Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati

...╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ...

...         Selamat Membaca...

...•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯...

Sayup-sayup Devita mendengar suara orang yang menangis dan memanggil nama seseorang. Devita mencoba membuka matanya perlahan.

"T-tuan P-putri ... Hiks ..."

Devita berhasil membuka matanya, yang pertama kali dia lihat adalah seorang gadis muda berambut cokelat dengan keadaan kacau tengah menangisinya.

"Tuan P-putri? A-anda sudah b-bangun?"

Tuan Putri? Tuan Putri siapa? Devita hanyalah manusia biasa, bukan orang bangsawan kerajaan yang bisa dipanggil Tuan Putri.

Devita pun bangun untuk duduk. Kepalanya terasa sakit sekali. Namun, dia tersadar kalau ada yang tidak beres. Saat melihat sekitarnya, Devita terkesiap.

"I-ini dimana?" Devita semakin terkejut kala mendengar suaranya yang terdengar merdu juga menggunakan bahasa yang sama sekali tidak dia mengerti.

"YA AMPUN! BAHASA APA YANG AKU GUNAKAN? INI DIMANA? MASIH DI BUMI KAN?" Devita memekik kencang sembari menatap sekelilingnya. Devita semakin kalut kala dia menyadari dia berada di penjara yang mirip dengan kartun yang dia tonton.

"T-tuan P-putri ... Anda baik-baik saja?" Gadis muda itu nampak panik sambil memegang kedua pundak Devita.

"PUTRI SIAPA YANG KAU MAKSUD HAH? AKU INI DEVITA! BUKAN TUAN PUTRI! DAN- ASTAGA! APA YANG TERJADI?" Devita mengangkat kedua tangannya, membolak-balik.

'Nggak mungkin! Ini bukan badan gue! Badan gue itu gendut dan item! Lha ini? KOK BISA PUTIH JUGA LANGSING BEGINI?'

Devita menatap gadis muda itu dengan wajah panik, "JELASKAN! JELASKAN APA YANG TERJADI? INI DIMANA? DAN S-SIAPA AKU?" Devita kalang kabut. Dia benar-benar terkejut dengan ini semua.

"T-tuan P-putri tidak ingat? T-tuan P-putri adalah Putri Sirena Stylanie Asthropel, anak dari mendiang selir Agalia Xi Asthropel dengan Raja Monachus Virgatus Gal Willamette. Tuan Putri berada disini, di penjara bawah tanah Kekaisaran Alhena karena kesalahan Tuan Putri, yaitu hendak menumbalkan Putri Nervilia kepada iblis Canopus." Jelas gadis muda itu dengan raut bingung juga khawatir bercampur menjadi satu.

Devita mencoba mencerna penjelasan gadis muda itu. Kata gadis itu, dia adalah Sirena? Akalnya tak bisa menyangkal hal konyol dan ajaib ini benar-benar terjadi. Devita masuk ke dalam dunia Sirena dan masuk ke dalam raga Sirena sendiri. Lantas apa yang harus dia lakukan sekarang? Di dalam novel itu jelas sekali bahwa Sirena akan dihukum mati, maka tamat sudah riwayatnya karena dia sekarang masuk ke raga Sirena setelah Sirena melakukan tindak kejahatannya itu.

'Gue harus apa? Novel isekai yang sering gue baca nggak yang kaya gue alamin sekarang. Biasanya mereka masuk ke dalam raga antagonis saat kejahatan antagonis belum dilakukan dan bisa menghindar dari takdir kematian, singkatnya mengubah alur cerita. Lha gue? Apa yang perlu gue ubah dari alur cerita ini?'

"T-tuan P-putri? Anda baik-baik saja? T-tolong jangan membuat saya semakin khawatir hiks ..." Gadis muda itu kembali menangis yang mampu menyadarkan Devita dari lamunannya.

Devita memandang gadis muda itu lamat-lamat, tak lama Devita merasakan kepalanya serasa dihantam oleh batu. Rasa sakitnya sama seperti saat dia terjatuh dari rooftop. Sekelebat ingatan milik Sirena berdatangan memaksa untuk Devita mengingatnya. Jngatan-ingatan itu hanya berisi wajah-wajah orang yang pernah ditemuinya.

"TUAN PUTRI! APA YANG TERJADI?" Gadis muda itu mengguncang tubuh Sirena dengan nada khawatir, "HEI KALIAN! TOLONG PANGGILKAN FARMOS UNTUK PUTRI SIRENA!" Gadis muda itu berteriak meminta tolong kepada para legion yang berjaga. **(Farmos \= dokter/tabib)

"Halah! Paling juga dia sedang melakukan drama murahan! Putri murahan seperti dia pasti melakukan segala cara agar terbebas dari hukumannya." Maki salah satu legion itu. **(Legion \= Prajurit/pengawal)

Devita membuka matanya kembali setelah rasa sakit yang menghantam kepalanya itu menghilang. Devita menatap gadis muda didepannya yang semakin pucat akibat mengkhawatirkan dirinya.

"A-apa kau Norma Ascella?"

Gadis muda itu mengangguk masih dengan tangisnya, "T-tuan P-putri kenapa? Jangan membuat s-saya semakin takut hiks ..."

Norma Ascella, salah satu Luster Sirena yang begitu peduli pada Sirena. Ada satu lagi Luster Sirena, yaitu Aysun Maia, sayang sekali gadis berambut hitam itu sudah meninggal dua bulan lalu karena melindunginya.  **(Luster \= Dayang/pelayan)

Devita memejamkan matanya sembari memijit pelipisnya. Sekarang, dia hidup di raga Sirena, maka sudah pasti ke depannya dia akan memerankan dirinya sebagai Sirena Stylanie Asthropel, anak selir yang terasing. Tetapi sebelum itu, dia harus terbebas dahulu dari hukuman ini sebisa mungkin.

"T-tuan P-putri hiks ... S-saya takut hiks ..." Norma meringkuk memeluk tubuhnya sendiri. Devita membuka matanya, lalu melihat Norma yang memang terlihat takut.

Devita menghela nafas panjang, dia sudah memutuskan. Dia akan bertahan hidup di dunia ini dan mencari alasan mengapa dia bisa masuk ke dalam tubuh Sirena. Devita merangkak lebih dekat ke arah Norma, kemudian memeluk lusternya itu.

"Aku akan berjuang untuk hidup kita. Kau percaya padaku, bukan? Ambang kematian di depan mata, namun harapan hidup masih ada. Kau harus percaya, Norma ..." Bisik Devita kepada Norma.

"Terimakasih karena selalu bersamaku, meskipun kau tahu, nyawamu adalah taruhannya."

Norma melepas pelukannya lalu menatap mata Tuan Putri yang selama ini dia layani, setelahnya dia menunduk. Tidak sopan terlalu lama memandang orang yang harus dia layani, "K-karena saya tahu, Tuan Putri adalah orang baik. Meskipun saya tahu, nyawa saya terancam, namun saya tidak bisa untuk tidak melindungi Tuan Putri. Sama seperti Aysun Maia yang rela mati untuk Tuan Putri, saya pun rela mati untuk Tuan Putri."

"Bukankah kau baru saja mengatakan takut?" Devita memandang Norma dalam. Ada yang aneh, bukankah tadi Norma mengatakan bahwa dia takut, tapi kenapa dia rela mati untuknya? Ralat, maksudnya untuk Sirena.

Norma menggenggam tangan Sirena dengan erat, kemudian mendongak, "Saya berani mengambil resiko. Bersama melayani Tuan Putri adalah tanggung jawab besar. Tuan Putri adalah sosok yang hebat di mata saya. Tuan Putri berani mengambil resiko untuk keinginan Tuan Putri." Norma melepas genggaman tangannya. Matanya tak luput mengamati Sirena yang masih terlihat cantik meskipun ada bekas luka di wajahnya.

"T-tuan P-putri ... Hari esok adalah hari peradilan untuk Tuan Putri begitupula saya." Devita ingat, di dunia Sirena, bila sang tuan melakukan kesalahan, maka pelayannya pun ikut terkena imbas, "Meskipun Tuan Putri tidak berhasil menyelamatkan saya, setidaknya Tuan Putri harus berhasil menyelamatkan nyawa Tuan Putri sendiri. Tuan Putri ... Saya tahu anda tersiksa selama ini. Maka dari itu saya selalu mendoakan agar kebahagiaan selalu menyertai anda." Norma tersenyum tulus.

Devita terhenyak dengan ucapan Norma. Dirinya yang sekarang sebagai Sirena merasakan perasaan haru. Tidak banyak seorang pelayan yang benar-benar peduli pada majikannya.

'Lo pasti selamat, Norma.' Devita meyakinkan dirinya.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Kenyataannya, harapan tak selalu membuahkan keajaiban. Ekspektasi yang terlalu tinggi memang sangat membahayakan kesehatan hati manusia. Itulah yang dirasakan Devita sekarang. Melihat tubuh tak bernyawa Norma Ascella didepannya membuatnya lemas bukan main. Matanya berkaca-kaca mengingat perbincangan terakhir mereka tadi malam. Devita sangat yakin bahwa dia akan berhasil menyelamatkan nyawa Norma. Sayang, dia tak bisa.

Tepat saat pagi hari menyingsing, sel penjara di buka oleh dua orang legion. Mereka menyeret Norma atas perintah Kaisar Helarctor Malayanus Xa Alhena. Tidak dia sangka senyum yang dilayangkan Norma padanya sebelum diseret keluar sel adalah senyum tulus terakhir dari Norma Ascella.

'****! Apa yang harus gue lakuin biar gue tetep hidup? Gue belum mau mati! Argh!! Gue bingung, gue frustasi, gue stress!'

Matahari di atas ubun-ubun kepala, pertanda hari sudah siang. Waktu dimana peradilan untuknya akan dimulai. Devita yang sekarang menjadi Sirena kini ditonton oleh banyaknya orang yang akan menyaksikan bagaimana dia akan merenggut nyawa. Devita sekarang berada di tengah alun-alun peradilan. Duduk merunduk dengan keadaan tangan terikat ke belakang. Dibelakangnya terdapat dua algojo yang siap membunuhnya kapan saja sesuai perintah Kaisar.

Devita mendongakkan kepalanya, menatap orang-orang yang berada di tribun khusus bangsawan. Disana ada ayahnya, yaitu Raja Monachus yang sama sekali tak keberatan atas hukuman yang akan diterima oleh putrinya.

...(*Alun-alun Peradilan Kekaisar*an Alhena)...

'BAPAK SIALAN ANDA! ANAK SENDIRI MAU MATI BUKANNYA DIBELAIN MALAH DIEM-DIEM BAE!' 

Amarah menyelimuti diri Devita sekarang. Terlebih saat melihat Elephas yang duduk berdampingan dengan Putri Nervilia yang menatapnya iba membuatnya semakin merasa marah. Devita merasa dunia terlalu tidak adil padanya. Dia baru saja merasakan hidup kedua, meskipun dia tak tahu betul bagaimana kondisi raganya sendiri, tapi sekarang dia harus mati. Dia hanya ingin merasakan kebahagiaan yang tak pernah dia dapatkan, bukan akhir tragis.

"TUAN PUTRI SIRENA STYLANIE ASTHROPEL, ATAS KESALAHANMU YANG HENDAK MENUMBALKAN CALON PUTRI MAHKOTA KEKAISARAN ALHENA, DENGAN BERSEKUTU DENGAN IBLIS BENUA CANOPUS, MAKA DENGAN INI, AKU MEMBERIMU HUKUMAN MATI ADALAH HUKUMAN YANG TEPAT!"

GONG GONG GONG

Gong besar yang berada di sebelah kiri alun-alun dibunyikan sebagai tanda bahwa eksekusi akan segera dimulai.

"SAYA TIDAK MAU MATI!"

Devita memutuskan, dia harus berjuang untuk sehirup udara hari ini yang akan dia hirup. Raga Sirena yang sekarang adalah dirinya, Devita. Maka jelas sekali hukuman mati hanya berlaku untuk Sirena, bukan untuknya.

"BEBASKAN AKU DARI HUKUMAN SIALAN INI! BEBASKAN AKU!"

'Gue ingin hidup ... Gue ingin bahagia ...' Harapan kecil muncul dibenak Devita yang paling dalam. Dia berjanji akan membuat raga Sirena ini bahagia dengan caranya sendiri sampai dia bisa menemukan cara kembali ke raganya.

"TEBAS KEPALANYA SEKARANG!"

'ANJIM! SIAPAPUN TOLONG GUE WOI!'

Tanpa disadari oleh Devita, kalung milik Sirena yang tengah dia pakai kini memendarkan cahaya biru bercampur putih tiga kali. Tepat saat algojo melayangkan pedangnya untuk menebas kepala Devita, langit yang semula cerah tiba-tiba menggelap, segelap malam. Petir menyambar-nyambar bercampur angin kencang yang memporak-porandakan benda yang ada di alun-alun peradilan.

Devita menyaksikan itu semua dengan mulut ternganga lebar.

'Buset! Apa iya harapan gue dikabulin Tuhan? Apa ini bentuk pertolongan dari-Nya?'

"Putri Sirena! Hentikan ini semua! Kau harus menghentikannya!"

Saking fokusnya menatap langit yang terdapat gumpalan awan hitam, Devita baru sadar bila didepannya ada seorang lelaki yang sangat Devita kenal. Efarish Sirakusa Kartago. Lelaki yang mendapat anugerah dari Dewa Sirius, yang disegani di penjuru Kekaisaran Alhena.

"Mengapa aku harus menghentikannya? Kalau aku mati, maka kalian pun harus mati juga, bukan?"

Devita bisa melihat raut wajah menyeramkan milik Sirakusa yang siap membunuhnya kapan saja. Tatapan mata lelaki itu sarat akan kebencian yang nyata padanya, "Kau melakukan kesalahan besar."

"Dimanapun aku berada, akan selalu ada kesalahan yang dilimpahkan padaku. Tapi tak apa, aku sudah biasa." Sahut Devita santai meskipun dia sendiri takut bila dia akan mati akibat badai yang sedang terjadi sekarang.

"Kau ..." Sirakusa kehilangan kata-kata saking kesalnya, "Kau ... Membangkitkan Raja iblis Canopus, Putri Sirena! Dan kau harus menghentikan ini semua!"

"Mari membuat kesepakatan. Aku akan menghentikan badai ini, tapi kau harus membuatku tetap hidup dengan membebaskan aku dari hukuman mati ini." Devita kini sudah berdiri tepat dihadapan Sirakusa.

Sirakusa menggeram marah, perempuan didepannya benar-benar licik. Sirakusa mengeluarkan sihir putih dari tangannya. Sihir itu dia arahkan ke atas langit.

Devita semakin terkagum-kagum melihat sesuatu yang ajaib yang ada di depan matanya, 'Gila! Gue bener-bener bisa lihat hal yang menakjubkan gini di depan mata gue sendiri! KERENNNN!'

BRUGH

Sirakusa terpental kuat ke belakang hingga sampai di tribun para bangsawan kerajaan juga kekaisaran. Sirakusa tak cukup kuat untuk membuat benteng pertahanan akibat bangkitanya Raja iblis Canopus. Hal ini tentu akan menimbulkan bencana dan kekacauan di seluruh benua.

"Sirakusa! Pertanda apa ini?" Kaisar Helarctor bertanya dengan nada cemas.

Sirakusa mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. Netra merahnya menatap ke arah Sirena yang tak lain adalah Devita yang masih setia menatap langit dengan pandangan berbinar.

Sirakusa menunjuk Sirena, "Sirena, Tuan Putri yang satu itu adalah sang pembangkit. Raja iblis Canopus yang tertidur kini sudah bangun dan mulai menunjukkan keberadaannya."

"APA? BAGAIMANA BISA? ANAK ITU ... BAGAIMANA BISA DIA ADALAH SANG PEMBANGKIT?" Raja Monachus, ayah Sirena begitu terkejut dengan ucapan Sirakusa.

"Simbol mawar hitam di lengan kirinya, aku melihatnya yang tiba-tiba saja muncul." Jelas Sirakusa.

"Lantas, harus bagaimana? Aku tak bisa membiarkan rakyatku berada disituasi yang mencekam seperti ini. Kau harus mencari cara!" Kaisar Helarctor begitu frustasi saat melihat beberapa rakyatnya yang berlarian untuk menyelamatkan diri.

"Bukan hanya rakyatmu, Kaisar. Tetapi seluruh benua juga terkena dampaknya sekarang. Hanya satu cara yang bisa kita lakukan." Sirakusa kini menatap Kaisar Helarctor dan Raja Monachus bergantian, "Membiarkan Putri Sirena hidup, lalu menemukan Zifgrid, sang pengendali."

"Aku setuju! Tolong bebaskan adikku dari hukuman mati ini." Putri Nervilia yang sedari tadi diam kini ikut berbicara.

"Nervilia, apa kau tidak takut bila adikmu itu melakukan kejahatan yang bisa membahayakanmu lagi?" Elephas mencoba membujuk Nervilia agar menyeseli ucapannya.

"Aku tahu sebab adikku melakukan hal itu. Aku memaafkannya." Nervilia menatap tegas mata Elephas.

Melihat perdebatan kecil di tengah badai membuat sang Kaisar harus segera membuat keputusan. Maka dengan berat hati Kaisar Helarctor mengangguk ke arah Sirakusa, "Ya, aku bebaskan dia dari hukuman mati ini. Cepatlah! Suruh dia menghentikan badai mengerikan ini!" Perintah Kaisar. Seandainya di tribun  bangsawan tidak ada sihir pelindung, sudah pasti mereka akan tewas akibat badai ini.

Sirakusa melompat dengan kekuatan sihirnya hingga dengan cepat dia kembali berdiri dihadapan Sirena, "Kau bebas. Segeralah hentikan badai ini!"

Devita menatap Sirakusa yang tiba-tiba muncul dihadapannya, 'Menghentikannya? Gue kudu ngapain? Gue aja nggak tau caranya, gue kan bukan Boboiboy angin!'

Devita berdehem, "Y-ya, aku tak pernah mengingkari ucapanku.'  Devita mencoba memejamkan matanya, berharap agar badai ini mereda.

'Badai oh badai ... Kau harus berhenti ... Jangan membuat kekacauan!'

Devita tak mendengar suara apapun lagi setelahnya. Devita membuka matanya, "ASTAGADRAGON!" Devita begitu terkejut kala melihat badai yang sudah berhenti.

Seluruh rakyat yang semula berlindung dibawah perlindungan Avior, kini menatap ke sekeliling dengan pandangan bertanya-tanya.

"Badai tiba-tiba berhenti! Pertanda apa badai tadi?"

"Ini mengerikan!"

GONG GONG GONG

Bunyi gong yang kembali dibunyikan membuat fokus seluruh rakyat yang menonton kini terpusat pada sang Kaisar yang berdiri tegap.

Melihat badai yang sudah mereda, Kaisar Helarctor menepati ucapannya, "AKU SEBAGAI KAISAR DARI KEKAISARAN ALHENA, DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA HUKUMAN PUTRI SIRENA DIHAPUS!"

Harapan kecilnya terkabul. Devita berhasil menghentikan kematian tragis seorang Sirena. Setitik air mata muncul di mata Devita sebelum akhirnya Devita terjatuh tak sadarkan diri.

...•───────•°•❀•°•───────•...

Terimakasih sudah membaca.

Ini cerita kedua saya, mohon dukungannya ya:)

Saya menerima kritik dan saran.  Apakah cerita ini menarik?

Terpopuler

Comments

Ros Ita

Ros Ita

sumpah baca.nyah sambil ketawa

2022-08-23

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu
2 Chapter 2: Jangan Kehilangan Harapan
3 Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati
4 Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena
5 Chapter 5: Simbol Kutukan
6 Chapter 6: Perubahan Sirena
7 Chapter 7: Tekad
8 Chapter 8: Sweet But Pshycho
9 Chapter 9: Athanaxius, Pangeran Kematian.
10 Chapter 10: Teman
11 Chapter 11: Mencari Petunjuk
12 Chapter 12: Hari Mengesalkan
13 Chapter 13: Jangan Kehilangan Kendali
14 Chapter 14: Curahan Hati Sirena
15 Chapter 15: Bertemu Kembali
16 Chapter 16: Bermalam Bersama
17 Chapter 17: Misi Gagal!
18 Chapter 18: Firasat Buruk
19 Chapter 19: Aku Ingin Menolongmu
20 Chapter 20: Pelangi untuk Athanaxius
21 Chapter 21: Bukan Orang yang Tidak Berguna
22 Chapter 22: Janji Seorang Teman
23 Chapter 23: Terimakasih, Sirena.
24 Chapter 24: Kemarahan Sirena
25 Chapter 25: Imbalan Pertama
26 Chapter 26: Hari Bahagia Adelphie
27 Chapter 27: Siapa Adelphie?
28 Chapter 28: Serangan Monster
29 Chapter 29: Diujung Tanduk
30 Chapter 30: Dua Lamaran
31 Chapter 31: Menerima Lamaran
32 Chapter 32: Athanaxius, Penyelamat Saya
33 Chapter 33: Mimpi Indah, Athan ...
34 Chapter 34: Membutuhkan Sirena
35 Chapter 35: Siapa Kau?
36 Chapter 36: Akhirnya Bertemu
37 Chapter 37: Bukan Dunia Novel
38 Chapter 38: Sirakusa Menolongnya
39 Chapter 39: Tersipu Malu
40 Chapter 40: Mawar Hitam Berduriku
41 Chapter 41: Dia Milikku
42 Chapter 42: Hutang Penjelasan
43 Chapter 43: Hari Pernikahan
44 Chapter 44: Ada Apa Dengan Sirakusa?
45 Chapter 45: Kekacauan di Hypatia
46 Chapter 46: Menebus Kesalahan
47 Chapter 47: Fakta Yang Tersembunyi
48 Chapter 48: Kecewa Yang Berulang
49 Chapter 49: Memastikan Sesuatu
50 Chapter 50: Pembuktian
51 Chapter 51: France si Pesaing Kecil
52 Chapter 52: Fakta yang Tersembunyi 2
53 Chapter 53: Teka-Teki yang Tak Kunjung Usai
54 Chapter 54: Keyakinan Athanaxius
55 Chapter 55: Dibalik Raja Monachus
56 Chapter 56: Terungkap
57 Chapter 57: Rahasia dan Perpisahan
58 Chapter 58: Sosok Asli
59 Chapter 59: Dilema France
60 Chapter 60: Hadiah Untuk Osaka
61 Chapter 61: Jiwa yang Tertukar
62 Chapter 62: Tak Terduga
63 Chapter 63: Penemuan Kopi
64 Chapter 64: Perintah Raja Monachus
65 Chapter 65: Pernyataan Cinta
66 Chapter 66: Dimulai
67 Chapter 67: Wellcome Home
68 Chapter 68: Kemunculan Sirena dan Irena
69 Chapter 69: Cerita dan Rasa Sakit
70 Chapter 70: Melawan Rasa Takut
71 Chapter 71: Persekutuan dan Kenangan
72 Chapter 72: Istimewa Bersamamu
73 Chapter 73: Terungkap 2
74 Chapter 74: Kekacauan Sebelum Pergi
75 Chapter 75: Bertemu Beta Arigha
76 Chapter 76: Serangan Athanaxius
77 Chapter 77: Pertemuan
78 Chapter 78: Syarat Berisiko
79 Chapter 79: Melawan Monster
80 Chapter 80: Jebakan
81 Chapter 81: Putus Asa
82 Chapter 82: Rasa Rindu
83 Chapter 83: Perang dan Kehancuran
84 Chapter 84: Telah Kembali
85 Chapter 85: Keajaiban Dua Jiwa
86 Chapter 86: Pertarungan
87 Chapter 87: Kekalahan Ratu Amanita
88 Chapter 88: Keinginan yang Terkabul
89 Chapter 89: Ritual Pertukaran Jiwa
90 Chapter 90: Menjemput Devita
91 Chapter 91: Kembalilah, Devita
92 Chapter 92: Simfoni Lagu Athanaxius
93 Chapter 93: Obat Manis
94 Chapter 94: Luka dan Penyesalan
95 Chapter 95: Serangan Penutup
96 Chapter 96: Kepercayaan Takdir
97 Chapter 97: Surat Perintah
98 Chapter 98: Kebahagiaan yang Sama
99 Chapter 99: Keinginan yang Terkabul 2 (END)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu
2
Chapter 2: Jangan Kehilangan Harapan
3
Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati
4
Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena
5
Chapter 5: Simbol Kutukan
6
Chapter 6: Perubahan Sirena
7
Chapter 7: Tekad
8
Chapter 8: Sweet But Pshycho
9
Chapter 9: Athanaxius, Pangeran Kematian.
10
Chapter 10: Teman
11
Chapter 11: Mencari Petunjuk
12
Chapter 12: Hari Mengesalkan
13
Chapter 13: Jangan Kehilangan Kendali
14
Chapter 14: Curahan Hati Sirena
15
Chapter 15: Bertemu Kembali
16
Chapter 16: Bermalam Bersama
17
Chapter 17: Misi Gagal!
18
Chapter 18: Firasat Buruk
19
Chapter 19: Aku Ingin Menolongmu
20
Chapter 20: Pelangi untuk Athanaxius
21
Chapter 21: Bukan Orang yang Tidak Berguna
22
Chapter 22: Janji Seorang Teman
23
Chapter 23: Terimakasih, Sirena.
24
Chapter 24: Kemarahan Sirena
25
Chapter 25: Imbalan Pertama
26
Chapter 26: Hari Bahagia Adelphie
27
Chapter 27: Siapa Adelphie?
28
Chapter 28: Serangan Monster
29
Chapter 29: Diujung Tanduk
30
Chapter 30: Dua Lamaran
31
Chapter 31: Menerima Lamaran
32
Chapter 32: Athanaxius, Penyelamat Saya
33
Chapter 33: Mimpi Indah, Athan ...
34
Chapter 34: Membutuhkan Sirena
35
Chapter 35: Siapa Kau?
36
Chapter 36: Akhirnya Bertemu
37
Chapter 37: Bukan Dunia Novel
38
Chapter 38: Sirakusa Menolongnya
39
Chapter 39: Tersipu Malu
40
Chapter 40: Mawar Hitam Berduriku
41
Chapter 41: Dia Milikku
42
Chapter 42: Hutang Penjelasan
43
Chapter 43: Hari Pernikahan
44
Chapter 44: Ada Apa Dengan Sirakusa?
45
Chapter 45: Kekacauan di Hypatia
46
Chapter 46: Menebus Kesalahan
47
Chapter 47: Fakta Yang Tersembunyi
48
Chapter 48: Kecewa Yang Berulang
49
Chapter 49: Memastikan Sesuatu
50
Chapter 50: Pembuktian
51
Chapter 51: France si Pesaing Kecil
52
Chapter 52: Fakta yang Tersembunyi 2
53
Chapter 53: Teka-Teki yang Tak Kunjung Usai
54
Chapter 54: Keyakinan Athanaxius
55
Chapter 55: Dibalik Raja Monachus
56
Chapter 56: Terungkap
57
Chapter 57: Rahasia dan Perpisahan
58
Chapter 58: Sosok Asli
59
Chapter 59: Dilema France
60
Chapter 60: Hadiah Untuk Osaka
61
Chapter 61: Jiwa yang Tertukar
62
Chapter 62: Tak Terduga
63
Chapter 63: Penemuan Kopi
64
Chapter 64: Perintah Raja Monachus
65
Chapter 65: Pernyataan Cinta
66
Chapter 66: Dimulai
67
Chapter 67: Wellcome Home
68
Chapter 68: Kemunculan Sirena dan Irena
69
Chapter 69: Cerita dan Rasa Sakit
70
Chapter 70: Melawan Rasa Takut
71
Chapter 71: Persekutuan dan Kenangan
72
Chapter 72: Istimewa Bersamamu
73
Chapter 73: Terungkap 2
74
Chapter 74: Kekacauan Sebelum Pergi
75
Chapter 75: Bertemu Beta Arigha
76
Chapter 76: Serangan Athanaxius
77
Chapter 77: Pertemuan
78
Chapter 78: Syarat Berisiko
79
Chapter 79: Melawan Monster
80
Chapter 80: Jebakan
81
Chapter 81: Putus Asa
82
Chapter 82: Rasa Rindu
83
Chapter 83: Perang dan Kehancuran
84
Chapter 84: Telah Kembali
85
Chapter 85: Keajaiban Dua Jiwa
86
Chapter 86: Pertarungan
87
Chapter 87: Kekalahan Ratu Amanita
88
Chapter 88: Keinginan yang Terkabul
89
Chapter 89: Ritual Pertukaran Jiwa
90
Chapter 90: Menjemput Devita
91
Chapter 91: Kembalilah, Devita
92
Chapter 92: Simfoni Lagu Athanaxius
93
Chapter 93: Obat Manis
94
Chapter 94: Luka dan Penyesalan
95
Chapter 95: Serangan Penutup
96
Chapter 96: Kepercayaan Takdir
97
Chapter 97: Surat Perintah
98
Chapter 98: Kebahagiaan yang Sama
99
Chapter 99: Keinginan yang Terkabul 2 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!