Pagi ini semua sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Semua sudah duduk di posisinya seperti semalam.
"Bagaimana tidurmu, Hanan? Om harap kamu betah tinggal di rumah Om?"
"Sangat nyenyak, Om!" Bohong Hanan karena semalaman dia tidak bisa tidur. Selain banyak nyamuk, kamarnya juga panas. Lihat saja kulit tubuhnya yang sudah ada bentol-bentol merah.
"Om senang kalau kamu betah. Setelah ini kamu mau syuting?"
"Iya, Om. Semua artis dan krunya sudah berada di sana!"
"Ya sudah, kita sarapan dulu sekarang. Ini, Pa!" Melati menyela, ia memberikan piring yang sudah tertata nasi beserta lauk-pauknya di hadapan suaminya.
"Ini juga untuk kamu, calon suamiku!" Kiara juga melakukan hal yang sama seperti yang Mamanya lakukan.
Hanan yang saat itu sedang minum langsung saja menyemburkan air yang belum sempat tertelan. Sialnya lagi, air itu menyembur tepat mengenai wajah Kiara yang duduk tepat di hadapannya.
"Hah...kamu sengaja ya? Hihihi....menjijikan!" Kiara segera meraih tisu dan langsung mengelap wajahnya.
"Maaf, ucapanmu membuat aku terkejut!"
Sedangkan Wijaya dan Melati tersenyum melihat kejadian pagi ini. Mereka senang. Mereka berpikir, putri mereka sudah ikhlas menerima perjodohan ini.
"Jadi, kamu menerima perjodohan ini Kiara?" Wijaya ingin memastikannya.
"Iya, Pa. Kiara mau. Semalam Kiara sudah berpikir dan Kiara rasa Mas Hanan adalah pria yang tepat untuk menjadi suami Kiara!" Jawab Kiara mantap.
Sedangkan Hanan hanya menatap gadis kecil di hadapannya itu. Masih belum percaya dengan yang didengarnya. Karena baru tadi malam gadis itu menolak dan juga menyuruhnya menolak perjodohan ini. Tapi pagi ini, di saat cuaca begitu indah dan cerah. Berarti tidak ada angin dan tidak ada hujan, gadis ini dengan penuh percaya diri menerima perjodohan konyol ini.
Dasar gadis kecil yang masih labil. Semalam ngomong apa, sekarang jadinya apa, umpat Hanan dalam hati.
Ingin menolak tapi mengingat hubungan baik antara Om Wijaya dengan Papanya, membuat Hanan kembali terdiam. Untuk sementara lebih baik mengikuti alur yang dibuat gadis menyebalkan itu. Nanti kalau sudah tiba saatnya baru skenarionya yang akan berjalan.
Acara sarapan berjalan dengan lancar hingga terdengar suara motor berhenti di depan rumah Wijaya.
Kiara yang mengetahui bahwa itu adalah jemputannya segera menyelesaikan sarapannya. Beranjak berdiri dan menghampiri kedua orang tuanya.
Pertama Kiara mencium tangan Mamanya dan mencium kedua pipinya. Lalu menuju ke arah Papanya. Melakukan hal yang sama. Tidak lupa sekarang tambah satu personil lagi, Kiara pun mengulurkan tangannya pada Hanan.
"Apa?" Hanan yang belum paham maksud Kiara.
"Cium tangan. Aku harus membiasakan diri menjadi makmum yang baik untukmu!" Jawab Kiara. Tanpa izin, Kiara menarik tangan Hanan lalu menciumnya.
Kedua orang tua Kiara tersenyum melihat pemandangan indah itu. Sedangkan Hanan, sepertinya dia harus berbicara serius dengan gadis ini.
"Ma, Pa, dan Mas Hanan, Kiara berangkat sekolah dulu ya! Itu jemputan Kiara sudah datang!"
Kedua orang tua Kiara mengangguk.
"Assalamu'alaikum!" Teriak Kiara sambil berlalu keluar.
"Wa'alaikum salam!" Balas kedua orang tuanya dan juga Hanan.
"Om , Tante, Hanan juga pamit!" Hanan mencium tangan Wijaya dan Melati bergantian sebelum beranjak pergi. Rencananya dia ingin mengejar Kiara untuk mempertanyakan ucapan dan tingkahnya pagi ini.
Tapi lihatlah sekarang. Saat Hanan keluar, dia melihat Kiara sedang berboncengan dengan seorang pria yang menggunakan seragam dengan warna yang sama. Dengan boncengan yang begitu menukik membuat posisi duduk Kiara sangat dekat dengan pria itu. Maklumlah, jemputan Kiara menggunakan motor Ninja keluaran terbaru.
Lalu seperti disengaja pria itu justru memainkan gasnya agar Kiara memeluk tubuhnya.
Oh, tadi di depanku berlagak mau jadi makmum yang baik. Baru pergi beberapa langkah saja sudah nemplok sama pria lain. Jadi, seperti ini sikap makmum yang baik itu, batin Hanan.
Hanan masih terpaku di tempatnya. Pandangannya masih mengarah pada motor yang membawa Kiara pergi hingga tak terlihat lagi.
"Jangan cemburu. Tadi itu Arya, sahabatnya Kiara. Mereka sudah bersahabat dari kecil!" Jelas Wijaya yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Hanan.
"Ehhh, Om Wijaya. Om tenang saja, saya tidak mungkin cemburu!"
"Baguslah."
***
Hanan benar-benar tidak fokus dalam bekerja. Pikirannya kacau memikirkan polah tingkah Kiara yang menyebalkan tadi pagi.
"Kamu kenapa sih? Semua jadi kacau tahu nggak sih!" Protes sahabat sekaligus asistennya.
"Uhh...!" Hanan menghembuskan napasnya. " Maaf, ada sedikit masalah yang mengganggu pikiranku saat ini!"
Setelah berbicara begitu. Hanan memberi komando kepada semua kru dan artis. Hanan berdiri dari duduknya dan berteriak.
"Kita break dulu. Jam tiga sore kita kumpul lagi di sini!"
"Baik, Pak!" Jawab semua.
Hanan meninggalkan lokasi syuting. Dia berencana ingin mencari tempat yang tenang untuk menenangkan pikirannya. Namun belum sampai memasuki mobilnya, sebuah panggilan menghentikan langkahnya.
"Mas Hanan, tunggu!" Teriak Kiara saat melihat sosok yang dicarinya.
Hanan yang mendengar namanya dipanggil segera mencari sumber suara itu. Dan...
"Oh no, mau apa lagi dia ke sini!" Umpat Hanan yang masih bisa didengar oleh Ryan, sahabat sekaligus asistennya.
"Kamu kenal gadis itu?" Hanan hanya mengangguk.
"Eh, hati-hati dek, jangan lari nanti jatuh!" Seru Ryan seolah Kiara itu bocah kecil berumur 5 tahun. Namun tak digubris sama sekali oleh Kiara.
Kiara lanjut berlari menghampiri Hanan. Dan kini ia sudah berdiri di hadapan sang sutradara dengan membawa rantang.
"Mau apa kamu ke sini?" Tanya Hanan dingin.
"Mau nganterin bekal makan siang untuk calon suamiku!" Jawab Kiara keras.
"Apaaaa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Fitria Dafina
Kiara 😅😅😅😅
2021-09-03
1