lagi nakal seperti dulu ya," kata Ayah dengan agak sedikit tertawa.
Ummah dan Abah juga ikut tertawa kecil, Ayahnya sudah menceritakan semuanya pada Abah dan Ummah bahwa Senja dulu nya sangat keras kepala.
"Iya Ayah, Senja janji tidak akan nakal dan bar-bar seperti dulu lagi deh." Sambil ikut tertawa Senja memeluk Ayah tercinta nya itu.
"Ayah pulang ya, saat libur nanti Ayah jemput kamu ok! Oh ya, Mad ane titip putri ane ya disini," ucap Ayah seraya berjabat tangan dengan Abah.
Senja dan Ayahnya meminta izin pada Abah dan Ummah, untuk mengantar kan sang Ayah sampai pintu gerbang. Senja berusaha untuk tidak menangis didepan Ayahnya, kali ini dia tidak ingin mengecewakan kepercayaan Ayahnya.
Setelah mengantarkan Ayahnya, Senja kembali ke asrama. Saat melewati tempat dia terjatuh tadi, Senja ternyum tipis, dia bahagia sekaligus malu karena yang menyaksikan dia terjatuh adalah mantan kekasih nya dulu.
Senja berlalu dan tiba di asrama, Saida dan Amel sudah ada disana menunggu kedatangan nya. Mereka masuk kekamar dan bersiap-siap untuk mengambil Wudhu' karena waktu shalat zuhur sudah tiba, mereka akan shalat berjamaah di musholla.
Mulai hari ini Senja akan mencoba untuk beradaptasi dan mengikuti peraturan baru disini, begitu pun dengan hari-hari berikutnya.
_______________
Hari ini semesta diguyur hujan, terlihat dari bawah asrama para santriwati bersenda gurau menikmati anugerah Allah yang turun dari langit itu. Saida dan Amel juga ikut bermain bersama mereka, Senja hanya bisa tersenyum menikmati pemandangan indah tawa mereka dari asrama. Bukan tidak ingin ikut bergabung, tetapi dia sangat sensitif dengan air, jika berlama-lama main air maka tidak ada kata tidak mungkin dia akan terkena demam.
'Tidak terasa sudah 3 minggu aku di pesantren ini, aku rindu Ayah,' Lirihnya dalam hati.
Senja mengayunkan langkah masuk kedalam kamarnya, temannya sudah tau bahwa Senja tidak terlalu suka dengan hujan.
3 minggu sudah cukup bagi mereka untuk saling mengenal.
Safratus Saida gadis cantik juga pintar namun sedikit brobrok. Lain dengan Amelia Azzahra yang agak pendiam, imut dan paling solehah diantara mereka.
Senja senang memilik sahabat baru seperti Saida dan Amel, sifat mereka menjadi pelengkap di hidupnya yang dulu sangat bar-bar. Sedikit demi sedikit sifatnya mulai berubah, yang dulunya keras kepala, sekarang Senja menjadi lebih penurut.
Saat sendiri dan hujan seperti ini Senja jadi mengingat masalalu nya saat masih bersekolah di SMA Nusa bangsa. Dimana waktu itu adalah saat-saat terkacau nya, apalagi ketika bikin rusuh di sekolah dengan Fajar pangestu.
"Kamu itu ngga usah sok-sok an disini, baru juga ketua kelas udah belagu. Pake ngatur-ngatur segala. Suka hati aku dong, mau nulis kek, mau engga kek. Itu urusan aku, ga usah kamu yang sewot." Dengan nada menyindir Senja membantah Fajar yang menyuruh nya untuk menulis catatan.
"Eh, kamu tuh yang belagu. Sok kecakepan banget jadi cewek, sekarang terserah kamu. Mau nulis atau ngga. Awas aja kalau nanti nama kamu dipanggil kekantor sama wali kelas jangan salahin aku," katanya mengancam Senja.
"Dasar banci! Beraninya ngadu sama guru. Hahaha ... ngga gentleman banget jadi cowok." Senja menertawakan Fajar yang katanya mau melaporkan dia ke kantor. Teman sekelas juga ikut menertawakan nya karena disebut banci oleh Senja, emosi Fajar mulai terpancing. Dengan amarah dia menarik lengan Senja dan mencengkram nya kuat.
"Apa kamu bilang tadi? banci? kamu nantang aku hah? ok! Sini aku buktiin bahwa aku bukan banci." Fajar begitu marah, dengan paksa dia menarik Senja keluar kelas. Teman-teman mereka bukannya menghentikan tapi malah menyorakinya.
"Wuuu, dikelas aja buktinya Fajar, biar kita bisa nonton. Hahahaha ..."
Fajar tidak menghiraukan temannya yang lain, sedangkan Senja berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Fajar. Tetapi Fajar malah mempererat pegangannya.
"Kamu mau bawa aku kemana? lepasin tangan aku! Diluar hujan, FAJAR ... lepas ngga. Ya udah aku teriak ni."
"Silahkan saja, aku ngga takut." Fajar masih terus menariknya entah kearah mana.
"Iiiibuuuuk ... Baaapaaak ... tolong Senja Buuuuk ..."
Suara teriakan Senja berhasil menjadi perhatian sekolah, siswa kelas lain ikut keluar untuk melihat dan menyoraki keributan diluar. Mereka tidak lagi mengerjakan tugas yang diberi oleh guru wali kelasnya.
Di sisi lain Senja masih terus berteriak sambil menendang-nendang kaki Fajar, agar berhenti berjalan. Namun tidak berhasil karena kaki kekar Fajar tidak sebanding dengan kaki mungilnya.
Seorang siswi berlari kekantor untuk melaporkan kerusuhan yang dibuat Fajar dan Senja. Rya anggraini namanya, dia merupakan teman sekelas dan sahabat baik Senja. Dia tidak ingin Senja di apa-apain sama Fajar, untuk menghentikannya pun itu tidak mungkin.
Karena guru sedang rapat, jadi Buk Vina yang menjadi wali kelas mereka saja, yang keluar dari kantor untuk menjadi penengah.
"Fajar ... Senja ... cukup! keributan apa lagi yang kalian buat hah? ibuk sudah capek ngingatin kalian terus. Kalian sudah pada besar, bukan lagi anak SMP. Yang lain bubar semua, berhenti menyoraki nama mereka, bikin ribut saja." Buk Vina memerintahkan siswa yang lain untuk kembali kekelas masing-masing.
"Senja yang mulai duluan Buk," kata Fajar sambil menunjuk ke arah Senja.
"Fajar Buk, dia yang narik-narik tangan aku dari tadi," jawab Senja masih tidak mau mengalah.
"Sudah, diam! Masih saja ribut. Sekarang ikut Ibuk, kalian harus di kasih hukuman."
"Fajar aja Buk."
"Senja Buk."
"Kalau kalian masih terus menyalahkan, hukumannya Ibuk tambah," kata Buk Vina tidak main-main garangnya.
Buk Vina membawa mereka berdua ke perpustakaan sekolah.
"Sekarang tugas kalian, rapikan semua buku-buku disini semuanya. Setelah itu bersihkan semua toilet yang ada disekolah ini. Tidak ada tapi-tapian, jika nanti ibuk cek kerjaan kalian tidak bagus, hukuman nya akan terus berlanjut sampai hari esok. Ayo kerjakan sekarang! Ibuk mau ke kantor masih ada rapat." Buk Vina berlalu meninggalkan mereka berdua yang masih bengong karena hukuman yang mereka terima sangat banyak.
'Mampus! Aku ditinggalin berdua lagi sama Fajar, gimana ini? Ya Allah semoga Fajar ngga macem-macem disini," ucap Senja membatin sambil menelan ludah.
Fajar sudah memulai aksinya membereskan buku yang berantakan.
"Woi! Bantuin, masih aja bengong disitu. Cepat, aku buru-buru ni." Perintah Fajar pada Senja yang masih ketakutan.
"Iya ... iya, sabar napa." Dengan langkah ragu-ragu Senja mendekat. Namun buku yang Senja pegang jatuh, karena tangannya gemetar.
"Kamu kenapa sih? takut sama aku? tenang, aku ngga bakalan apa-apain kamu disini. Lagian siapa juga yang mau sama cewek kayak kamu." Sambil tertawa Fajar mengolok-olok Senja. Sebenarnya tadi Fajar juga bingung mau kasih bukti apa pada Senja, dia hanya mengancam dan menarik asal saja. Fajar anak baik-baik, dia tidak akan berbuat sekejam itu pada Senja.
Fajar marah karena tidak suka jika perintahnya dibantah, apalagi menyangkut dengan pelajaran.
Senja hanya diam, tidak mau menyahut apapun, kali ini dia mengalah saja.
Mereka tidak bicara sampai menyelesaikan hukuman, ketika membersihkan toilet mereka membagi tugas, Fajar membersihkan toilet pria dan Senja membersihkan toilet wanita. Sebelum bel pulang berbunyi mereka sudah siap mengerjakan semuanya.
***
"Senja ... Senjaaaaa." Sambil mengayun-ayunkan tangannya di depan wajah Senja, Saida mencoba menyadarkan Senja yang sedari tadi melamun.
"Eh, kalian. Sudah selesai mandi hujannya?" tanya Senja pada kedua sahabatnya itu dan tersadar dari lamunan.
"Ngelamunin apaan sih? sampe ngga sadar kehadiran kami?" Amel bertanya sambil meletakkan handuknya pada hanger.
"A ... aku cuma inget sama teman sekolah ku yang dulu. Hehehe ... "
jawab Senja cengesan, dia malu kalau menceritakan kenakalannya dulu. Padahal tanpa Senja beritahu, Saida dan Amel sudah lebih dulu mengetahuinya. Ummah yang menceritakan kalau Senja dulu sangat keras kepala, tujuan Ummah agar Saida dan Amel bisa menuntunnya kejalan yang benar.
Sebenarnya mudah mengajari Senja, Saida dan Amel hanya mengingatkan beberapa hal saja, selebihnya Senja sudah banyak paham tentang kewajibannya sebagai muslim, dan sampai mana batasannya sebagai seorang Wanita.
Dulu almarhumah Bundanya Senja sangat paham tentang ilmu agama, dia juga mengajarkannya kepada orang lain, seperti membuat pengajian khusus dirumahnya setiap hari Jum'at. Bi Asih belajar banyak hal pada beliau, sehingga saat Senja lahir Bi Asih menanamkan kembali kaidah agama kepada Senja, meski tidak sepintar Bundanya. Tapi setidaknya Senja besar dengan pemahaman yang benar.
~Bersambung
~Mohon krisannya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Sitti Asyirah
aaku suka. ceritax
2022-01-24
0