Mengejar Cinta Sang Sutradara
"Huaaaaa....!" Teriak seorang gadis yang baru saja memasuki kamarnya.
"Siapa kau?" Tanyanya pada seorang pria yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi kamarnya. Tubuhnya hanya dililit sebuah handuk sebatas pinggang ke bawah. Dan bicara mengenai handuk...
"Haaa...berani-beraninya kau memakai handuk kesayanganku untuk menutupi barangmu!" Belum sempat pria itu menjawab, gadis itu kembali berteriak. Dengan langkah cepat menghampiri pria itu dan ingin merebut handuk kesayangannya.
"Lepasin handuknya nggak?" Tangan gadis itu sudah berusaha menarik handuk yang melilit pinggang pria itu. Jangan lupakan kedua matanya yang sudah melotot.
"Hei, jangan ditarik handuknya! Aku bisa telanjang kalau kamu menarik handuk ini. Kamu mau melihat barangku?" Ucap pria itu sambil mempertahankan handuk yang dipakainya.
Mendengar perkataan pria itu, si gadis langsung melepaskan tarikannya. Dia kemudian menghembuskan napasnya dengan kasar. Menandakan bahwa dia benar-benar emosi.
"Cepat keluar dari kamarku kalau begitu!" Perintah gadis itu.
"Aku akan keluar tapi biarkan aku memakai baju dulu!"
"Hei, ada apa ribut-ribut?" Suara wanita paruh baya memasuki kamar putrinya. Kemudian dia langsung tercengang melihat pemandangan indah di depannya.
"Oh...Hanan, kenapa kau telanjang begitu, Nak? Cepat pakai bajumu!" Perintahnya tanpa mengalihkan tatapan matanya pada dada bidang yang terlihat lebih segar dan menggoda itu.
Tanpa menjawab pria itu segera mengambil baju di dalam tasnya dan buru-buru masuk ke kamar mandi.
"Mama ini apa-apaan sih? Kenapa ngijinin pria asing masuk ke kamarku?"
"Maaf sayang. Tadi Mama nggak sempet nganter Hanan ke atas karena harus nerima telpon dari Papamu. Karena itu Hanan salah masuk kamar!"
*di ruang makan saat makan malam*
"Om senang akhirnya kamu mau tinggal di rumah Om yang kecil ini, Hanan!"
"Seharusnya Hanan yang berterima kasih karena sudah diizinin tinggal disini, Om!"
"Hahaha... Om, senang melihatmu tumbuh menjadi pria yang baik dan hebat. Tidak salah kalau Om ingin menjodohkanmu dengan putri Om!"
Uhuuk...uhuukkk...uhuuk...suara batuk yang saling bersahutan memenuhi meja makan itu.
"Minum dulu!" Wijaya, Papa si gadis menyodorkan segelas air putih di hadapan Hanan. Dengan segera Hanan menerima dan segera meneguknya sampai habis.
"Hati-hati, sayang!" Melati, Mama si gadis juga ikut menyodorkan segelas air putih di hadapan putrinya. Tangan yang satunya pun tak tinggal diam. Mama mengusap punggung putrinya.
"Hem...hem...hem...!" Gadis itu berdeham sebelum berbicara setelah menghabiskan segelas air yang diberikan Mamanya.
"Papa ini bicara apa sih? Kiara ini masih sekolah, Pa? Seharusnya Papa membahas tentang kuliah bukannya menikah?" Lanjut gadis itu yang bernama Kiara.
"Kalian tunangan dulu. Setelah lulus sekolah baru menikah. Mengenai kuliah, kamu kan bisa kuliah walaupun sudah menikah. Tidak apa-apa kan, Nak Hanan?"
"Hem...sepertinya ini terlalu cepat deh, Om. Lagi pula kami berdua juga tidak saling kenal. Belum tentu kami berdua cocok, Om. Apalagi jarak usia kami juga jauh berbeda!" Sekarang Hanan yang melakukan penolakkan.
"Hahaha...Kamu memang benar Hanan. Karena itulah Om meminta Papamu agar memintamu tinggal di rumah Om sampai pekerjaanmu di sini selesai. Selama tinggal di sini, kalian berdua bisa saling mengenal satu sama lain!" Ucap Wijaya.
"Papa ini malu-maluin aja. Kenapa harus melakukan semua itu sih, Pa? Seperti Kiara nggak laku aja. Harga diri dong, Pa! Kiara juga belum mau buru-buru menikah, Pa!" Protes Kiara.
Sedangkan Hanan sudah tidak ingin menanggapi. Lebih baik dia diam. Saatnya pergi, dia akan pergi. Dibuat simpel saja. Begitulah yang berada di otaknya saat ini.
***
Tok...tok...tok...suara pintu diketuk.
"Masuk!" Suara dari dalam menyahuti, membuat orang yang baru saja mengetuk berani masuk.
"Maaf kalau malam-malam begini mengganggu. Tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Ini mengenai perjodohan kita!" Ucap Kiara yang sudah berdiri di samping ranjang Hanan.
Hanan yang sedang fokus membaca skenario di atas tempat tidur langsung saja menutup bacaannya. Sekarang dia fokus menatap gadis kecil yang sedang berdiri di sisinya. Hanan menggeser posisi duduknya agak ke tengah.
"Duduklah!" Kiara segera mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
"Aku tidak ingin menikah denganmu. Jadi, kuharap kamu menolak perjodohan ini!" Kiara langsung saja mengutarakan niatnya.
"Hahaha...kamu tenang saja gadis kecil. Sejak awal aku memang tidak ingin menerima perjodohan konyol ini. Apalagi harus menikah dengan bocah kecil sepertimu... tidak ada yang menarik!" Hanan sengaja menjeda kalimatnya.
"Aku sudah tidak tertarik. Tidak ada yang menarik dari dirimu. Jadi, setelah pekerjaan syutingku disini selesai, aku akan langsung pergi dan bye...bye...Tidak ada perjodohan dan pertemuan lagi di antara kita!" Hanan menegaskan lagi ucapannya sambil mengamati tubuh yang saat ini duduk di tepi ranjangnya.
Kiara yang mendengar ucapan itu merasa sangat terhina. Baru kali ini ada orang yang menolak dirinya. Dan dia tidak terima. Apa dia merasa begitu hebat mentang-mentang dirinya seorang sutradara terkenal dan punya banyak uang.
~Huh, enak sekali dia bicara. Aku tidak menarik katanya. Lihat saja. Aku akan mengejar cintamu dan menaklukkan hatimu. Setelah itu aku akan mencampakanmu begitu saja. Hingga kau akan merasakan hidup enggan mati pun tak rela, batin Kiara.~
Tanpa berpamitan Kiara langsung saja berdiri dan melangkah pergi. Namun sebelum dia benar-benar keluar, Hanan memanggilnya. Kiara berbalik badan dan kembali melihat sang sutradara yang terlihat begitu angkuh di matanya.
"Tunggu, ada satu lagi yang ingin aku beritahukan padamu. Aku sudah punya kekasih dan sebentar lagi aku akan menikahinya!" Ucapnya sambil tersenyum mengejek.
Kiara semakin panas. Dengan kesal dia langsung saja pergi dan menutup pintu kamar dengan kasar.
Bruuugh...bunyi pintu tertutup dengan keras. Hanan hanya geleng kepala melihat kelakuan Kiara.
"Dasar gadis kecil. Dia pikir siapa dirinya. Tanpa diminta pun aku juga tidak akan mau menerima perjodohan ini dan menikahi gadis kecil seperti dirinya!" Lirih Hanan.
Kiara memasuki kamarnya dengan rasa dongkol yang memenuhi isi hatinya. Dia benar-benar marah. Kiara benar-benar merasa terhina. Dan setelah ini Kiara sudah bertekad bahwa bagaimanapun juga dia harus mendapatkan hati sang sutradara. Walaupun dia harus mengejar cinta sang sutradara dan menjatuhkan harga dirinya. Namun semua itu ia lakukan demi mengangkat kembali harga dirinya yang sudah terlanjur terinjak-injak malam ini. Dia harus membalas penghinaan yang ia dapatkan malam ini.
Berhasilkah Kiara menjalankan misinya itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
QQ
betul saya juga setuju bermula dr Perrnikahan 2 Musuh Abadi yg genrenya kocak, kemarin ampe begadang dan hidungnya mampet krn novel Langit Jingga gara2 si Jingga yg meninggal klo yg ini semoga ngga sad ending jujur buat nyesek soalnya. Tp pemilihan kata dr kak author jempol banget 👍👍👍
2021-10-14
1
Suparno Nong
Aku selalu nunggu karya2 mu thor , karyamu bagus dari pernikahan 2 musuh abadi n langit jingga semuanya keren
2021-09-03
3
Fitria Dafina
Semangat Kiara, menakhlukkan si Sombong Hanan 😉😉😉
2021-09-03
6