Di sebuah kamar di apartemen mewah dan elite, seorang wanita sedang berteriak-teriak seperti orang yang sedang kesurupan. Dia tampak begitu marah, sedih, dan kecewa. Semua rasa seolah menumpuk penuh di dadanya hingga membuatnya sesak.
Surat kabar yang tadinya utuh kini sudah tak berbentuk seperti sedia kala karena sudah berubah menjadi kepingan-kepingan kecil yang berhamburan di mana-mana.
Bagaimana dia tidak marah? Bagaimana dia tidak sedih dan kecewa? Bila kekasihnya dikabarkan sudah dijodohkan dan sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Bukan dengan dirinya melainkan dengan wanita lain.
Akkhhhhh.....teriak wanita itu histeris.
Inilah sifat buruknya, ia tidak bisa menahan emosinya. Saat dia marah, ia pun langsung meledak-ledak seenak jidatnya. Tak peduli dimana pun dirinya berada. Semua harus tersalurkan dan diluapkan saat itu juga.
Dia tidak boleh berdiam diri. Dia harus mencari kebenarannya. Dan hanya ada satu cara, dia harus berbicara dengan kekasihnya. Tapi posisi mereka yang berjauhan, membuat wanita itu tidak bisa bertemu langsung dengannya. Akhirnya ia mengambil ponselnya. Mencari sebuah nomer untuk dihubunginya. Nada tersambung pun terdengar.
***
Kiara masih menggenggam ponsel Hanan di tangannya. Ia berniat untuk mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. Namun sebelum sempat ia mengulurkannya, ponsel itu bergetar dan berbunyi begitu nyaring.
Tertera "my baby" pada layar ponsel itu. Kiara mengerutkan keningnya membaca tulisan itu. Rasanya ia ingin terbahak saat itu juga. Seakan tak mempercayai bahwa sutradara bertangan dingin yang terkenal dingin itu bisa juga semanis ini. Menuliskan nama kekasihnya dengan "my baby".
"Cepat, kembalikan ponselku!"
Kiara yang awalnya ingin mengembalikan benda itu, kini berubah pikiran. Ia ingin mengerjai pria angkuh, sombong, dan congkak yang ada di hadapannya itu.
"Nggak mau. Bagaimana kalau aku saja yang mengangkatnya?" Kiara mencoba menggoda Hanan yang sudah menggeram.
"Jangan macam-macam. Itu panggilan dari kekasihku. Dia bisa salah paham!" Hanan sudah meninggikan nada suaranya satu oktaf. Dia tahu itu panggilan dari kekasihnya karena ia memberikan nada yang berbeda untuk nomernya.
Kiara masih kekeh dengan pendiriannya. Dia justru tersenyum mengejek ke arah Hanan. Dan tangannya pun seolah dirinya ingin mengangkat panggilan itu.
"Stop!" Teriak Hanan menghentikan gerak telunjuk Kiara.
"Kembalikan atau kau akan menyesal!" Ancamnya.
"Memangnya kamu bisa berbuat apa? Aku mau lihat!" Kiara tak gentar. Ia justru menantang.
Dengan gerak cepat Hanan mendekat dan langsung ingin merebut paksa ponselnya. Namun reflek Kiara jauh lebih cepat dari gerakannya. Ia sudah menyembunyikan ponsel itu di balik tubuhnya.
"Balikin!"
"Nggak mau."
"Aku bilang balikin!"
"Nggak mau."
Hanan mencoba meraih ponsel yang berada di balik tubuh Kiara. Tapi belum bisa menggapainya. Adegan itu membuat mereka berada begitu dekat. Bahkan hembusan napas mereka pun sudah saling beradu. Namun keduanya belum menyadari akan situasi yang tak sengaja terjadi. Apalagi dengan kondisi tubuh Kiara yang hanya terlilit handuk untuk menutupi tubuhnya yang belum tertutup sempurna. Dan gerakan dari keduanya membuat handuk itu turun dari tempatnya. Kini handuk itu bahkan sudah terjatuh dan sudah terinjak-injak oleh kaki keduanya.
Kaki Kiara tak sengaja terlilit handuk di bawahnya hingga membuatnya oleng dan terjatuh. Namun sebelum terjatuh, ia sempat menarik baju Hanan sebagai pegangan.
Tubuh Hanan yang tertarik tiba-tiba itu, ikut terbawa arus oleh tarikan tangan Kiara. Kini keduanya sudah saling bertumpukan di atas ranjang dengan Kiara yang berada di bawah Hanan.
"Auw!" Rintih Kiara karena tubuhnya yang tertindih tubuh besar Hanan.
Ponsel itu akhirnya terlepas dari tangan Kiara dan terjatuh di dekat keduanya.
Dering ponsel masih berbunyi. Membuat keduanya kembali berebut untuk mendapatkannya. Tak menghiraukan akan bagaimana posisi mereka saat ini.
Posisi Hanan yang berada di atas membuatnya mudah untuk bergerak. Ponsel itu kini sudah berada di tangannya. Hanan mengangkatnya. Namun tiba-tiba saja Kiara mengigit tangannya dan membuat ponsel itu terjatuh kembali dalam keadaan masih terhubung.
"Auw, sakit. Kau ini keturunan vampire apa?"
"Kalau iya kenapa? Cepat turun dari atas tubuhku! Kau pikir aku juga tidak sakit kau tindih begini!" Bentak Kiara.
"Aku tidak mau. Posisi begini ternyata enak juga!"
"Kau... tubuhmu ini sudah berat belum lagi ditambah berat dosamu, bertambah semakin berat jadinya!"
"Hahaha... kau lucu juga. Anggap ini hukuman karena kau sudah berani menggigitku! Lagi pula kalau aku lepaskan, kau pasti akan kabur. Iya kan?"
"Hei, Tuan Sutradara... sadarlah dan lihatlah. Aku saja belum memakai baju, bagaimana mungkin mau kabur?"
Suara Kiara yang lantang jelas terdengar oleh seseorang di seberang sana.
"Kiara!" Panggilan itu semakin mendekat.
"Mama masuk ya!"
"Ayo, sarapan!" Ucapnya sambil membuka pintu.
"Astagfirullah... apa yang sedang kalian lakukan?"
Melati tampak begitu syok melihat pemandangan di atas ranjang itu. Kedua tangannya bahkan sampai menutup mulutnya agar tidak berteriak.
Anak gadisnya dengan tubuh tak tertutup sempurna ditindih oleh Hanan yang bajunya pun sudah tak karuan. Keduanya seperti sedang bergulat dengan mesranya.
Melati masih diam terpaku di tempatnya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan untuk menenangkan hati dan pikirannya terlebih dahulu sebelum bersuara.
***
Di sisi bumi yang lain, wanita itu langsung menutup panggilannya. Sudah cukup dia mendengar sedikit adegan mesra kekasihnya dengan wanita lain. Padahal dirinya yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun ini bahkan belum sempat diapa-apain olehnya.
"Aaaakkkhhhhh...."
Lagi-lagi wanita itu berteriak meluapkan kemarahannya. Kekasihnya telah tega mengkhianatinya. Dia bahkan mendengarnya sendiri tadi. Jadi, semua berita itu benar adanya.
***
"Tante, Hanan bisa menjelaskan semuanya!"
Sedangkan Kiara yang berada di bawahnya, kini mulai menangis. Ia tampak begitu ketakutan.
"Penjelasan? Penjelasan seperti apa yang akan kau berikan? Cepat turun dari atas tubuh putriku!" Melati menatap Hanan penuh amarah.
Hanan langsung tersadar akan posisinya dan ia pun segera beranjak berdiri.
Melati segera mendekati putrinya, lalu mendudukannya. Ia juga langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh putrinya itu. Melati mengusap lembut punggung putrinya itu. Mencoba memberi ketenangan lewat sentuhannya.
"Dia mencoba melecehkanku, Ma!" Ucap Kiara di tengah isak tangisnya.
Melati menatap tajam Hanan. Yang ditatap hanya bisa terdiam. Hanan tidak boleh tinggal diam saja. Dia tidak boleh membiarkan kebohongan menang. Dia harus menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Hanan menatap tajam Kiara yang masih berada di pelukan Mamanya. Jangan lupakan drama air matanya.
Dasar gadis licik, umpat Hanan dalam diam.
"Apa yang Kiara katakan itu bohong, Tante. Hanan sama sekali tidak berniat melecehkannya tapi kami tadi sedang...!"
"Ada apa ini? Apa yang terjadi dan siapa yang dilecehkan?" Suara Wijaya yang tiba-tiba menggema, menghentikan ucapan Hanan saat itu juga.
Wijaya menatap ketiga manusia yang sudah terlebih dahulu berada di kamar Kiara. Masih dengan pandangan menyelidik meminta penjelasan.
"Hanan mencoba melecehkan putri kita, Pa!"
"Itu tidak benar, Om. Hanan sama sekali tidak melakukannya. Kami berdua tadi cuma...!"
"Apa begini sikap pria sejati? Kau pasti akan menyangkal perbuatanmu untuk lari dari tanggung jawabmu. Benar bukan?" Lagi-lagi Wijaya menyela.
"Om salah! Bukan begitu maksud Hanan. Tapi memang kenyataannya bukan seperti itu. Ini salah paham!"
"Kamu memang pria brengsek. Apa seperti ini ajaran dari orang tuamu? Om menyesal telah menjodohkanmu dengan Kiara!"
Hanan terdiam. Tak apa bila dirinya yang dihina asal bukan kedua orang tuanya. Namun kata-kata Om Wijaya yang meragukan ajaran kedua orang tuanya, membuat Hanan akhirnya mengambil keputusan.
"Baiklah. Hanan akan menikahi putri Om Wijaya! Hanan akan menikahi Kiara!" Ucap tegas Hanan.
Akhirnya itulah yang menjadi keputusan Hanan.
Jangan lupakan bahwa Hanan adalah seorang sutradara. Dan adegan seperti ini sudah sering ia lihat karena dialah sutradaranya. Otak dari semua adegan yang terjadi. Tapi dirinya tak menyangka bahwa kini dirinya sendiri yang mengalami. Dia telah terjebak saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Fitria Dafina
Dan Hanan Terjebak 😅😅😅
2021-09-03
0
dek
lanjut up thorr
2021-08-29
1
AuliaNajwa
bgud . lnjut
2021-08-29
0