Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

         Selamat Membaca

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

"Penuh kesendirian ...

Taman ini berbunga dengan bunga penuh duri

Aku menenggelamkan diri di istana kaca ini

Aku terlantar ..."

Devita tidak tahu dimana dia berada sekarang. Hanya ada kegelapan sepanjang mata memandang dan sayup-sayup terdengar suara indah nan halus namun terdengar sarat akan kesedihan dan keputusasaan.

"Di istana kaca ini ...

Di dunia ini ...

Aku mekar sebagai bunga berduri yang cantik

Dan bernapas sebagaimana para manusia lainnya,"

Devita terus berjalan lurus, mengikuti suara indah namun begitu menyesakkan rongga dadanya. Hingga pada akhirnya Devita berdiam, memandang siluet seorang perempuan bergaun panjang dengan sebagian rambut diikat dan sebagian terurai.

Perempuan itu mendongak ke atas, dimana hanya ada kegelapan tanpa ujung. Devita menebak, suara halus namun menyesekkan dadanya adalah milik perempuan itu.

"Berteriak ke langit

Berteriak ke dunia ...

Mengapa aku?"

"Hanya langit yang tahu, bagaimana aku meyakinkan diri

Bahwa ... Aku baik-baik saja

Tak pernah mendapat kesempatan

Hingga akhirnya ...

Terjatuh, lalu ... Hilang."

Kata-katanya begitu dalam, tanpa sadar Devita menitikkan air mata. Ada kesamaan antara dirinya juga perempuan itu. Di kehidupannya, Devita tak pernah mendapatkan kesempatan. Kesempatan untuk merasakan bagaimana kehangatan sebuah keluarga, bagaimana mendapatkan cinta, dan bagaimana mendapatkan kesetaraan.

Perempuan itu berbalik menghadap ke arah Devita berada. Meskipun wajahnya tidak terlihat begitu jelas, Devita akhirnya tahu siapa perempuan itu, "Sirena ..." 

"Kau mengenalku?"  Sirena, pemilik raga yang ditempati oleh Devita itu berjalan mendekat dimana Devita berdiri.

"Ya, gue kenal lo. Gue Devita Bina Dheandita, orang yang menempati tubuh lo, maaf karena itu." Aku Devita, dia ingin melihat reaksi Sirena asli.

Sirena diam sesaat, sebelum pada akhirnya tersenyum, "Tidak apa. Aku percaya bahwa kau adalah sesuatu yang lebih dari keajaiban."

Devita terkejut, dia kira Sirena tak akan mengerti bahasa yang dia ucapkan, "Kok lo bisa tau gue ngomong apa?"

"Aku juga tidak tahu, aku mengerti dengan sendirinya."

Devita mengangguk, "Em ... Apa lo nggak marah karena gue menempati tubuh lo? T-tapi, gue juga nggak tau gimana bisa gue ada di tubuh lo." Devita menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Sudah lama dalam keheningan ... Dan jikalau kau percaya, bahwa di duniaku yang kecil, esok akan mengagumkan." Sirena menyunggingkan senyum manisnya.

Devita mengernyitkan dahinya tak mengerti, "Gue nggak ngerti, lo ngomong apa?"

Sirena menggelengkan kepalanya kemudian menghela nafas. Sirena menarik tangan Devita kemudian mengajak Devita keluar dari kegelapan, hingga tiba di sebuah jendela besar dengan pemandangan bulan didepannya. Sirena dan Devita duduk bersebelahan.

"Aku sama sekali tak mengerti, akan seperti apa ke depannya. Bagaimana nasibku, bagaimana hidupku? Apa aku akan sanggup terus berada dalam kesunyian yang gelap?" Sirena menoleh ke arah Devita dengan sorot menyedihkan.

"Bila tubuhku kau tempati, aku tak apa. Tetapi yang menjadi pertanyaanku, lantas aku bagaimana? Aku belum mati sekarang, dan aku masih ingin meraih tujuan hidupku, yaitu bahagia yang kuinginkan." Lanjut Sirena, setelahnya dia mengalihkan pandangannya ke depan..

Devita sendiri tidak tahu, "Gue juga nggak tau ... Kalau gue di tubuh lo, terus tubuh gue yang ini bagaimana? Meskipun tubuh gue nggak seindah tubuh lo, gue sayang tubuh gue, sayang diri gue."

Keduanya diam, hanya hening menyelimuti dengan pikiran mereka masing-masing.

"Hah ..." Helaan nafas tanpa sadar Devita keluarkan, "Gue bakal cari tau, Sirena. Lo tenang aja, gue nggak mungkin ngambil seenaknya tubuh lo ini dan ngebiarin lo terombang-ambing dalam ketidakjelasan."

Sirena menatap Devita, dia menggeleng, "Tidak perlu. Sekarang aku mulai mengerti," senyum tipis muncul di bibir Sirena, "Mungkin ini maksud kalung steorra yang disampaikan padaku malam itu."

"Kalung steorra?"

"Kalung yang kau pakai adalah kalung yang sama seperti kalung peninggalan ibundaku. Dahulu sewaktu kecil, ibundaku bercerita bahwa kalung steorra adalah pemberian Dewi Andromeda. Kalung steorra memiliki keajaiban yang orang lain tidak tahu.

Devita sontak melihat arah pandang Sirena. Devita terkejut kala dia memakai kalung yang sama dengan kalung milik Sirena yang sekarang gadis itu kenakan.

"Kok gue juga pakai kalung ini?"

"Aku juga tidak tahu kenapa kau juga memakai kalung steorra. Mungkin ini adalah takdir kita berdua. Aku tidak tahu pasti, tapi perasaanku mengatakan kita adalah sebuah kesamaan. Bila dengan kau menempati tubuhku bisa membuatmu menemukan kebahagiaan, aku merelakannya untukmu." Sirena memandang bulan didepannya dengan pandangan menerawang,

"Terus tubuh gue gimana? Gue juga nggak tahu apa gue udah mati atau belum. Kemungkinan besar suatu saat nanti gue pasti bakal kembali ke tubuh gue. Lo tenang aja Sirena, selama gue nempatin tubuh lo, gue bakal jaga dengan sepenuh hati. Mencari cara agar Lo dapet kebahagiaan, hingga kalau gue udah waktunya kembali ke tubuh gue, lo nggak akan sedih seperti sekarang ini."

"Selalu ada kesempatan bila kau ingin'!" Ucap mereka secara bersamaan.

"Bagaimana kau akan mencoba? Maaf karena ulahku, kau harus menanggung kesalahanku. Aku tanpa sadar membangkitkan Raja iblis Canopus." Nada bicara Sirena sarat akan penyesalan.

"Gue belum tahu, tapi ke depannya gue bakal usaha semaksimal mungkin."

Sirena tersenyum, "Aku suka semangatmu. Sebaiknya kau kembali, kau sudah terlalu lama berada disini bersamaku."

Devita mengernyitkan dahinya, "Kalau gue pergi, gimana sama lo? Terus, gimana caranya biar kita bisa ketemu dan ngobrol kayak gini? Jujur, gue percaya sama lo. Di dunia lo, begitu asing buat gue, jadi, cuma lo yang bisa gue percaya saat ini?"

Mendengar itu, hati Sirena menghangat, "Kau baik, Devita. Aku pun percaya padamu. Aku tak tahu bagaimana caranya agar kita bertemu kembali. Tetapi aku akan berusaha juga untuk bisa bertemu denganmu."

Devita mengangguk senang, "Kita sama-sama usaha buat kehidupan kita lebih baik."

Sirena mengangguk sambil tersenyum, "Ya, kau benar."

"Em ... Kalau boleh tahu, tempat apa ini?"

Sirena menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu tempat apa ini. Saat aku membuka mata, aku sudah berada disini. Hanya ada jendela besar ini yang kulihat serta langit yang terus diposisi malam. Terkadang, aku sendiri mendengar sebuah suara aneh,"

"Aneh? Maksud lo?"

"Em ... Suara itu seperti ini, tit ... tit ... tit ... Seperti itu! Terdengar mengerikan karena aku merasakan sakit pada dadaku dimana jantungku berdetak." Jelas Sirena yang membuat Devita berpikir keras.

"Kira-kira apa ya?" 

"Itu bisa dipikirkan nanti, Devita. Aku ingin memberitahumu, saat kau menjadi diriku, kau harus hati-hati. Banyak orang yang membenciku, bahkan berniat membunuhku. Aku adalah seorang Putri yang terlahir tanpa sihir, meskipun itu sekecil debu. Kau tahu? Orang yang terlahir tanpa sihir, terutama kaum bangsawan apalagi anak Raja sepertiku, hanya akan dianggap aib. Dianggap seperti sampah, karena tak bisa melakukan apa-apa yang bisa menguntungkan kerajaan." Raut wajah Sirena kembali menyendu.

"Soal lo yang nggak punya sihir, gue udah tahu. Meskipun begitu, nggak papa kok, lo termasuk perempuan hebat yang bisa menghadapi masalah hingga lo berada dititik ini. Lo pantang menyerah, gue suka itu." Devita menggenggam tangan Sirena, mengusapnya sebagai tanda penguatan.

"Kau tahu banyak hal tentangku, tetapi aku tak tahu banyak hal tentangmu. Bagaimana caranya agar aku tahu banyak tentangmu?" Sirena memandang Devita polos.

"Yang jelas kita sama. Gue nggak pernah ngerasain gimana rasanya disayang sama ayah dan ibu. Gue nggak pernah ngerasain gimana rasanya ditatap manusiawi. Gue nggak pernah ngerasain gimana rasanya dicintai oleh orang yang gue cintai," Devita tersenyum hambar, "Kita adalah putih abu-abu." Sambung Devita yang sudah menitikkan air mata.

Kedua perempuan itu saling memeluk. Mencoba menenangkan satu sama lain, sebelum memulai sebuah perjuangan panjang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Sring

Tiba-tiba kalung yang dipakai oleh Devita dan Sirena bersinar biru terang yang membuat pelukan mereka terlepas. Suasana menjadi kacau, angin kencang tiba-tiba datang, menarik mereka ke arah yang bertolakbelakang.  Keduanya sama-sama terhempas ke belakang.

"SIRENA!! APA YANG TERJADI?" Devita panik, terlebih saat dia tak bisa untuk menjangkau Sirena.

"AKU TAK MENGERTI, DEVITA! BERHATI-HATILAH!"

Tubuh Sirena dilingkupi sinar biru bercampur putih yang berasal dari kalungnya sendiri. Tubuh Sirena juga melayang tinggi di kegelapan.

Nging ...

Suara dengungan yang berasal entah darimana mampu membuat Devita juga Sirena kesakitan.

"ARGHH!!"

"Aku tidak tahu di mana kesalahannya,"

"Sejak aku masih kecil, aku memiliki tanda tanya biru di tanganku."

"Mungkin karena itulah aku hidup begitu sengit."

"Tetapi ketika saya melihat ke belakang, saya sendirian ..."

"Bayangan kabur yang menelanku,"

Suara dengungan berganti menjadi suara lirih dua orang perempuan dengan nada yang sangat menyayat hati. Bersaut-sautan untuk meleburkan hati Sirena juga Devita.

Suara itu mewakili perasaan Devita dan Sirena yang selama ini mereka rasakan semasa hidupnya. Tidak ada kebenaran, tidak ada kebahagiaan. Hanya abu-abu.

Tepat saat suara itu berakhir, sinar biru bercampur putih itu menghilang beserta hilangnya Sirena dan Devita.

...•───────•°•❀•°•───────•...

Terimakasih sudah membaca.

Ini cerita kedua saya, mohon dukungannya ya:)

Saya menerima kritik dan saran.  Apakah cerita ini menarik?

Terpopuler

Comments

Vonni Ratuarat Somnaikubun

Vonni Ratuarat Somnaikubun

sampai di sini ceritanya mash menarik Thor..suka banget❤️❤️

2021-12-10

0

Isabela Isabela

Isabela Isabela

aq suka ceritanya Thor semangat ❤️

2021-11-20

0

Cha Sumuk

Cha Sumuk

bagus ceritanya..
asal tdk ngegantung Thor..

2021-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu
2 Chapter 2: Jangan Kehilangan Harapan
3 Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati
4 Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena
5 Chapter 5: Simbol Kutukan
6 Chapter 6: Perubahan Sirena
7 Chapter 7: Tekad
8 Chapter 8: Sweet But Pshycho
9 Chapter 9: Athanaxius, Pangeran Kematian.
10 Chapter 10: Teman
11 Chapter 11: Mencari Petunjuk
12 Chapter 12: Hari Mengesalkan
13 Chapter 13: Jangan Kehilangan Kendali
14 Chapter 14: Curahan Hati Sirena
15 Chapter 15: Bertemu Kembali
16 Chapter 16: Bermalam Bersama
17 Chapter 17: Misi Gagal!
18 Chapter 18: Firasat Buruk
19 Chapter 19: Aku Ingin Menolongmu
20 Chapter 20: Pelangi untuk Athanaxius
21 Chapter 21: Bukan Orang yang Tidak Berguna
22 Chapter 22: Janji Seorang Teman
23 Chapter 23: Terimakasih, Sirena.
24 Chapter 24: Kemarahan Sirena
25 Chapter 25: Imbalan Pertama
26 Chapter 26: Hari Bahagia Adelphie
27 Chapter 27: Siapa Adelphie?
28 Chapter 28: Serangan Monster
29 Chapter 29: Diujung Tanduk
30 Chapter 30: Dua Lamaran
31 Chapter 31: Menerima Lamaran
32 Chapter 32: Athanaxius, Penyelamat Saya
33 Chapter 33: Mimpi Indah, Athan ...
34 Chapter 34: Membutuhkan Sirena
35 Chapter 35: Siapa Kau?
36 Chapter 36: Akhirnya Bertemu
37 Chapter 37: Bukan Dunia Novel
38 Chapter 38: Sirakusa Menolongnya
39 Chapter 39: Tersipu Malu
40 Chapter 40: Mawar Hitam Berduriku
41 Chapter 41: Dia Milikku
42 Chapter 42: Hutang Penjelasan
43 Chapter 43: Hari Pernikahan
44 Chapter 44: Ada Apa Dengan Sirakusa?
45 Chapter 45: Kekacauan di Hypatia
46 Chapter 46: Menebus Kesalahan
47 Chapter 47: Fakta Yang Tersembunyi
48 Chapter 48: Kecewa Yang Berulang
49 Chapter 49: Memastikan Sesuatu
50 Chapter 50: Pembuktian
51 Chapter 51: France si Pesaing Kecil
52 Chapter 52: Fakta yang Tersembunyi 2
53 Chapter 53: Teka-Teki yang Tak Kunjung Usai
54 Chapter 54: Keyakinan Athanaxius
55 Chapter 55: Dibalik Raja Monachus
56 Chapter 56: Terungkap
57 Chapter 57: Rahasia dan Perpisahan
58 Chapter 58: Sosok Asli
59 Chapter 59: Dilema France
60 Chapter 60: Hadiah Untuk Osaka
61 Chapter 61: Jiwa yang Tertukar
62 Chapter 62: Tak Terduga
63 Chapter 63: Penemuan Kopi
64 Chapter 64: Perintah Raja Monachus
65 Chapter 65: Pernyataan Cinta
66 Chapter 66: Dimulai
67 Chapter 67: Wellcome Home
68 Chapter 68: Kemunculan Sirena dan Irena
69 Chapter 69: Cerita dan Rasa Sakit
70 Chapter 70: Melawan Rasa Takut
71 Chapter 71: Persekutuan dan Kenangan
72 Chapter 72: Istimewa Bersamamu
73 Chapter 73: Terungkap 2
74 Chapter 74: Kekacauan Sebelum Pergi
75 Chapter 75: Bertemu Beta Arigha
76 Chapter 76: Serangan Athanaxius
77 Chapter 77: Pertemuan
78 Chapter 78: Syarat Berisiko
79 Chapter 79: Melawan Monster
80 Chapter 80: Jebakan
81 Chapter 81: Putus Asa
82 Chapter 82: Rasa Rindu
83 Chapter 83: Perang dan Kehancuran
84 Chapter 84: Telah Kembali
85 Chapter 85: Keajaiban Dua Jiwa
86 Chapter 86: Pertarungan
87 Chapter 87: Kekalahan Ratu Amanita
88 Chapter 88: Keinginan yang Terkabul
89 Chapter 89: Ritual Pertukaran Jiwa
90 Chapter 90: Menjemput Devita
91 Chapter 91: Kembalilah, Devita
92 Chapter 92: Simfoni Lagu Athanaxius
93 Chapter 93: Obat Manis
94 Chapter 94: Luka dan Penyesalan
95 Chapter 95: Serangan Penutup
96 Chapter 96: Kepercayaan Takdir
97 Chapter 97: Surat Perintah
98 Chapter 98: Kebahagiaan yang Sama
99 Chapter 99: Keinginan yang Terkabul 2 (END)
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Devita, si Bayangan Semu
2
Chapter 2: Jangan Kehilangan Harapan
3
Chapter 3: Bebas dari Hukuman Mati
4
Chapter 4: Bertemu Jiwa Sirena
5
Chapter 5: Simbol Kutukan
6
Chapter 6: Perubahan Sirena
7
Chapter 7: Tekad
8
Chapter 8: Sweet But Pshycho
9
Chapter 9: Athanaxius, Pangeran Kematian.
10
Chapter 10: Teman
11
Chapter 11: Mencari Petunjuk
12
Chapter 12: Hari Mengesalkan
13
Chapter 13: Jangan Kehilangan Kendali
14
Chapter 14: Curahan Hati Sirena
15
Chapter 15: Bertemu Kembali
16
Chapter 16: Bermalam Bersama
17
Chapter 17: Misi Gagal!
18
Chapter 18: Firasat Buruk
19
Chapter 19: Aku Ingin Menolongmu
20
Chapter 20: Pelangi untuk Athanaxius
21
Chapter 21: Bukan Orang yang Tidak Berguna
22
Chapter 22: Janji Seorang Teman
23
Chapter 23: Terimakasih, Sirena.
24
Chapter 24: Kemarahan Sirena
25
Chapter 25: Imbalan Pertama
26
Chapter 26: Hari Bahagia Adelphie
27
Chapter 27: Siapa Adelphie?
28
Chapter 28: Serangan Monster
29
Chapter 29: Diujung Tanduk
30
Chapter 30: Dua Lamaran
31
Chapter 31: Menerima Lamaran
32
Chapter 32: Athanaxius, Penyelamat Saya
33
Chapter 33: Mimpi Indah, Athan ...
34
Chapter 34: Membutuhkan Sirena
35
Chapter 35: Siapa Kau?
36
Chapter 36: Akhirnya Bertemu
37
Chapter 37: Bukan Dunia Novel
38
Chapter 38: Sirakusa Menolongnya
39
Chapter 39: Tersipu Malu
40
Chapter 40: Mawar Hitam Berduriku
41
Chapter 41: Dia Milikku
42
Chapter 42: Hutang Penjelasan
43
Chapter 43: Hari Pernikahan
44
Chapter 44: Ada Apa Dengan Sirakusa?
45
Chapter 45: Kekacauan di Hypatia
46
Chapter 46: Menebus Kesalahan
47
Chapter 47: Fakta Yang Tersembunyi
48
Chapter 48: Kecewa Yang Berulang
49
Chapter 49: Memastikan Sesuatu
50
Chapter 50: Pembuktian
51
Chapter 51: France si Pesaing Kecil
52
Chapter 52: Fakta yang Tersembunyi 2
53
Chapter 53: Teka-Teki yang Tak Kunjung Usai
54
Chapter 54: Keyakinan Athanaxius
55
Chapter 55: Dibalik Raja Monachus
56
Chapter 56: Terungkap
57
Chapter 57: Rahasia dan Perpisahan
58
Chapter 58: Sosok Asli
59
Chapter 59: Dilema France
60
Chapter 60: Hadiah Untuk Osaka
61
Chapter 61: Jiwa yang Tertukar
62
Chapter 62: Tak Terduga
63
Chapter 63: Penemuan Kopi
64
Chapter 64: Perintah Raja Monachus
65
Chapter 65: Pernyataan Cinta
66
Chapter 66: Dimulai
67
Chapter 67: Wellcome Home
68
Chapter 68: Kemunculan Sirena dan Irena
69
Chapter 69: Cerita dan Rasa Sakit
70
Chapter 70: Melawan Rasa Takut
71
Chapter 71: Persekutuan dan Kenangan
72
Chapter 72: Istimewa Bersamamu
73
Chapter 73: Terungkap 2
74
Chapter 74: Kekacauan Sebelum Pergi
75
Chapter 75: Bertemu Beta Arigha
76
Chapter 76: Serangan Athanaxius
77
Chapter 77: Pertemuan
78
Chapter 78: Syarat Berisiko
79
Chapter 79: Melawan Monster
80
Chapter 80: Jebakan
81
Chapter 81: Putus Asa
82
Chapter 82: Rasa Rindu
83
Chapter 83: Perang dan Kehancuran
84
Chapter 84: Telah Kembali
85
Chapter 85: Keajaiban Dua Jiwa
86
Chapter 86: Pertarungan
87
Chapter 87: Kekalahan Ratu Amanita
88
Chapter 88: Keinginan yang Terkabul
89
Chapter 89: Ritual Pertukaran Jiwa
90
Chapter 90: Menjemput Devita
91
Chapter 91: Kembalilah, Devita
92
Chapter 92: Simfoni Lagu Athanaxius
93
Chapter 93: Obat Manis
94
Chapter 94: Luka dan Penyesalan
95
Chapter 95: Serangan Penutup
96
Chapter 96: Kepercayaan Takdir
97
Chapter 97: Surat Perintah
98
Chapter 98: Kebahagiaan yang Sama
99
Chapter 99: Keinginan yang Terkabul 2 (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!