part 4

_______________

Mentari sudah menampakkan cahaya nya dari ufuk timur, suara ayam berkokok bersahut-sahutan diiringi dengan nada riuh burung yang bersorak riang menyambut pagi.

Memang pagi ini begitu cerah, namun Senja tidak bisa menikmatinya. Entah dari mana mulanya, saat dia membuka mata pagi ini, terasa seluruh tubuhnya sangat lemas, badannya pun terasa menggigil, sepertinya gadis itu sedang demam.

Sedari tadi Saida dan Amel membujuknya untuk pergi ke UKS, namun Senja menolaknya. Karena merasa dirinya pasti akan baik-baik saja.

Kini Senja hanya seorang diri dikamar, mencoba untuk menetralkan sedikit rasa sakit dikepalanya dengan berbaring. Sedangkan kedua sahabatnya itu pergi ke Musholla untuk shalat Dhuha berjamaah dan di iringi dengan muroja'ah hafalan.

Sudah menjadi peraturan, muroja'ah hafalan selama 2 jam. Tepat pukul 11:30 nanti, baru mereka kembali lagi ke asrama, untuk menyiapkan diri sebelum waktu dzuhur tiba.

Sebenarnya Saida dan Amel tidak tega meninggalkan Senja sendirian di kamar, namun Senja meyakinkan mereka bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya.

***

2 jam kemudian, muroja'ah pun selesai. Saida dan Amel bergegas menuju asrama untuk melihat keadaan Senja.

Setelah tiba disana, mereka melihat Senja masih terbaring rapi di kasurnya. Saida mengambil alat pengukur suhu badan, tidak disangka ternyata panas nya meningkat.

Dengan segera mereka menyiapkan Senja untuk dibawa ke UKS, Senja sempat menolak lagi, namun kedua sahabatnya itu tidak mendengarkannya. Senja di bopong oleh Saida dan Amel menuju ke UKS.

Saat tiba disana, Senja langsung dibaringkan diatas kasur, petugas UKS sudah ada disana untuk menanganinya.

Terlihat dari luar Rafi sedang menuju ke UKS. Membawa kotak P3K.

"Assalamu'alaikum ... " salam Rafi sambil masuk kedalam.

"Wa'alaikumussalam ... " jawab Saida dan Amel.

"Kenapa Kak Rafi ke UKS santri putri?" tanya Saida.

"Maaf, saya hanya ingin mengantarkan kotak ini yang kemarin dipinjam sama salah satu santri putra." Sambil meletakkan kotak itu ditempatnya.

"Siapa yang sakit?" tanya Rafi kepo, sambil melirik kearah ranjang pasien yang tertutup dengan gorden.

"Senja Kak," jawab Amel menoleh sedikit ke arah Fajar.

"Senja? Sakit apa? Kapan? Bukan kah tadi malam dikelas dia nampak baik-baik saja." Tanpa sadar, Rafi menyerang dua sahabat Senja dengan pertanyaan, sepertinya dia khawatir dengan gadis masa lalu nya itu.

Saida dan Amel sempat terdiam, mereka heran melihat Rafi tiba-tiba nampak begitu cemas ketika tau yang sakit adalah Senja.

"Senja demam Kak," Saida menjawab pertanyaan Rafi singkat, mau bagaimana pun dia tetap segan berbicara dengan Rafi.

"Kak Rafi kenal dengan Senja?" tanya Amel penasaran.

Rafi nampak ragu saat menjawab "S ... saya hanya bertanya, kalau begitu saya permisi dulu, Assalamu'alaikum." Rafi berlalu keluar dari UKS, meninggalkan Saida dan Amel yang masih bertanya-tanya dengan tingkah aneh Rafi.

***

Senja sudah selesai diperiksa dan diberi obat, kini kondisinya sudah agak lumayan. Sudah mampu berjalan meski sedikit lambat saat menuju asrama, tanpa bantuan Saida dan Amel lagi seperti sebelumnya.

Jika saja demamnya tidak menurun tadi, Saida dan Amel ingin melapor ke Ummah agar bisa menghubungi Ayahnya Senja. Namun itu tidak dilakukan, karena Senja sudah mendingan setelah meminum obatnya.

Saida melirik jam ditangannya, pukul 12:30. Sebentar lagi waktu Zuhur sudah tiba. Mereka harus bergegas untuk shalat berjamaah kembali di musholla.

Senja di perbolehkan tidak ikut, baik pengajian dan shalat berjamaah hingga malam nanti, Senja hanya shalat sendiri saja di kamar. Karena sedang tidak sehat.

Ba'da zuhur, berhubung hari ini Jum'at, jadi mereka melanjutkan dengan pengajian jamaah di musholla yang digurui oleh Ummah, berkumpul disana semua satriwati dari berbagai kelas. Berbeda kalau malam, mereka mengaji menurut tingkat kelas masing-masing.

Pengajian dilangsungkan selama 2 jam setengah, lalu disusuli dengan shalat 'Ashar berjamaah. Baru setelah itu kembali lagi ke asrama, untuk menuntaskan hal yang lain. Seperti makan, mandi sebelum bersiap-siap lagi untuk shalat Magrib beserta mengaji malam sampai dengan selesai.

***

Malam ini, kelas 3A tidak lagi diajarkan oleh Rafi, karena jadwal Ustadzah Farihah hanya setiap malam Jum'at dan Senin saja.

Saida tidak terlalu bersemangat karena tidak ada Senja disisi nya. Mengingat Senja sudah menjadi bagian terbaru, dan penyemangat baru dihidupnya setelah Amel.

Amel juga nampak senyap, biasanya dia selalu mengajukan banyak pertanyaan kepada Ustad atau Ustadzah yang mengajar. Tidak untuk malam ini, sampai pengajian selesai pun dia tidak mengajukan pertanyaan apa-apa.

Mereka langsung bergegas ke asrama, untuk menemui Senja yang mungkin sedang beristirahat dikamar.

***

Setelah tiba di Asrama, mereka tersenyum melihat Senja yang terbaring di atas sajadah, Amel mencoba membangunkannya untuk tidur ke atas kasur, Senja terbangun. Matanya tidak lagi sayu, keadaannya pun sudah sangat baik, Saida dan Amel senang melihatnya.

Terlintas dibenaknya Amel untuk menanyakan perkara Rafi tadi siang kepada Senja.

Senja menjawab, kalau dia dengan Rafi adalah teman lama. Tidak penting jika diceritakan lebih lanjut, tidak ada faedah sama sekali pikirnya.

"Minggu depan, ada lomba antar pesantren bukan?" tanya Senja mencoba mengalihkan perhatian sahabatnya itu.

"Iya, ah ... rasanya tidak sabar. Kira-kira tahun ini siapa ya yang dipilih untuk ikut lombanya?" Dengan semangat Amel bertanya.

"Lombanya seperti apa? Maksudku apa aja yang diperlombakan?" Senja bertanya serius, karena dia belum tau banyak menyangkut hal-hal di pesantren.

"Biasanya ada 4 cabang, yang pertama cabang Dai (Dakwah), yang kedua Cerdas Cermat, lalu Hafiz termasuk juga Tilawah, dan yang ke empat kaligrafi." Jelas Saida satu-persatu dengan antusias.

"Semoga kita terpilih sebagai peserta ya! Aamiin ... " Amel berdo'a yang di aamiin kan oleh Senja dan Saida.

"Tapi, lombanya diselenggarakan dimana?" Senja bertanya kembali.

"Sebelumnya lomba tersebut, di selenggarakan disini, di pesantren kita. Nah, kali ini mungkin gantian dengan persantren lain. Entahlah di pesantren mana?" ujar Saida.

"Pasti banyak banget sayingannya, apalagi lima pesantren sekaligus." Sambil memasang ekspresi syok Amel menghela nafas.

"Ah, kamu seperti belum pernah ikut saja Mel," balas Saida yang melihat ekspresi lebay Amel.

"Iya sih, hehehe ... " Amel menjawab cengesan sindiran Saida.

"Sudah lah, besok kita bahas lagi. Sekarang mari tidur, Senja butuh istirahat yang cukup, supaya jika terpilih sebagai peserta nanti, Senja sudah sehat." Sambil menarik selimut nya Saida mengucapkan selamat tidur pada Senja dan Amel.

Lalu dia melayang ke alam mimpi, disusuli dengan dengkuran halus Amel.

Disisi lain, Senja masih mengingat cerita Amel tadi, perkara Rafi yang terlihat cemas saat mengetahui dirinya sakit.

Saat dia sedang asyik dengan pemikirannya itu, tanpa sadar dia pun ikut tertidur menyusul sahabatnya yang sudah lebih dulu menemui impian alam semu.

~Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!