part 5

{Bertemu kembali}

_______________

"Di umum kan kepada seluruh santri putra dan santri putri pondok pesantren As-Sasunnajah. Untuk nama-nama yang akan dipanggil, harap menuju ke kantor." Dengan suara lantang di microfon ala Ustad Azman, terdengar keseluruh pelosok pesantren, memanggil beberapa nama santri putra dan santri putri untuk menuju kekantor.

Ustad Azman adalah pembimbing dari organisasi santri putra, sekaligus tunangan Ustadzah Farihah, yang sebentar lagi akan menjadi menantu pertama dari Abah Ahmad.

Setelah pengumuman tadi, beberapa santri sudah terlihat menuju ke kantor.

Senja, Saida, Amel dan beberapa santri putri lainnya, juga sedang dalam perjalan, karena kebetulan nama mereka juga termasuk dalam daftar nama yang dipanggil sama Ustad Azman tadi.

Tidak lama, akhirnya mereka tiba dikantor. Terlihat disana sudah ada Rafi dan beberapa santri putra lainnya.

"Sudah semua kah ini?" Ustad Azman bertanya.

"Sudah," jawab mereka kompak.

"Baiklah, ananda Ustad semua. Sebelumnya Ustad ingin mengucapkan selamat untuk kalian yang ada disini. Karena kalian adalah calon peserta yang akan ikut lomba antar pesantren. Dimana akan dilaksanakan di pondok pesantren Ar-Risalah." Seketika semua para santri tersenyum dan mengucapkan Alhamdulillah, saat mendengar penuturan Ustad Azman.

Senja masih tidak menyangka, mengingat dia santri baru disini. Tetapi sudah diberi kepercayaan untuk menjadi peserta.

Saida dan Amel juga sangat bersyukur, karena tahun ini mereka terpilih kembali seperti tahun sebelumnya.

"Acara akan dilangsungkan selama 1 minggu disana, dan dimulai pada hari senin depan. Jadi, kita semua punya waktu 8 hari lagi untuk mempersiapkan diri. Sekarang Ustad akan memberi taukan masing-masing peserta akan berjuang di bidang apa," ucap Ustad Azman, lalu menyebutkan satu persatu nama santri beserta tugasnya masing-masing.

Senja akan berjuang dibidang cerdas cermat, Saida dibidang da'i (Dakwah), sedangkan Amel dibidang qori.

Disisi lain, ada Rafi yang tugasnya sama seperti Amel yang akan berjuang di bidang qori.

"Untuk peserta yang akan berjuang di bidang kaligrafi dan cerdas cermat, nanti akan di bimbing oleh Ustadzah Farihah. Sedangkan di bidang da'i dan qori, maka Ustad sendiri yang akan membimbingnya. Pembelajaran akan dimulai ba'da zuhur nanti, jadi sekarang ananda semua sudah boleh kembali ke asrama untuk bersiap-siap ke musholla. Berhubung sebentar lagi masuk waktu zuhur." Ustad Azman mengakhirinya dengan salam, lalu mereka semua kembali ke asrama.

Rafi sempat melirik ke arah Senja, begitupun sebaliknya. Tidak lama kemudian mereka saling tersenyum, tapi hanya sesaat, karena Senja tertunduk malu. Entah mengapa, akhir-akhir ini jika dia bertemu dengan Rafi, perasaan malu menyelimutinya. Tidak seperti dulu, saat mereka sering bercanda ria.

Senja berlalu pergi dengan Saida dan Amel. Rafi juga sudah meninggalkan kantor.

Dengan gerak cepat, mereka kembali ke asrama. Untuk segera menuju musholla.

***

Shalat zuhur telah selesai dilaksanakan, kini sudah saatnya menuju kekelas pembelajaran. Senja terpisah dengan sahabatnya, kelasnya akan di bimbing oleh Ustadzah Farihah. Sedang kan Saida dan Amel akan di bimbing oleh Ustad Azman.

Tapi saat di kelas, Senja tidak sendirian. Karena disana banyak santri putri lainnya. Termasuk juga teman-teman yang satu kelompok dengannya di bidang cerdas cermat.

***

Pembelajaran selalu dilaksanakan setiap ba'da zuhur.

Sedangkan malamnya mereka tetap mengaji kitab seperti biasa.

Ustad Azman dan Ustadzah Farihah begitu lihai dalam mengajarkan santri-santrinya.

Di setiap harinya, mereka terus saja berjuang dan memberi semangat kepada muridnya. Hingga tidak terasa, 6 hari sudah mereka menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri menuju perlombaan.

Besok adalah hari keberangkatan mereka menuju pondok pesantren Ar-Risalah.

Sedangkan hari ini para peserta sedang mempersiapkan semuanya sebelum berangkat. Mulai dari pakaian, dan juga persiapan mental mereka untuk ikut lomba.

Senja dan sahabatnya begitu sibuk dengan tugasnya masing-masing. Sampai malamnya pun mereka tidak terlalu banyak bercengkrama. Karena terus saja belajar.

***

Mentari mulai menyinari gemerlap semesta, satu pagi yang cerah kembali menyapa. Hari yang dinantikan pun tiba.

Pesantren sudah menyiapkan 2 bus sekolah untuk keberangkatan. Satu untuk santri putra dan satu nya untuk santri putri.

Ustad Azman sudah mulai memandu para santri putra menuju bus, Ustadzah Farihah pun sebaliknya.

Sebelum berangkat, mereka semua sudah lebih dahulu meminta restu dari Abah dan juga Ummah, sekalian memohon do'a dari beliau.

Kemarin mereka juga diberi kesempatan untuk mengabarkan orang tua masing-masing tentang perlombaan dan keberangkatan.

Akhirnya, 2 bus beriringan keluar dari komplek pesantren menuju jalan raya.

Perjuangan sudah mulai dirasakan oleh mereka, perasaan grogi pun mulai menyelimuti.

Namun Ustad Azman dan Ustadzah Farihah menyemangati santri-santrinya begitu baik. Dengan mengatakan

"Tidak perlu takut, awali saja dengan Bismillah. Jika nanti Allah menganugerahi sebuah nikmat dengan kemenangan, maka Alhamdulillah. Tetapi jika Allah memberi sebuah cobaan dengan kekalahan, maka jangan berputus asa, karena kita hanya bisa berusaha, selebihnya Allah yang memiliki kehendak." Semua santri merasa senang dengan penuturan guru mereka itu. Kobaran api semangat pun kembali membara di benak mereka masing-masing.

***

Perjalanan mereka isi dengan berbagai macam shalawat. Hingga 2 jam tidak terasa mereka sudah tiba di tempat tujuan.

Bus berhenti di depan pintu gerbang, para santri mulai turun satu persatu.

Kedatangan mereka disambut dengan suka ria oleh para santri di pesantren Ar-Risalah tersebut.

Ustadzah Farihah dan muridnya di persilahkan masuk ke area khusus santri putri, sedangkan Ustad Azman juga sudah berlalu menuju area khusus santri putra.

***

Ustadzah Farihah di tuntun oleh dua panitia santri putri menuju tempat beristirahat, lebih tepat nya kamar tamu yang sudah disediakan disana.

Senja beserta santri purtri lainnya, hanya mengikuti arahan dari Ustadzah Farihah.

Hingga para santri putri dari As-Sasunnajah di tetapkan pada 2 kamar yang berdekatan. Masing-masing kamar berisi 6 orang. Senja bersyukur karena Ustadzah Farihah dan dua sahabatnya menetap dikamar yang sama dengannya.

Mereka mulai menempati tempat tidur masing-masing, dan juga sudah meletakkan barangnya disana.

Ustadzah Farihah melirik arloji di tangannya, tertera disana jam 10:15, masih ada waktu 2 jam sebelum waktu zuhur tiba.

Lalu Ustadzah Farihah, memperbolehkan para santrinya untuk berkeliling melihat-lihat pesantren Ar-risalah. Asalkan tepat di jam 12:30 nanti, mereka sudah berkumpul kembali ke kamar untuk shalat dan juga makan.

***

Saida mengajak mengajak Amel dan Senja untuk keluar sebentar, awalnya Amel menolak, tapi akhirnya Saida merayu nya hingga mau ikut bersama mereka.

Mereka keluar dan melihat begitu banyak santri putri yang berlalu lalang disana, benar-benar meriah acara yang diselenggarakan.

Senja membius pemandangan matanya dengan melihat-lihat sekitar, 'Sungguh ramai.' pikirnya.

Baru kali ini dia melihat para santri berkumpul dari berbagai pesantren yang berbeda, bisa dilihat dari almamater yang mereka gunakan. Serta seragam yang sesuai dengan pesantren mana mereka berasal.

Saida mengajak Senja dan Amel menuju suatu tempat yang sempat diliriknya tadi, sebelum menuju ke area santri putri. Tertulis disana ''Pasar kecil santri''

Disana juga begitu ramai, pasar santri putri bersebelahan dengan pasar santri putra. Sengaja di buat terpisah agar tidak bercampur aduk antara laki-laki dan perempuan.

Saida langsung menuju ketempat dijualnya beberapa makanan, sedangkan Senja lebih tertarik dengan Asesoris. Amel hanya diam mengikuti saja kemauan dua sahabatnya itu.

Setelah selesai membeli yang mereka inginkan, lalu mereka memilih pergi meninggalkan pasar santri tersebut.

Saat keluar dari sana, semua berdesakan. Tanpa sengaja tubuh Senja terdorong kearah pembatas pintu masuk ke pasar santri putra. Tubuhnya juga menabrak seseorang disana, hampir saja ia terjatuh. Namun orang yang ditabrak tersebut dengan cepat menahannya.

"Astaghfirullah," lirih Senja sambil menutup matanya, karena berpikir akan jatuh ketanah, padahal nyatanya tubuh Senja melayang karena ditahan oleh lengan seseorang.

"Bangun, kamu berat tau," ucap seorang laki-laki, yang menahan tubuhnya itu.

'Ya Allah, laki-laki. Kenapa setiap ada kejadian yang bikin aku malu, selalu saja laki-laki yang menyaksikannya.' batin Senja mengeluh malu. Dengan pelan dia membuka matanya dan mencoba berdiri.

Awalnya Senja tertunduk, karena ingin meminta maaf, akhirnya dia mencoba melihat sosok yang menolongnya tadi.

"M---maaf, saya tidak senga ... Fajar! Kamu ngapain disini?" Senja menggantung kata maafnya, karena melihat orang menangkapnya tadi adalah Fajar, lelaki yang menjadi alasan utama di balik masalah yang dulu dia hadapi, dan sekarang laki-laki itu berdiri kokoh didepannya dengan sebuah senyuman terukir di bibirnya.

"Iya, ini aku ... Fajar. Kamu tuh ngapain disini? Pake acara jatuh segala lagi. Lihat tuh minuman aku tumpah semua, gara-gara nahan tubuh kamu. Malah berat lagi," ucap Fajar sambil menunjukkan minuman yang tergeletak di tanah.

"Iya maaf, tapikan aku ngga sengaja. Perasaan aku juga ngga berat-berat amat." Bantah senja pada Fajar yang mengatakan tubuhnya berat.

"Tau dari mana? Kan aku nahan kamu, berat tau. Tapi ... kamu kenapa bisa ada disini sih? Jangan-jangan ngikutin aku ya?" tanya Fajar pada Senja, sambil menunjukkan ekspresi curiga.

"Jangan mimpi kamu, aku masih waras ya. Jangan-jangan kamu lagi yang ikutin aku. Hayo ngaku." Dengan nada mengejek Senja membantah Fajar.

"Heh, aku santri disini. Kamu siapa?" kata Fajar sambil memasang wajah sombongnya.

"Aku peserta yang akan ikut lomba disini? Eh ... ntar dulu ... kamu santri disini? Kamu juga pindah dari SMA Nusa bangsa? Kenapa? Bukannya waktu itu Ayahku sudah meminta agar aku saja yang dipindahkan?" tanya Senja pada Fajar.

"A---aku, ya ... aku ..." Tak sempat Fajar menjawab, Saida dan Amel memotongnya.

"Senja, ngapain disini? Aku cariin juga. Malah nongkrong. Siapa ini?" Saida bertanya sambil menunjuk ke arah Fajar.

Saat Senja ingin menjawab pertanyaan Saida, Fajar lebih dulu menjawabnya.

"Calon suaminya" Setelah mengatakan itu, Fajar berlalu pergi meninggalkan Senja dan temannya yang tercengang mendengar jawaban dari Fajar.

"What? Beneran nih? Aku ngga salah dengerkan?" ucap Amel kaget.

" Diiih ... Gila tuh anak. Ya kali punya calon suami kaya dia. Dia itu temen SMA aku dulu," jawab Senja dengan nada kesal.

Saida dan Amel terus saja bertanya siapa laki-laki tadi. Tetapi Senja berpura-pura tidak mendengarnya. Habis dia kesal kepada Fajar, 'dari dulu anak itu emang ngga pernah waras otaknya' pikir Senja.

Senja terus berjalan menuju kamar peristirahatan, di ikuti oleh kedua sahabatnya itu dari belakang. Yang masih dengan segudang tanda tanya, dan belum terjawab oleh Senja.

~Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!