The Miracles Of Two Souls

The Miracles Of Two Souls

Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu

...╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ...

...         Selamat Membaca...

...•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯...

Devita Bina Dheandita, merupakan gadis biasa, tidak ada yang bisa dia banggakan selain lemak di tubuhnya juga jerawat di wajahnya. Gadis remaja yang berusia tujuh belas tahun, hidup di keluarga harmonis sebagai bayangan semu.

"Gimana sekolah kalian? Apa ada masalah?"

Devita ingin menjawab pertanyaan sang ayah, namun suara Vanessa, saudara tirinya lebih dulu mendahuluinya, "Baik dong, Yah! Ayah nggak mau nambahin uang jajan buat Vanes? Tiga hari ke depan,  di sekolah bakal ngadain acara tahunan. Jadi, Vanes butuh uang jajan tambahan, hehehe ..."

"Yaelah, Nes, duit jajan lo udah paling banyak itu, nambah terus lo! Maruk banget!" Gilang, kakak tiri Devita itu menjitak kepala Vanessa.

"Gibran juga mau ditambahin dong, Yah! Hehehe ..."

"Anjir! Sakit, Bang! Lo kira-kira dong kalo mau ngejitak!" Vanessa cemberut, namun tatapan Vanessa menatap Devita yang duduk diujung meja makan. Vanessa menatapnya dengan senyuman miring, seolah mengejeknya.

"Gibran, Gilang, Vanessa! Buruan sarapannya dihabisin, jangan berantem mulu kalian!" Bunda Margaretta memperingati anak-anaknya.

"Gibran nggak ikut-ikutan kok! Gibran anak baik, jadi nggak ikut berantem sama dua kucing itu." Gibran tersenyum mengejek ke arah dua saudaranya, Vanessa dan Gilang.

"Udah-udah, jangan ribut, nanti uang jajannya Ayah tambahin semua. Buat Vanessa, Gilang, juga Gibran." Devita tersenyum miris, benar bukan? Di keluarga yang harmonis ini, dia hanyalah bayangan semu, tak dianggap. Ayahnya tidak pernah menganggapnya ada.

Devita hanyalah anak dari hubungan gelap. Ibunya adalah sahabat dari istri ayahnya yang sekarang. Namun, karena ibunya mencintai ayahnya, membuat ibunya melakukan segala cara agar bisa bersanding dengan ayahnya, salah satunya adalah menjebak Galang, ayahnya. Dahulunya, keluarga harmonis ini hampir hancur akibat ibunya yang datang membawanya kemari. Sedari kecil, ibunya selalu memaksa agar Devita datang ke keluarga harmonis ini dan memaksa menjadi bagian dari keluarga ini. Oleh karena itu, keluarga ini membencinya. Devita hanya dicukupi finansialnya namun untuk kasih sayang, tidak.

Devita menghela nafas, dia berdiri membawa piring kotor miliknya untuk dia cuci sendiri. Setelah selesai, diapun segera pamit untuk pergi ke sekolah, SMA Alhena.

...-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-...

Devita memasuki kelasnya dengan langkah riang, dia menghampiri tempat dimana seorang laki-laki berseragam tidak rapi tengah menelungkupkan kepalanya.

"Pagi, Anggasta!" Sapa Devita dengan riang. Devita membuka tasnya, lalu mengeluarkan dua plastik roti coklat yang kemudian dia serahkan kepada Anggasta. Anggasta Aligra Hendrawan, orang yang disukai Devita sejak SMP. Cowok urakan dengan segala tingkah kenakanalannya, namun pesonanya yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Anggasta mendongak malas menatap Devita, "Nggak usah repot-repot bawain gue makanan mulu, percuma, kagak bakal gue makan!" Anggasta membuang roti coklat itu ke sembarang arah.

Devita menghela nafas panjang, dia tersenyum kemudian, "Yaudah kalo nggak mau, nggak usah dibuang juga. Kagak baik buang-buang makanan, Ngga," Devita memungut roti yang dibuang oleh Anggasta.

"Anggasta! Lo jahat banget sih jadi cowok! Kalo emang nggak mau yaudah jangan dibuang!" Ayana, sahabat Devita menggebrak meja Anggasta begitu keras, hingga membuat beberapa teman sekelasnya yang sudah datang menoleh untuk melihat kehebohan itu.

Anggasta tersenyum miring, "Bukan salah gue dong! Salah temen lo yang suka caper sama gue, betul nggak guys!" Anggasta meminta pendapat teman sekelasnya.

"BETUL!"

"Si gendut aja tuh yang suka caper, udah tau ditolak, masih aja ngebet!"

"Tauk tuh, murahan banget!"

"Diem lo semua!" Ayana Risti, sahabat Devita yang selalu membelanya, menganggap kehadirannya.

Devita berdiri di sebelah Ayana, "Udah-udah, Ay. Kagak usah diladenin. Gue udah biasa kali! Kuylah kita duduk, bentar lagi bel masuk." Devita lantas menyeret lengan Ayana ke tempat mereka duduk.

Sesampainya di tempat duduk, Ayana menatap tajam Devita, "Dev, ini terakhir kalinya lo ngasih sesuatu sama Anggasta, percuma! Dia bakal nolak terus! Mending lo kasih ke gue aja." Ayana menaik-naikkan sebelah alisnya.

Devita tertawa, "Yeuh! Itu mah mau lo!"

Ayana ikut tertawa, "Nah gitu dong ketawa! Lo tuh cakep kalo ketawa. Eh, Dev, nanti pulang sekolah, mampir perpustakaan dulu yak! Gue mau minjem novel soalnya."

Devita mengangguk, dia kemudian membuka kemasan roti coklat yang tadi dibuang Anggasta, kemudian memakannya, "Emang ada novel terbaru di perpustakaan?"

Ayana mengangguk dengan antusias, "Ho'oh ada! Lo tau nggak, cewek murid sekolah sebelah yang namanya Aysa Listeria?"

Devita menggeleng dengan mulutnya yang sibuk mengunyah roti coklat, "Nggak. Siapa tuh?"

Ayana ikut memakan roti coklatnya, "Aysa Listeria, dia itu most wanted di SMA Alioth yang kecelakaan satu bulan lalu di tol Cipularang itu loh!"

"Terus-terus!" Devita dengan mulut penuh menyimak antusias cerita Ayana.

"Singkat cerita, dia bangun dari koma lima bulan. Dia terus jadi penulis best seller anjir! Keren nggak tuh! Novelnya yang paling terkenal itu judulnya Hiraeth. Tadi, waktu mau masuk kelas, gue dapet info kalo di perpustakaan ada novel Hiraeth. Gue penasaran ama isi ceritanya, kok bisa sampe best seller."

Devita mengangguk-angguk, "Gue jadi penasaran juga. Oke deh, nanti abis pulang sekolah ye?"

"WOI WOI!"

Tiba-tiba ketua kelas datang sembari membawa selembar kertas di tangannya. Leo, si ketua kelas berdiri di depan kelas. Semua atensi kelas Sebelas IPA satu tertuju padanya, termasuk Devita juga Ayana.

"Berhubung acara classmeeting dimulai besok, hari ini guru-guru ngasih waktu buat kita bentuk Tim buat ikut lomba yang bakal diadain. Tanpa gue tunjuk, silahkan kalian ikut sendiri, lomba apa yang kalian minati. Jangan malu-maluin kelas dengan nggak ikut lomba."

Setelah Leo menjelaskan apa saja lomba-lombanya, beberapa murid sudah mengajukan diri untuk ikut lomba.

"Oke, makasih buat yang udah berpartisipasi. Buat yang nggak ikut lomba, kalian bisa jadi tim supporter buat kelas kita. SEMANGAT!!"

"SEMANGAT!!"

Meskipun Devita tinggal di kelas yang tak menganggapnya, namun dia tetap senang menjadi bagian tim supporter untuk kelasnya. Devita sengaja tidak ikut lomba, dia hanya tidak ingin membuat kelasnya malu karena dirinya. Bukan rahasia umum lagi bila Devita adalah anak hubungan gelap. Bahkan tak sedikit teman-temannya menghinanya 'Anak pelakor'.

Lamunan Devita buyar saat Ayana menyenggol lengannya, "Apaan?"

"Ke perpus sekarang aja kuy! Mumpung jamkos, lagian kita juga nggak ikut lomba. Percuma kita di kelas cuma dianggep setan." Ajak Ayana.

Kalau dipikir-pikir, Ayana satu nasib dengannya. Bedanya Ayana adalah murid beasiswa dari orang kurang mampu. SMA Alhena adalah SMA Swasta di Jakarta, dimana isinya adalah anak-anak orang kaya.

Devita mengangguk setuju, "Yoklah! Udah nggak sabar nih! Kita kudu cepet, takutnya novel Hiraeth udah dipinjem orang lain."

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Devita berlarian menuju perpustakaan, sebelumnya dia berpisah dengan Ayana untuk pergi ke kantin membeli minum dan cemilan terlebih dahulu. Devita suka membaca bila ditemani cemilan dan minuman, membuatnya semakin betah membaca.

Perpustakaan SMA Alhena berada di sebelah kanan gedung IPA, tepatnya di lantai tiga. Saat hendak naik di lantai tiga, tak sengaja dia menabrak seorang siswi berambut coklat sepunggung.

Bruk

"Aduh, maaf ya? Gue nggak sengaja, serius deh!" Devita turut membantu siswi itu bangun dan memeriksa tubuh siswi itu, apakah ada yang terluka atau tidak.

"A-aku nggak apa-apa, kamu nggak perlu khawatir." Siswi itu menatap Devita dengan senyuman tulus yang terpatri. Devita terpaku dengan senyuman itu. Sebelumnya tidak ada yang pernah memberikan senyuman setulus itu selain Ayana.

"Seriusan? Gue nggak enak udah nabrak lo." Devita meringis. Salahkan tubuhnya yang terlalu besar, hingga bisa menabrak orang sembarangan.

"Aku nggak apa-apa kok, serius! Kamu nggak sengaja, aku tahu." Siswi itu menyunggingkan senyumannya.

Devita memandang siswi di depannya, "Lo bukan anak sekolah sini, kan? Lo murid sebelah, betewe mau kemana? Siapa tau gue bisa anter," Devita baru sadar, siswi di depannya adalah murid SMA Alioth. SMA swasta terbaik setelah Alhena di Jakarta.

Bukannya menjawab, siswi itu malah menatap Devita dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Tatapan yang menyiratkan rasa rindu, mungkin? Itulah yang dilihat Devita.

"Matamu mirip seseorang ..." gumam siswi itu pelan.

Devita tidak mengerti, dia menggaruk pipinya yang tak gatal, "Lo ngomong apaan tadi?"

Siswi itu menggeleng, "Bukan apa-apa. Senang bertemu dengan kamu. Aku harap kamu bahagia .... Karena perasaan yang sama mengantarkan pada dua takdir menjadi satu. Aku permisi dulu ..."

Devita mengerjapkan matanya karena tidak paham dengan ucapan siswi di depannya. Dia hanya mengangguk saja sebagai balasan atas pamitnya siswi itu. Namun sebelum benar-benar berbalik dan pergi, Devita melihat name tag siswi itu. Seketika matanya membulat lebar.

"DIA AYSA LISTERIA? SERIUS?" Pekik Devita dengan heboh. Dia menepuk kedua pipinya berulang kali untuk memastikan apakah dia sedang bermimpi atau tidak.

"Ini bukan mimpi ..." Devita masih memandang arah perginya Aysa, "WOILAH! INI NGGAK MIMPI COK!"

Plak

"ADAW!" Devita mengusap kepalanya yang terkena timpukan botol air mineral yang masih berisi. Devita mengambil botol itu, meremasnya dengan kuat saking emosinya.

"SIAPA YANG BERANINYA NIMPUK GU-" Devita tidak jadi mengamuk kala tahu siapa yang melemparnya, "Ehehehe .... Kak Elgra ngapain disini?"

Elgradion Veraldo Hendrawan, kakak dari Anggasta. Lelaki dingin dan tak suka diganggu.

"Lo-" Elgra menunjuk tepat didepan wajah Devita, "berisik." Lanjutnya, setelah mengatakan itu, Elgra menaiki tangga menuju lantai tiga, satu tujuan dengan Devita.

Devita mengusap dadanya merasa lega. Biasanya Elgra akan memaki habis-habisan bagi orang yang mengganggunya.

Beruntung Devita tidak jadi mengumpatinya, mungkin bisa saja dia akan dimaki habis-habisan oleh Elgra. Tidak sang kakak, tidak sang adik, keduanya sama-sama menyeramkan.

Namun tidak bisa dipungkiri, dia tetap menyukai Anggasta, meskipun dia tahu bahwa akan selalu ada penolakan untuknya. Devita tahu, dia tak sepenting itu menjadi bagian kisah hidup Anggasta, begitupula keluarganya. Devita hanyalah bayangan semu.

'Jadilah benalu, Devita! Dengan begitu kamu tahu bagaimana rasanya dibenci. Saya nggak mau tahu, kamu harus menjadi bagian keluarga Galang, ayahmu.'

Devita tersenyum kecut, mengingat sepotong memori semasa kecilnya. Dimana ibu kandungnya sendiri menyuruhnya untuk menjadi benalu. Mengajarkannya untuk menjadi orang yang dibenci. Lagi-lagi Devita harus menelan pil pahit kehidupan yang tiada berkesudahan.

...•───────•°•❀•°•───────•...

Terimakasih sudah membaca.

Ini cerita kedua saya, mohon dukungannya ya:)

Saya menerima kritik dan saran.

Terpopuler

Comments

Dede Mila

Dede Mila

mulai

2024-04-26

0

Gian Ganevan

Gian Ganevan

bagus ih awal cerita udah diceritakan tokoh yg punya kekurangan, konsep awalnya bagus yaa.. ga selalu tokoh itu sempurna

2023-07-19

0

Ttik

Ttik

mampir

2021-11-20

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu
2 Chapter 2: Jangan Kehilangan Harapan
3 Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati
4 Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena
5 Chapter 5: Simbol Kutukan
6 Chapter 6: Perubahan Sirena
7 Chapter 7: Tekad
8 Chapter 8: Sweet But Pshycho
9 Chapter 9: Athanaxius, Pangeran Kematian.
10 Chapter 10: Teman
11 Chapter 11: Mencari Petunjuk
12 Chapter 12: Hari Mengesalkan
13 Chapter 13: Jangan Kehilangan Kendali
14 Chapter 14: Curahan Hati Sirena
15 Chapter 15: Bertemu Kembali
16 Chapter 16: Bermalam Bersama
17 Chapter 17: Misi Gagal!
18 Chapter 18: Firasat Buruk
19 Chapter 19: Aku Ingin Menolongmu
20 Chapter 20: Pelangi untuk Athanaxius
21 Chapter 21: Bukan Orang yang Tidak Berguna
22 Chapter 22: Janji Seorang Teman
23 Chapter 23: Terimakasih, Sirena.
24 Chapter 24: Kemarahan Sirena
25 Chapter 25: Imbalan Pertama
26 Chapter 26: Hari Bahagia Adelphie
27 Chapter 27: Siapa Adelphie?
28 Chapter 28: Serangan Monster
29 Chapter 29: Diujung Tanduk
30 Chapter 30: Dua Lamaran
31 Chapter 31: Menerima Lamaran
32 Chapter 32: Athanaxius, Penyelamat Saya
33 Chapter 33: Mimpi Indah, Athan ...
34 Chapter 34: Membutuhkan Sirena
35 Chapter 35: Siapa Kau?
36 Chapter 36: Akhirnya Bertemu
37 Chapter 37: Bukan Dunia Novel
38 Chapter 38: Sirakusa Menolongnya
39 Chapter 39: Tersipu Malu
40 Chapter 40: Mawar Hitam Berduriku
41 Chapter 41: Dia Milikku
42 Chapter 42: Hutang Penjelasan
43 Chapter 43: Hari Pernikahan
44 Chapter 44: Ada Apa Dengan Sirakusa?
45 Chapter 45: Kekacauan di Hypatia
46 Chapter 46: Menebus Kesalahan
47 Chapter 47: Fakta Yang Tersembunyi
48 Chapter 48: Kecewa Yang Berulang
49 Chapter 49: Memastikan Sesuatu
50 Chapter 50: Pembuktian
51 Chapter 51: France si Pesaing Kecil
52 Chapter 52: Fakta yang Tersembunyi 2
53 Chapter 53: Teka-Teki yang Tak Kunjung Usai
54 Chapter 54: Keyakinan Athanaxius
55 Chapter 55: Dibalik Raja Monachus
56 Chapter 56: Terungkap
57 Chapter 57: Rahasia dan Perpisahan
58 Chapter 58: Sosok Asli
59 Chapter 59: Dilema France
60 Chapter 60: Hadiah Untuk Osaka
61 Chapter 61: Jiwa yang Tertukar
62 Chapter 62: Tak Terduga
63 Chapter 63: Penemuan Kopi
64 Chapter 64: Perintah Raja Monachus
65 Chapter 65: Pernyataan Cinta
66 Chapter 66: Dimulai
67 Chapter 67: Wellcome Home
68 Chapter 68: Kemunculan Sirena dan Irena
69 Chapter 69: Cerita dan Rasa Sakit
70 Chapter 70: Melawan Rasa Takut
71 Chapter 71: Persekutuan dan Kenangan
72 Chapter 72: Istimewa Bersamamu
73 Chapter 73: Terungkap 2
74 Chapter 74: Kekacauan Sebelum Pergi
75 Chapter 75: Bertemu Beta Arigha
76 Chapter 76: Serangan Athanaxius
77 Chapter 77: Pertemuan
78 Chapter 78: Syarat Berisiko
79 Chapter 79: Melawan Monster
80 Chapter 80: Jebakan
81 Chapter 81: Putus Asa
82 Chapter 82: Rasa Rindu
83 Chapter 83: Perang dan Kehancuran
84 Chapter 84: Telah Kembali
85 Chapter 85: Keajaiban Dua Jiwa
86 Chapter 86: Pertarungan
87 Chapter 87: Kekalahan Ratu Amanita
88 Chapter 88: Keinginan yang Terkabul
89 Chapter 89: Ritual Pertukaran Jiwa
90 Chapter 90: Menjemput Devita
91 Chapter 91: Kembalilah, Devita
92 Chapter 92: Simfoni Lagu Athanaxius
93 Chapter 93: Obat Manis
94 Chapter 94: Luka dan Penyesalan
95 Chapter 95: Serangan Penutup
96 Chapter 96: Kepercayaan Takdir
97 Chapter 97: Surat Perintah
98 Chapter 98: Kebahagiaan yang Sama
99 Chapter 99: Keinginan yang Terkabul 2 (END)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu
2
Chapter 2: Jangan Kehilangan Harapan
3
Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati
4
Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena
5
Chapter 5: Simbol Kutukan
6
Chapter 6: Perubahan Sirena
7
Chapter 7: Tekad
8
Chapter 8: Sweet But Pshycho
9
Chapter 9: Athanaxius, Pangeran Kematian.
10
Chapter 10: Teman
11
Chapter 11: Mencari Petunjuk
12
Chapter 12: Hari Mengesalkan
13
Chapter 13: Jangan Kehilangan Kendali
14
Chapter 14: Curahan Hati Sirena
15
Chapter 15: Bertemu Kembali
16
Chapter 16: Bermalam Bersama
17
Chapter 17: Misi Gagal!
18
Chapter 18: Firasat Buruk
19
Chapter 19: Aku Ingin Menolongmu
20
Chapter 20: Pelangi untuk Athanaxius
21
Chapter 21: Bukan Orang yang Tidak Berguna
22
Chapter 22: Janji Seorang Teman
23
Chapter 23: Terimakasih, Sirena.
24
Chapter 24: Kemarahan Sirena
25
Chapter 25: Imbalan Pertama
26
Chapter 26: Hari Bahagia Adelphie
27
Chapter 27: Siapa Adelphie?
28
Chapter 28: Serangan Monster
29
Chapter 29: Diujung Tanduk
30
Chapter 30: Dua Lamaran
31
Chapter 31: Menerima Lamaran
32
Chapter 32: Athanaxius, Penyelamat Saya
33
Chapter 33: Mimpi Indah, Athan ...
34
Chapter 34: Membutuhkan Sirena
35
Chapter 35: Siapa Kau?
36
Chapter 36: Akhirnya Bertemu
37
Chapter 37: Bukan Dunia Novel
38
Chapter 38: Sirakusa Menolongnya
39
Chapter 39: Tersipu Malu
40
Chapter 40: Mawar Hitam Berduriku
41
Chapter 41: Dia Milikku
42
Chapter 42: Hutang Penjelasan
43
Chapter 43: Hari Pernikahan
44
Chapter 44: Ada Apa Dengan Sirakusa?
45
Chapter 45: Kekacauan di Hypatia
46
Chapter 46: Menebus Kesalahan
47
Chapter 47: Fakta Yang Tersembunyi
48
Chapter 48: Kecewa Yang Berulang
49
Chapter 49: Memastikan Sesuatu
50
Chapter 50: Pembuktian
51
Chapter 51: France si Pesaing Kecil
52
Chapter 52: Fakta yang Tersembunyi 2
53
Chapter 53: Teka-Teki yang Tak Kunjung Usai
54
Chapter 54: Keyakinan Athanaxius
55
Chapter 55: Dibalik Raja Monachus
56
Chapter 56: Terungkap
57
Chapter 57: Rahasia dan Perpisahan
58
Chapter 58: Sosok Asli
59
Chapter 59: Dilema France
60
Chapter 60: Hadiah Untuk Osaka
61
Chapter 61: Jiwa yang Tertukar
62
Chapter 62: Tak Terduga
63
Chapter 63: Penemuan Kopi
64
Chapter 64: Perintah Raja Monachus
65
Chapter 65: Pernyataan Cinta
66
Chapter 66: Dimulai
67
Chapter 67: Wellcome Home
68
Chapter 68: Kemunculan Sirena dan Irena
69
Chapter 69: Cerita dan Rasa Sakit
70
Chapter 70: Melawan Rasa Takut
71
Chapter 71: Persekutuan dan Kenangan
72
Chapter 72: Istimewa Bersamamu
73
Chapter 73: Terungkap 2
74
Chapter 74: Kekacauan Sebelum Pergi
75
Chapter 75: Bertemu Beta Arigha
76
Chapter 76: Serangan Athanaxius
77
Chapter 77: Pertemuan
78
Chapter 78: Syarat Berisiko
79
Chapter 79: Melawan Monster
80
Chapter 80: Jebakan
81
Chapter 81: Putus Asa
82
Chapter 82: Rasa Rindu
83
Chapter 83: Perang dan Kehancuran
84
Chapter 84: Telah Kembali
85
Chapter 85: Keajaiban Dua Jiwa
86
Chapter 86: Pertarungan
87
Chapter 87: Kekalahan Ratu Amanita
88
Chapter 88: Keinginan yang Terkabul
89
Chapter 89: Ritual Pertukaran Jiwa
90
Chapter 90: Menjemput Devita
91
Chapter 91: Kembalilah, Devita
92
Chapter 92: Simfoni Lagu Athanaxius
93
Chapter 93: Obat Manis
94
Chapter 94: Luka dan Penyesalan
95
Chapter 95: Serangan Penutup
96
Chapter 96: Kepercayaan Takdir
97
Chapter 97: Surat Perintah
98
Chapter 98: Kebahagiaan yang Sama
99
Chapter 99: Keinginan yang Terkabul 2 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!